Polisi Terus Kembangkan Kasus Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan
Kepolisian terus mengembangkan penyelidikan bom bunuh diri yang terjadi di markas Polrestabes Medan, Rabu. Hingga Kamis (14/11/2019), polisi telah memeriksa 12 orang yang terkait dengan jaringan RMN.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kepolisian terus mengembangkan penyelidikan bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan, Rabu. Hingga Kamis (14/11/2019), polisi telah memeriksa 12 orang yang terkait dengan jaringan RMN, pelaku bom bunuh diri, di Sumatera Utara.
Penggeledahan juga terus dilakukan. Setelah menggeledah rumah orangtua, mertua, dan rumah kontrakan pelaku di Medan, Rabu, polisi menggeledah rumah SA (41) dan FA (39) di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan. SA diduga adalah imam atau guru mengaji RMN. Adapun FA diduga anggota kelompok itu.
Polisi telah mendatangi rumah itu sejak Rabu sore. Rabu menjelang tengah malam, tim Densus 88 menggeledah rumah. Saat itu, warga dan tetangga sekitar di radius 100 meter dari rumah SA dan FA diminta menjauh dari lokasi selama sekitar 1 jam.
Pada Kamis siang, tim kembali datang ke rumah itu, termasuk tim Inafis Polda Sumut. Penggeledahan dijaga ketat tim kepolisian dan TNI AL Belawan. Tim tampak keluar membawa kardus dan koper. Selesai penggeledahan, rumah dipasangi garis polisi.
Rumah SA berada di lorong selebar sekitar 1 meter. Di lorong itu berjejal 10 rumah berimpitan, salah satunya ditempati SA bersama istri dan tiga anaknya. Di sampingnya berimpit rumah FA yang juga tinggal bersama istri dan tiga anaknya. Sehari-hari mereka bekerja di area bongkar-muat Pelabuhan Belawan.
Indah, kepala lingkungan setempat, mengatakan, SA tinggal di rumah itu sejak tiga tahun lalu. Ia tertutup dan jarang bersosialisasi. Namun, sering ada diskusi di rumah itu yang diikuti 7-10 orang. Saat ditanya apakah pernah melihat RMN di situ, ia mengatakan tidak tahu.
Rabu pagi, dua keluarga itu masih terlihat berada di rumahnya, tetapi siangnya mereka sudah tidak tampak. Rumah digembok.
Indah mengatakan, ada banyak barang yang ditemukan di rumah itu dan dibawa polisi. Namun, Indah diminta polisi tidak mengungkapkan kepada publik.
Sepupu RMN, Ilham (sebelumnya disebut Hamdan), mengatakan, sejak mengikuti pengajian, RMN berubah menjadi alim setelah sebelumnya suka nongkrong-nongkrong. RMN menikah dengan D yang dikenalnya dalam kegiatan remaja masjid. Mereka menikah sekitar setahun lalu dan pindah dari rumah orangtuanya.
Polisi telah meminta keterangan D dan mendalami keterkaitannya dengan bom bunuh diri yang dilakukan suaminya. Saat ditanya kemungkinan RMN terpapar radikalisme dari istrinya, Wakapolda Sumut Brigadir Jenderal (Pol) Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan masih menyelidiki.
”Dari informasi yang didapat petugas, pelaku dan istri diketahui sering melakukan pengajian eksklusif bersama kawan-kawannya. Namun, motif pelaku dan kaitannya dengan orang-orang tersebut masih dalam penyelidikan,” kata Mardiaz.
Namun, ia memastikan bahwa kelompok ini adalah kelompok radikal. ”Kalau kami melihat dari pengakuannya dan pelajaran agamanya, ya, memang ini kelompok yang berafiliasi dengan kelompok radikal,” kata Wakapolda Sumut itu.
Kalau kami melihat dari pengakuannya dan pelajaran agamanya, ya, memang ini kelompok yang berafiliasi dengan kelompok radikal.
Dari sejumlah penggeledahan yang dilakukan, ditemukan sejumlah barang bukti, yaitu pipa yang diisi bahan kimia, panah beracun, dan alat las.
Dalam penggeledahan yang masih berlangsung sampai saat ini, polisi juga mencari bukti-bukti lain yang menunjukkan keterkaitan pelaku dengan sejumlah orang yang dicurigai. Soal siapa yang mengajarkan paham radikal kepada pelaku, menurut Mardiaz, hal ini masih didalami polisi.
”Dalam arti kata dari buku (pelajaran agama) itu kita sebenarnya sudah tahu siapa saja atau kelompok mana pengajarnya,” ujar Mardiaz.
Terkait penggeledahan di Belawan yang meminta warga menyingkir di radius 100 meter, Mardiaz mengatakan itu merupakan standar penggeledahan polisi pada kasus yang berkaitan dengan bahan peledak. Namun, ia mengatakan, tidak ditemukan bahan peledak di rumah itu.
Menurut Mardiaz, sebelum meledakkan diri di Markas Polrestabes Medan, pelaku sempat digeledah oleh petugas yang berjaga. Namun, kemudian ia menyelinap masuk kembali bersama rombongan orang yang hendak membuat surat keterangan catatan kepolisian.
”Kita duga, ketika pertama kali digeledah, bahan peledak masih ditaruh pelaku di sepeda motor. Baru kemudian diambil saat dia mau kembali masuk,” ucap Mardiaz.
Di bawah jok sepeda motor pelaku, polisi menemukan dua peluru kaliber 22 milimeter, senter kepala, jam, dan beberapa jenis barang lain. Adapun dari keterangan orangtuanya, RMN diketahui memang pernah bekerja sebagai pengojek daring, tetapi berhenti sejak beberapa waktu lalu. (NDU)