Teka-teki Kim Jong Un Menjelang Pergantian Tahun
Langkah-langkah yang dilakukan Korea Utara menjelang akhir tahun ini semakin meningkatkan keraguan masyarakat dunia terhadap Korut, apakah Korut benar-benar berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi.
SEOUL, SELASA — Citra satelit yang merekam gambar sebelum dan sesudah uji coba ”sangat penting”, istilah yang digunakan Pyongyang, di situs peluncuran rudal hari Sabtu lalu memperlihatkan, Korea Utara tengah menguji mesin roketnya. Demikian pendapat para ahli, Senin (9/12/2019). Melalui langkah terbarunya, negara itu menyodorkan teka-teki soal apa yang ingin dilakukan pemimpinnya, Kim Jong Un, terkait denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, Minggu, melaporkan bahwa Korut menggelar uji coba di pusat peluncuran satelit Sohae. Pejabat AS dan Korea Selatan pernah mengatakan, pusat peluncuran itu pernah dijanjikan akan ditutup.
Uji coba hari Minggu lalu merupakan uji coba terbaru dari serangkaian uji senjata dan pernyataan dari Pyongyang menjelang berakhirnya tenggat bagi Amerika Serikat untuk melunakkan sikap kerasnya terkait perundingan denuklirisasi. KCNA menyebut hasil uji coba pada hari Minggu lalu bakal memperkuat posisi strategis Korut.
Baca juga: Kim Pandu Uji Coba Rudal
Jeffrey Lewis, Direktur East Asia Nonproliferation Program pada Middlebury Institute of International Studies di California, AS, mengatakan bahwa gambar citra satelit komersial yang diambil pada hari Sabtu lalu memperlihatkan kendaraan-kendaraan dan perlengkapan yang sepertinya digunakan dalam uji coba mesin roket. Adapun gambar citra satelit, yang diambil pada Minggu, menunjukkan tanda-tanda uji coba yang digelar.
”Kendaraan-kendaraan dan obyek-obyek terlihat pada 7 Desember menggelar uji coba,” ujar Lewis. ”Hampir semuanya lenyap pada 8 Desember, tetapi lapangan (tempat uji coba) tampak rusak akibat uji coba tersebut.”
Mengenai hal tersebut, juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan tak bersedia mengonfirmasi analisis Lewis. Ia menambahkan, pemantauan dan detail analisisnya sedang digarap bersama otoritas intelijen AS.
Sohae, lokasi uji coba Sabtu lalu, berada di wilayah Korut bagian barat yang berdekatan dengan China. Sohae dibangun kembali oleh Korut setelah AS dinilai tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk melanjutkan perundingan denuklirisasi. Melalui uji coba terbaru itu, Korut terlihat ingin menekankan bahwa mereka akan mengambil jalan baru di tengah buntunya perundingan denuklirisasi.
Melalui uji coba terbaru itu, Korut terlihat ingin menekankan bahwa mereka akan mengambil jalan baru di tengah buntunya perundingan denuklirisasi.
KCNA melaporkan, uji coba tersebut sangat penting bagi Korut. Media itu tidak memberitakan apa sebenarnya yang diuji coba oleh Korut pada Sabtu lalu. Para pakar rudal mengatakan, Korut sepertinya telah melakukan uji statik terhadap mesin roket, bukan peluncuran rudal. Sebab, jika Korut meluncurkan rudal, biasanya hal itu akan cepat terdeteksi oleh negara tetangga, seperti Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.
Sinyal tertutupnya diplomasi
Vipin Narang, pakar nuklir di Institut Teknologi Massachusetts, AS, mengatakan bahwa jika Korut melakukan uji coba mesin statis untuk rudal berbahan bakar padat atau cair, hal itu adalah sinyal keras bahwa pintu diplomasi akan segera ditutup. ”Ini bisa menjadi sinyal yang sangat kredibel tentang apa yang mungkin ditunggu dunia setelah Tahun Baru,” kata Narang.
Baca juga: Korea Utara Kembali Ingatkan AS soal Batas Waktu
Kim Dong-yub, analis di Institute for Far Eastern Studies, Seoul, mengatakan bahwa Korut kemungkinan menguji untuk pertama kalinya sebuah mesin berbahan bakar padat untuk sebuah rudal balistik antarbenua (inter-continental ballistic missile atau ICBM).
Penggunaan bahan bakar padat meningkatkan mobilitas senjata dan mengurangi jumlah waktu persiapan peluncuran. Semua roket jarak jauh yang digunakan Korut dalam peluncuran ICBM atau peluncuran satelit dalam beberapa tahun terakhir menggunakan propelan cair.
Kim Dong-yub, mantan perwira Angkatan Laut Korsel yang mengajar di Universitas Kyungnam di Seoul, mengatakan, Korut mungkin telah menguji mesin roket berbahan bakar padat yang memungkinkan Korut mengirimkan rudal balistik antarbenua yang lebih mudah disembunyikan dan lebih cepat digunakan.
Ketegangan meningkat
Menjelang tenggat waktu akhir tahun yang ditetapkan oleh Korut bagi AS, ketegangan di Semenanjung Korea meningkat. Korut telah mendesak AS untuk mengubah kebijakannya untuk menuntut denuklirisasi sepihak pada Korut. Korut juga meminta agar sanksi terhadap Korut dicabut.
Baca juga: Korsel Andalkan China dalam Negosiasi Denuklirisasi Korut
Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha Seoul, menyatakan, uji coba semacam itu dimaksudkan Korut untuk meningkatkan kemampuan militernya dan untuk kebanggaan serta legitimasi dalam negeri.
”Korut menghindari pelanggaran moratorium uji coba rudal jarak jauh untuk saat ini, tetapi Korut masih meningkatkan daya dorong dan ketepatan rudal-rudalnya, sehingga dapat mengklaim sebagai pencegah nuklir yang bisa dipercaya,” kata Eric Easley.
”Dengan kegiatan di Sohae, Korut juga berusaha untuk meningkatkan kekhawatiran internasional bahwa (langkah) itu dapat mengintensifkan provokasi dan menjauh dari pembicaraan denuklirisasi tahun depan,” kata Easley.
Dengan kegiatan di Sohae, Korut ingin meningkatkan kekhawatiran internasional bahwa (langkah) itu dapat mengintensifkan provokasi dan menjauh dari pembicaraan denuklirisasi tahun depan.
Situs peluncuran satelit di Sohae di Tongchang-ri merupakan lokasi Korut meluncurkan satelit yang dilarang dunia dalam beberapa tahun terakhir. Korut menuai kecaman dunia dan diganjar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah menggelar beberapa kali uji coba teknologi rudal jarak jauh.
Korut mengatakan, peluncuran satelitnya adalah bagian dari program pengembangan luar angkasa yang damai. Namun, banyak ahli mengatakan bahwa yang dilakukan Korut adalah peluncuran rudal balistik dan roket. Tidak satu pun dari tiga uji coba rudal balistik antarbenua Korut pada 2017 dilakukan di situs Sohae. Pengamat mengatakan, situs Sohae tersebut digunakan untuk menguji mesin ICBM.
Perundingan terhenti
Setelah pertemuan pertama dengan pemimpin Korut Kim Jong Un di Singapura pada Juni 2018, Trump mengatakan, Kim menyampaikan kepadanya bahwa Korut telah menghancurkan situs pengujian mesin rudalnya dan juga berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi.
Citra satelit kemudian menunjukkan Korut membongkar tempat pengujian mesin roket dan fasilitas lainnya di situs Sohae. Maret lalu 2019, intelijen Korsel dan beberapa pakar AS mengatakan, Korut justru sedang membangun kembali fasilitas di situs Sohae. Apa yang dilakukan Korut tersebut makin meningkatkan keraguan terhadap Korut, apakah Korut benar-benar berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi.
Baca juga: Sinyal dari Kunjungan Kim ke Gunung Paektu
Sebagian besar diplomasi antara Korsel dan Korut tetap menemui jalan buntu sejak pertemuan kedua antara Trump dan Kim di Vietnam pada Februari 2019 tak membuahkan kesepakatan. Dalam pertemuan di Vietnam itu, ada sejumlah perselisihan mengenai berapa banyak sanksi terhadap Korut yang akan dicabut sebagai imbalan atas pembongkaran kompleks situs peluncuran nuklirnya.
Korut sejak itu memperingatkan AS agar mengubah kebijakan AS yang dinilai terus memusuhi Korut. Pyongyang juga meminta Washington agar membuat proposal baru yang dapat diterima Korut pada akhir tahun ini. Jika Washington tak mau atau tak berminat, Korut akan mengambil jalan baru yang belum mereka ditentukan. Namun, apa jalan baru tersebut, semua masih jadi teka-teki. (REUTERS/AP)