Pembangunan Jembatan Teluk Kendari dikebut untuk mengejar target penyelesaian pada Februari 2020. Untuk mempercepat proses, tiang dan lantai jembatan dikerjakan secara paralel.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Pembangunan Jembatan Teluk Kendari dikebut untuk mengejar target penyelesaian pada Februari 2020. Untuk mempercepat proses, tiang dan lantai jembatan dikerjakan secara paralel, yang diklaim pertama kali dilakukan di Indonesia.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Pembangunan Jembatan Teluk Kendari Kementerian PUPR Armen Adekristi menuturkan, pengerjaan secara berbarengan tiang dan jembatan telah dilakukan sejak tiga bulan terakhir. Hal itu ditempuh setelah mempertimbangan semua parameter pengerjaan yang berisiko tinggi.
Semua hal diawasi, apalagi baru pertama kali di Indonesia untuk pengerjaan paralel tiang dan lantainya.
”Jadi, ini semua high risk karena di atas tingginya lebih dari 50 meter (tiang) dan di bawah, pembebanan beton sampai 450 ton. Itu semua harus dikontrol karena ada pembebanan saat pengerjaan tiang. Semua hal diawasi, apalagi baru pertama kali di Indonesia untuk pengerjaan paralel tiang dan lantainya. Teknik ini juga sudah diadopsi di Kalimantan,” kata Armen, Jumat (20/12/2019).
Jembatan sepanjang 1,34 kilometer yang total menghabiskan anggaran Rp 800,9 miliar ini menghubungkan dua kawasan di ujung mulut Teluk Kendari, yakni kawasan Kota Lama di sebelah utara teluk dan Lapulu di sisi selatan. Jembatan akan memangkas jarak tempuh di antara kedua daerah itu, yang selama ini harus memutari teluk sejauh 25 kilometer.
Dari pantauan Kompas, Jumat, ratusan pekerja tampak melakukan pengerjaan secara paralel itu. Pekerja menyelesaikan pekerjaan dua tiang utama yang memiliki tinggi lebih dari 60 meter. Bahan dan barang diangkut memakai alat berat crane (derek) ke puncak tiang. Di sisi lain, sebagian pekerja bersiap untuk melakukan pengecoran lantai jembatan.
Sejumlah kabel penahan jembatan model cable stayed juga telah terpasang. Jembatan ini dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari PT PP dan PT Nindya Karya dengan kontrak tahun jamak. Jembatan ini direncanakan memiliki lebar 20 meter yang terdiri atas empat lajur lengkap dengan median jalan dan trotoar.
Setiap bagian dihitung terlebih dahulu untuk melihat pembebanan dan pergeseran yang terjadi ketika proses pembangunan berlangsung.
Menurut Armen, kontrol ketat dilakukan untuk melihat pergeseran dan pembebanan dari semua aspek. Setiap bagian dihitung terlebih dahulu untuk melihat pembebanan dan pergeseran yang terjadi ketika proses pembangunan berlangsung. Sejauh ini, permodelan dan praktik di lapangan masih sesuai dengan kajian yang dilakukan.
Dengan memakai teknik pengerjaan paralel ini, sambung Armen, pengerjaan disebut bisa menghemat waktu minimal enam bulan. Tiang jembatan diproyeksi selesai pada akhir 2019 ini. Sementara jika sesuai proyeksi, lantai jembatan baru bisa dikerjakan pada Januari 2020.
Menurut Armen, sejak tahap perencanaan pengerjaan paralel hingga kini, pihaknya terus berkoordinasi dengan Komite Keselamatan Konstruksi dan Komite Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan. Setiap perkembangan dilaporkan kepada dua pihak tersebut.
”Secara umum, per hari ini sudah 77 persen pengerjaannya. Kalau tidak ada kendala, Februari atau Maret bisa selesai. Sekarang, kami sedang ajukan untuk adendum (perpanjangan waktu) agar ada waktu tambahan pengerjaan,” katanya.
Jembatan sepanjang 1,34 kilometer ini memang awalnya direncanakan tuntas pada Februari 2020. Target ini telah mendapat tambahan (adendum pertama) dari sebelumnya yang direncanakan selesai pada Juli 2019.
Penambahan waktu pertama ini dilakukan karena pengerjaan terlambat berlangsung. Saat itu, proses pembersihan ranjau laut memakan waktu delapan bulan sehingga pengerjaan baru bisa dilakukan pada Juli 2016. Ranjau laut sisa Perang Dunia II banyak ditemukan di dasar teluk.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XXI Kendari Yohanis Tulak Todingara menuturkan, penambahan waktu diajukan karena adanya permasalahan lahan yang belum tuntas hingga saat ini. Tercatat masih ada empat bidang lahan yang harus diselesaikan dan saat ini telah dititipkan ke pengadilan melalui metode konsinyasi.
”Memang masih ada kendala lahan, tapi semuanya sudah bisa selesai. Kami berupaya agar pengerjaan tidak terganggu dan jembatan bisa segera diselesaikan. Saat ini kendala hanya pada cuaca yang dikhawatirkan bisa menghambat pengerjaan,” ucap Tulak.
Jembatan Teluk Kendari, tambah Tulak, memiliki arti penting bagi ekonomi hingga pariwisata di Kota Kendari dan sekitarnya. Selain mempersingkat waktu tempuh di antara dua wilayah ujung mulut teluk, jembatan itu juga menjadi akses ke Bungkutoko, lokasi pelabuhan baru Kendari.
Dengan demikian, jembatan bisa memperlancar arus ekonomi dan barang dari dan ke Kota Kendari. Selain itu, jembatan tersebut juga dapat menjadi ikon baru bagi wilayah ini.