Banjir yang menerjang wilayah Jakarta dan sekitarnya sejak hujan deras sepanjang pergantian tahun menggerakkan sebagian warga untuk saling bantu. Atas nama solidaritas, mereka mengerahkan tenaga untuk sesama.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
Saat warga sibuk mengurus evakuasi akibat banjir yang melanda sejak Rabu (1/1/2020), Senoaji sedang memasak air dengan kompor gas seadanya di sebuah posko kecil di tepi jalan kawasan perumahan Ciledug Indah, Kota Tangerang, Banten, saat hari mulai gelap, Kamis (2/1/2020).
Air panas itu ia tuangkan ke belasan gelas plastik berisi teh celup. Saat teh dan air melarut, ia bawa gelas-gelas itu ke meja kecil di depan posko.
”Warga yang kebanjiran seperti ini pasti kedinginan. Saya pikir warga butuh posko khusus yang menyediakan air hangat,” ujar warga Kelurahan Pedurenan itu. Tak lama setelah teh dihidangkan, sejumlah warga mendatangi posko dan menyambut hidangan yang tersedia.
Ide Senoaji diinisiasi sejumlah anggota Karang Taruna Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Karang Tengah, Tangerang, saat warga Ciledug Indah sedang dilanda banjir. Sejak Rabu, Senoaji bersama lima temannya menggalang dana dari kelurahan dan sejumlah barang hibah dari warga. Ia pikir, warga akan membutuhkan berbagai barang itu sewaktu-waktu.
”Ada warga yang memberi serenteng kopi saset. Ada juga yang memberi popok dan susu bayi. Posko karang taruna ini menyediakan berbagai keperluan warga dan air panas. Saya pikir mereka butuh itu,” kata pria berusia 26 tahun ini.
Musibah banjir yang terjadi di wilayah Jabodetabek sejak Rabu lalu menggugah hati sejumlah warga. Sebagian warga tergerak menjadi sukarelawan di tengah keterbatasan fasilitas, baik dari listrik maupun penerangan, di lokasi.
Atas nama solidaritas, mereka berusaha membantu warga yang terkena musibah dalam berbagai hal. Sani, misalnya, dari perwakilan komunitas warga Aceh juga turut membuka posko dapur umum. Posko itu didirikan atas sumbangan dari sesama warga Aceh untuk memasak berbagai makanan jadi.
”Teman-teman di sini menyediakan nasi hangat dan mi instan yang sudah dimasak. Semuanya siap masak, warga tinggal makan saja,” kata pria berusia 28 tahun itu.
Sebagian warga lain juga turut membantu proses evakuasi. Ferry, warga Ciledug Indah yang rumahnya juga tergenang, membantu tetangga yang kakinya terkilir saat evakuasi.
Murni, usia 44 tahun, terkilir saat baru berjalan keluar dari rumah. ”Waktu itu baru saja ada perahu dari petugas evakuasi. Saya bantu gotong saja dia naik perahu,” kata Ferry yang berusia 40 tahun.
Kepala Badan SAR Jakarta Hendra Sudirman menghargai bentuk solidaritas warga yang saling bantu saat evakuasi. Menurut dia, berbagai pertolongan dari pihak mana pun sangat berarti di saat genting seperti sekarang.
”Saya akui kemampuan tim terbatas. Berbagai bentuk pertolongan dari warga akan sangat membantu sembari kami terus memproses evakuasi bagi ibu hamil, anak-anak, dan warga lansia,” katanya.
Bantuan evakuasi tidak hanya datang dari Badan SAR Nasional. Polisi dan TNI juga mulai bergerak sejak Rabu. Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono saat mengunjungi kawasan perumahan Ciledug Indah berpesan agar warga tetap menjaga kebersamaan di saat terjadi musibah. Ia juga menjamin keamanan warga karena polisi berjaga di lokasi 24 jam.
”Kepolisian bersama pilar penjaga keamanan siap untuk menjaga masyarakat, baik evakuasi, mengamankan korban, maupun mencegah aksi kriminalitas, di saat seperti ini. Masyarakat juga sebaiknya mewaspadai informasi terkait prediksi hujan selanjutnya. Sebab, dikabarkan hujan akan terjadi lagi,” kata Gatot.
Terlepas dari bantuan pemerintah yang kerap terlambat datang, bentuk kepedulian dari sesama adalah hal yang menggembirakan. Di saat musibah seperti ini, bantuan sekecil apa pun akan terasa begitu berarti bagi mereka.