Cuaca Ekstrem, Pendakian Rinjani Ditutup Tiga Bulan
Jalur pendakian Gunung Rinjani, di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, ditutup selama tiga bulan mulai awal Januari hingga akhir Maret 2020. Penutupan dilakukan mengantisipasi kondisi cuaca ekstrem selama musim hujan.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, ditutup sementara untuk pendakian selama tiga bulan mulai awal Januari hingga akhir Maret 2020. Penutupan aktivitas pendakian gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut tersebut guna mengantisipasi cuaca ekstrem selama musim hujan.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TGNR) Dedy Asriady, Selasa (31/12/2019), di Mataram, mengatakan, pihaknya berpedoman pada prakiraan potensi cuaca ekstrem, terutama curah hujan sangat tinggi yang membahayakan keselamatan pengunjung.
”Penutupan dilakukan pada empat jalur pendakian, yakni Desa Senaru di Lombok Utara; Desa Sembalun dan Desa Timbanuh di Lombok Timur; serta Desa Aikberik, Lombok Tengah,” ujarnya.
Berdasarkan data Balai TNGR, pendakian Gunung Rinjani merupakan alternatif destinasi wisata dalam dan luar negeri saat mengunjungi Pulau Lombok. Rinjani yang merupakan anak Gunung Samalas (Rinjani Tua) adalah puncak tertinggi gunung ketiga di Indonesia setelah Puncak Jaya (4.884 mdpl) dan Gunung Kerinci (3.805 mdpl).
Gunung Rinjani juga memiliki kaldera Danau Segara Anak (2.008 mdpl) yang berbentuk bulan sabit. Rinjani juga merupakan gunung api aktif dengan danau kaldera tertinggi di Indonesia bahkan dunia. Kawasan Rinjani yang semula berstatus taman bumi (geopark) nasional, kini masuk anggota UNESCO Global Geopark (UGG).
Selama periode 14 Juni-29 Desember, tercatat 16.948 wisatawan mengunjungi Gunung Rinjani. Mereka meliputi 12.606 wisatawan mancanegara dan 4.342 wisatawan lokal.
Menurut Dedy, penutupan semua jalur pendakian itu juga bertujuan untuk memulihkan ekosistem kawasan Gunung Rinjani sekaligus perbaikan jalur pendakian yang sebagian rusak akibat diguncang gempa Magnitudo 6,4 pada akhir Juli 2018. Langkah itu merupakan keputusan bersama Balai TNGR dan instansi lain, termasuk TNI-Polri dan SAR NTB.
Menurut personel Satuan Tugas Rinjani Bersih, Hujazi Nuh, penutupan sementara pendakian Rinjani sangat penting, terutama karena cuaca di kawasan itu sangat ekstrem saat musim hujan. ”Semula cuaca begitu cerah, tetapi dalam waktu singkat bisa menjadi berkabut dan hujan lebat,” ujarnya.
Para pelaku usaha jasa pariwisata seperti porter dan pemandu wisata berlisensi yang berjumlah 188 orang, menurut Hujazi, sudah memaklumi kondisi itu. Mereka pun tidak berani mendaki dengan risiko yang akan membahayakan keselamatan para tamu.
Pengelola tour operator pendakian Rinjani di Desa Sembalun, Royal Sembahulun, membenarkan bahwa selama Januari hingga Februari, curah hujan tinggi disertai angin kencang selalu melanda kawasan Gunung Rinjani. Bahkan, kondisi cuaca buruk seperti itu pernah mengakibatkan tujuh pendaki meninggal pada 2007.
”Itu menjadi pelajaran kami, bahkan selaku pengelola bisnis wisata juga was was, karena cuaca di gunung sulit dibaca. Kami pun memilih istirahat tidak memasarkan gunung Rinjani selama tiga bulan ke depan,” ucap Royal.
Selama 90 hari ke depan, para tour operator, pemandu dan porter, biasanya kembali ke pekerjaan semula seperti bercocok tanam dan menjadi buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya setiap hari.
Dengan penutupan jalur pendakian, Balai TNGR memiliki kesempatan membenahi jalur pendakian dan menata kembali kawasan yang rusak akibat gempa. Kondisi di jalur pendakian berupa tanah jalan setapak umumnya terbelah, menganga, dan tertimbun runtuhan material dampak gempa. Lewat proses alami, pada musim hujan, jalur pendakian yang tanahnya retak menganga itu akan tertutup kembali.
”Saya pernah naik ke kawasan pada Kamis 26 Agustus. Saya lihat tanah yang semula retak memanjang, berikut lubang-lubang menganga di sana-sini, sudah tertutup, tertimbun dan padat kembali oleh tanah yang digerus air hujan,” tutur Hijazi.
Sementara itu, Kepala Desa Sembalun, Lombok Timur, Harmini, mengatakan, tiga hari menjelang pendakian ditutup masih banyak pendaki memanfaatkan momen menjelang pergantian tahun di seputar Pelawangan Sembalun yang merupakan lokasi istirahat sebelum mendaki puncak Rinjani.
”Kemarin, ada 200 pendaki yang naik Rinjani. Mereka mau merayakan Tahun Baru di atas,” ujar Harmini. Namun, seusai perayaan, menyusul penutupan pendakian 1 Januari 2020 mereka harus langsung turun,