Mahfud MD: Pemerintah Tidak Mendiamkan Krisis Uighur
Pemerintah Indonesia tidak mendiamkan dugaan kasus pelanggaran HAM yang menimpa warga Uighur di wilayah otonomi Xinjiang, China.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia tidak mendiamkan dugaan kasus pelanggaran hak asasi manusia yang menimpa warga Uighur di wilayah otonomi Xinjiang, China. Warga Uighur dilaporkan mendapatkan perlakuan tidak adil dari Pemerintah China, termasuk pembatasan kebebasan beribadah.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, di Jakarta, Kamis (19/12/2019), mengatakan, Indonesia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi dan harus obyektif melihat seluruh persoalan tersebut.
Pemerintah, lanjut Mahfud, berupaya menjadi penengah dalam mencari jalan keluar terbaik. Upaya itu tengah dilakukan Kementerian Luar Negeri.
”Bu Menteri Luar Negeri (Retno LP Marsudi) sudah mengambil langkah. Indonesia mempunyai jalan diplomasi lunak sejak dulu, menjadi penengah, dan mencari jalan yang baik, bukan konfrontatif,” ujar Mahfud.
Pemerintah berupaya untuk obyektif dalam melihat seluruh persoalan Uighur. Untuk itu, Menlu Retno akan melakukan pendekatan-pendekatan lunak kepada China melalui diplomasi bebas aktif.
Selain itu, kata Mahfud, kelompok masyarakat seperti Majelis Ulama Indonesia dan Muhammadiyah telah berkunjung ke Uighur.
”Pemerintah mencari jalan terbaik, tidak mendiamkan dugaan pelanggaran itu. Tetapi, pemerintah harus tahu masalah yang sebenarnya,” ucapnya.
Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah, ketika dikonfirmasi Kompas, Selasa (17/12/2019), menyebutkan, Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah pendekatan dalam menyikapi isu Uighur.
Salah satunya, kata Faizasyah, dengan menyampaikan pandangan terkait isu Muslim Uighur langsung kepada Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian, beberapa waktu lalu.
”Banyak cara untuk menyampaikan kepedulian terhadap satu isu, tidak selalu harus dengan berteriak atau megaphone diplomacy,” ujarnya.
Dilansir Kementerian Luar Negeri, Menlu Retno mengadakan pertemuan dengan Menlu China Wang Yi di sela-sela Pertemuan Menlu Asia-Eropa (ASEM FMM) Ke-14 di Madrid, Spanyol, Senin (16/12/2019), untuk membahas hubungan kedua negara.
Dalam pertemuan itu, di akhir pertemuan, Retno meminta informasi mengenai perkembangan situasi di Xinjiang. Mengenai hal itu, seperti disebutkan dalam rilis Kementerian Luar Negeri, Wang kembali menyatakan, kebebasan beragama umat Islam di Xinjiang dijamin negara.
”Dari informasi yang saya terima, Menlu Retno LP Marsudi kembali mengangkat masalah ini ketika bertemu Menlu China Wang Yi di Madrid,” kata Faizasyah.
Sementara itu, Senin lalu, Muhammadiyah mengeluarkan pernyataan berisi, antara lain, desakan kepada Pemerintah Indonesia untuk lebih tegas menyikapi pelanggaran HAM di Xinjiang.
Pemerintah Indonesia diminta menggalang dukungan melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan dalam kapasitas sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia juga baru terpilih sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB periode 2020-2022.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Majelis Ulama Indonesia Muhyiddin Djunaidi mengatakan, isu Uighur merupakan masalah kompleks. Meski ada potensi tentang persekusi terhadap warga Muslim Uighur, negara-negara Islam sulit untuk mengkritik langsung karena mereka mitra China.
Muhyiddin menambahkan, ormas Islam di Indonesia berharap OKI bisa membentuk tim khusus pencari fakta untuk mempelajari masalah dan menemukan solusi bagi Xinjiang.
”Pemerintah China diharapkan berhenti bersikap defensif dan memberikan akses yang lebih luas agar kami dapat mengamati perkembangan di sana secara obyektif. Kami pun siap menerima mahasiswa Muslim dari China yang ingin belajar di Indonesia agar memperoleh gambaran Islam yang lebih luas,” ujarnya.