Masuki Bulan Bahaya, Waspadai Bencana Hidrometeorologi
Menjelang awal tahun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Doni Monardo mengajak semua unsur untuk mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang awal tahun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Doni Monardo mengajak semua unsur untuk mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi. Terlebih, bulan Desember identik dengan kejadian bencana-bencana besar.
Doni berbicara saat BNPB menggelar rapat koordinasi kebencanaan di Jakarta, Selasa (17/12/2019). Rapat dihadiri pimpinan dari semua BNPB provinsi, unsur TNI/Polri, kementerian dan lembaga hingga para akademisi.
Dalam arahannya, Doni mengajak para peserta untuk mengantisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem pada akhir tahun hingga awal tahun depan.
Sebagaimana telah diinformasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem tersebut secara umum akan terjadi dalam beberapa minggu ke depan.
”Kesiapsiagaan menghadapi ancaman banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung hingga gelombang pasang. Diharapkan tiap daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota bisa terintegrasi,” ujarnya.
Doni tidak menginginkan peristiwa hidrometeorologis yang menimbulkan korban dan kerugian besar seperti tahun-tahun sebelumnya kembali terjadi. Pada akhir Desember 2018, misalnya, terjadi tanah longsor di Sukabumi Selatan. Korban meninggal sekitar 33 orang.
Kemudian pada Januari 2019 juga terjadi banjir bandang dan tanah longsor di beberapa daerah. Jumlah korban jiwa saat itu setidaknya mencapai 88 orang. Pada Maret 2019, hujan dengan intensitas tinggi di wilayah Jayapura juga menyebabkan banjir bandang. Korban di kawasan Sentani mencapai sekitar 112 orang.
”Pada April, terjadi banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Bengkulu, korbannya 25 orang. Pada Juni, di banyak lokasi Indonesia timur seperti Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Ribuan rumah hanyut,” ungkap Doni.
Menurut Doni, pengalaman ini seharusnya bisa membuat masyarakat lebih siap. Rapat koordinasi yang diselenggarakan hari ini salah satunya untuk menyusun kesiapsiagaan bersama. Mulai dari alat transportasi air, tempat pengungsian, hingga mengingatkan masyarakat di sepanjang sungai yang rawan terjadi arus kencang.
”Selain itu juga menyiapkan logistik sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan, kita sudah siap. Masyarakat desa dan sukarelawan juga bisa dilibatkan untuk melakukan susur sungai ke titik-titik yang tertutup tumpukan kayu,” ujarnya.
Khusus untuk ancaman angin kencang, Doni mengingatkan masyarakat untuk tidak menebang pohon, tetapi memangkas ranting-rantingnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban pohon sehingga tidak rawan roboh jika ada angin kencang atau puting beliung.
Bulan bahaya
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo mengatakan, rapat koordinasi ini juga dilakukan mengingat kerapnya kejadian bencana alam pada Desember. Mulai dari tsunami Aceh pada 2004 yang paling fenomenal, Tsunami Flores pada 1992 hingga banjir di Kota Manado pada 2014.
”Desember dan Januari adalah bulan-bulan berbahaya. Biasanya terjadi bencana besar, tetapi kita tidak mengharapkan,” katanya.
Selain kolaborasi dengan banyak pihak, BNPB juga menyiagakan tim di empat area berbeda. Wilayah pertama meliputi wilayah sekitar Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Tim kedua sekitar Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Tim ketiga sekitar Sumatera, sedangkan tim keempat di sekitar Jawa dan Bali.
”Memasuki musim hujan, sejumlah daerah bisa segera menetapkan status siaga darurat di wilayahnya agar kita juga bisa memberikan bantuan dana siap pakai,” ujar Agus.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo memprediksi, pada Desember 2019 curah hujan tinggi akan terjadi di sebelah barat Sumatera, Jawa Barat, bagian selatan dan tengah, Kalimantan bagian barat, Sulawesi bagian tengah dan Papua bagian tengah.
”Kondisi tiap daerah tidak sama karena karakteristik wilayahnya. Misalnya di Maluku bagian tengah sedang masuk ke dalam musim kemarau,” katanya.
Sementara itu, pada Januari 2020, curah hujan tinggi akan terjadi di Sumatera bagian barat, Jawa bagian barat hingga Jawa bagian tengah serta Papua.
Mulyono mengingatkan, sejumlah daerah di Jawa bagian selatan memiliki topografi yang kemiringannya cukup curam sehingga berpotensi banjir dan terjadi longsor.
”Pada umumnya, musim hujan di Indonesia akan berlangsung hingga April 2020,” ujarnya.