Antisipasi Tol Cipali Terendam, Saluran Pembuangan Diperlebar
Saluran pembuangan air di Jalan Tol Cipali diperlebar untuk mengantisipasi genangan air.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — PT Lintas Marga Sedaya, pengelola Jalan Tol Cikopo-Palimanan, bersama Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengantisipasi terendamnya ruas Tol Cipali dengan memperlebar saluran pembuangan.
Jalan bebas hambatan itu masih berpotensi tergenang karena hujan deras yang berlangsung hingga Selasa (7/1/2020).
Direktur Operasi PT LMS Agung Prasetyo mengatakan, pihaknya bersama Direktorat Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR dan BBWS Cimanuk-Cisanggarung telah meninjau Sungai Cilalanang, Kabupaten Indramayu, Jabar, Rabu (1/1/2020). Peninjauan itu untuk mengecek sumber air yang membuat ruas Tol Cipali Kilometer 136,200 terendam, Selasa (31/12/2019).
Ketika itu, ruas tol yang terendam mencapai kedalaman 20 sentimeter dengan panjang sekitar 250 meter. Arus kendaraan pun terganggu sekitar pukul 17.00 hingga 18.00.
Lahan persawahan di bagian kiri dan kanan tol juga terendam air. ”Intensitas curah hujan saat itu cukup tinggi, sekitar 74 milimeter per jam selama 1 jam,” katanya.
Menurut Agung, hujan deras membuat Sungai Cilalanang meluap sehingga saluran pembuangan di sekitar tol tidak mampu menampung air. Ruas tol pun terendam. Pihaknya telah berupaya memperdalam saluran pembuangan menggunakan alat berat.
Dia mengklaim PT LMS sudah membangun drainase sesuai dengan detailed engineering design (DED) yang telah disetujui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berdasarkan kondisi setempat pada saat itu.
”Semua saluran air di sepanjang ruas tol selalu dipelihara secara rutin, baik pembersihan maupun perbaikan yang diperlukan,” katanya.
Sistem drainase yang ada di jalan tol, lanjutnya, hanya berfungsi sebagai saluran untuk menampung dan mengalirkan air hujan dan air yang berasal dari permukaan badan jalan tol. Sistem drainase tersebut tidak berfungsi untuk menampung air akibat adanya perubahan tata guna lahan dan tata ruang sekitar tol.
”Kami tidak punya sejarah ruas Tol Cipali tergenang. Ini kejadian pertama,” ucapnya.
Kami tidak punya sejarah ruas Tol Cipali tergenang. Ini kejadian pertama.
Kepala Bidang Operasi Pengelolaan Sumber Daya Air BBWS Cimanuk-Cisanggarung Abdul Ghoni Majdi mengatakan, pihaknya akan memperlebar Sungai Cilalanang sekitar 500 meter dari hulu ke hilir dan menggali mulut gorong-gorong di tol. Dengan begitu, diharapkan sungai tidak meluap dan menyeberangi tol lagi.
”Kami menunggu instruksi dari pusat (untuk pengerjaannya). Yang utama sekarang adalah normalisasi saluran,” ujar Ghoni. Normalisasi dilakukan dengan mengangkat sedimentasi sungai menggunakan alat berat.
Apalagi, ruas Tol Cipali sepanjang 116,7 kilometer yang terbentang dari Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon masih terancam terendam.
Ahmad Faa Izyin, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, mengatakan, daerah di sekitar tol diprediksi diguyur hujan sedang hingga deras sampai 7 Januari.
Hujan lebat dapat mencapai 100 milimeter per hari. Padahal, normalnya, intensitas hujan hanya 20 mm per hari.
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata, menilai lingkungan yang tidak terjaga di sekitar tol memicu genangan. ”Kejadian ini memang di luar pengelola jalan tol, tetapi bisa diantisipasi dengan memperbesar saluran. Adapun pengguna yang perjalanannya terganggu dapat diberikan kompensasi,” paparnya.
Terlebih lagi, saat ini masa arus balik Tahun Baru dengan puncak arus pada Rabu (1/1/2020) dan Minggu (5/1/2020). Volume kendaraan pun bisa meningkat hingga lebih dari 60.000 kendaraan per hari. Biasanya hanya sekitar 30.000 kendaraan melintasi Cipali setiap hari.