Ditutup Empat Bulan, Pendakian Gunung Ciremai Akhirnya Dibuka Jelang Tahun Baru
Setelah ditutup lebih dari empat bulan karena kebakaran hutan dan lahan, jalur pendakian di Gunung Ciremai kembali dibuka, Senin (30/12/2019).
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Setelah ditutup lebih dari empat bulan karena kebakaran hutan dan lahan, jalur pendakian di Gunung Ciremai kembali dibuka, Senin (30/12/2019). Namun, pendakian di gunung tertinggi di Jawa Barat itu menerapkan ketentuan baru, seperti pendaftaran secara daring dan pembatasan jumlah pendaki.
Keputusan itu tertuang dalam pengumuman Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Nomor PG.27/T.33/TU/KSA/12/2019 yang ditandatangani Kepala BTNGC Kuswandono, Jumat (27/12/2019). Pembukaan jalur pendakian gunung setinggi 3.078 meter di atas permukaan laut itu karena tidak ditemukan lagi potensi kebakaran hutan dan lahan. Hujan juga mulai turun sejak pertengahan November.
Agus Yudantara dari bagian Humas BTNGC mengatakan, pihaknya bersama pengelola pendakian Gunung Ciremai (PPGC) telah mengecek kelayakan jalur pendakian, termasuk fasilitasnya. Vegetasi hutan, seperti alang-alang, pohon pinus, rotan, kaliandra, dan kopi, juga telah pulih pasca-kebakaran.
”Ciremai bisa digunakan untuk pendakian Tahun Baru nanti,” katanya, Sabtu (28/12/2019).
Sebelumnya, jalur pendakian di gunung dengan luas sekitar 15.000 hektar itu ditutup sejak 7 Agustus 2019 karena terbakar hebat. Kebakaran terus berlanjut, termasuk akhir Oktober lalu di Desa Setianegara, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Tahun ini, diperkirakan lebih dari 700 hektar Gunung Ciremai terbakar, termasuk sekitar 300 hektar bunga edelweis.
Kini, tiga dari empat jalur pendakian sudah beroperasi dengan kuota yang sudah ditetapkan. Ketiganya adalah jalur Linggasana dengan kuota 218 pendaki per hari, jalur Apuy (455 pendaki per hari), dan jalur Palutungan (497 pendaki per hari). Adapun jalur Linggajati (230 pendaki per hari) baru akan dibuka pada 2 Januari 2020.
Agus mengatakan, pihaknya tidak hanya membuka jalur pendakian, tetapi juga membenahinya. ”Pendaftaran sekarang harus booking (pesan) online,” ucap Agus.
Pemesanan dapat dilakukan di laman http://tngciremai.com, lalu mengisi formulir dan menyelesaikan pembayaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 5.000 per orang dengan transfer. Pemesan harus berjumlah minimal empat orang dan maksimal 10 orang. Setelah tuntas, calon pendaki akan menerima kode lokasi transit camp (TC) untuk mendirikan tenda.
TC merupakan pos singgah pendaki. Sebanyak 15 TC disiapkan agar pendaki tidak lagi mendirikan tenda di sembarang tempat. Hal tersebut untuk memastikan hutan tidak terbakar. Menurut Agus, selain warga yang membakar lahan, dugaan kebakaran di Ciremai juga dapat disebabkan dari puntung rokok atau api unggun dari pendaki.
Pendaki juga diwajibkan membawa surat kesehatan dari dokter atau mengecek kesehatan di pos. Petugas pos jalur pendakian kemudian memberikan pengarahan terkait aturan dan larangan selama mendaki sekaligus mengecek kelengkapan logistik pendaki.
Endun Abdullah, Ketua Mitra Pengelola Pendakian Gunung Ciremai Jalur Palutungan, mengatakan, pembukaan pendakian membawa angin segar bagi masyarakat setempat. ”Ada 7 warung makan dan 15 warung biasa milik warga yang bergantung pada jalur pendakian Palutungan. Selama ditutup, warung mereka sepi,” katanya.
Di sisi lain, pembukaan jalur pendakian menutup celah pendaki yang berangkat secara ilegal. Juli lalu, misalnya, seorang pendaki tersesat karena tidak mendaftar di pos Palutungan. ”Kami tidak hanya memikirkan nilai uang yang diterima, tetapi keamanan pendaki juga. Soalnya, kalau ditahan-tahan, pendaki akan memaksa dan berangkat secara ilegal,” ungkapnya.
Endun mendukung upaya Balai TNGC membenahi jalur pendakian, termasuk membatasi kuota pendaki. Menurut dia, pendakian Tahun Baru di jalur Palutungan belum pernah lebih dari 400 orang per hari. Namun, ketika peringatan 17 Agustus, jumlah pendaki bisa membeludak hingga 1.000 pendaki per hari.
Dwi Ayu (28), anggota istimewa Mapala Wira Buana Universitas Wiralodra Indramayu, menilai, pembatasan jumlah pendaki diperlukan demi keamanan. ”Sekarang banyak pendaki pemula yang belum memahami soal pendakian. Jadi, harus dibatasi. Namun, sistem pendaftaran online harus bisa diakses kapan pun,” katanya.
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Kuningan Deni Komara mengatakan, pembukaan jalur pendakian Gunung Ciremai bakal menambah kunjungan wisatawan ke Kuningan. Tahun lalu, 48.995 orang mendaki Gunung Ciremai. Jumlah ini belum termasuk wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata di kaki Gunung Ciremai. Adapun kunjungan wisatawan ke Kuningan mencapai lebih dari 4 juta orang pada 2018.