Ketua DPRD DKI mendesak Pemprov DKI Jakarta melanjutkan program normalisasi kali-kali di Jakarta sebagai cara antisipasi banjir. Juga mendesak dinas-dinas perhatikan standar prosedur pengelolaan pintu-pintu air.
Oleh
DPRD Desak Pemprov Lanjutkan Normalisasi
·4 menit baca
Ketua DPRD DKI mendesak Pemprov DKI Jakarta melanjutkan program normalisasi kali-kali di Jakarta sebagai cara antisipasi banjir. Juga mendesak dinas-dinas perhatikan standar prosedur pengelolaan pintu-pintu air.
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, Kamis (2/1/2020) kemarin saat kunjungan ke Kali Ciliwung di Gunung Sahari, menyatakan, saat ini Jakarta tengah dilanda banjir. Semua wilayah kota dilanda banjir.
”Nah di sinilah bagaimana normalisasi kali-kali harus dilaksanakan, harus ditindaklanjuti, tidak bisa ditunda-tunda lagi,” ujar Prasetio.
”Nah di sinilah bagaimana normalisasi kali-kali harus dilaksanakan, harus ditindaklanjuti, tidak bisa ditunda-tunda lagi,” ujar Prasetio.
Nirwono Joga, pengamat perkotaan, juga menegaskan hal yang sama. Normalisasi kali Ciliwung bersama-sama Kali Sunter, Kali Angke, dan Kali Pesanggrahan sudah diprogram sejak lama dengan dana bantuan Bank Dunia.
”Dengan dana itu, targetnya normalisasi kali harus selesai,” ujar Nirwono.
Meski demikian, normalisasi kali juga harus diikuti revitalisasi waduk dan situ, serta penambahan luasan ruang terbuka hijau. Kalau ada 13 kali di Jakarta, setiap tahun bisa diprogram kali-kali yang akan dinormalisasi dalam lima tahun. Dengan ada 109 waduk dan situ di Jakarta, setiap tahun bisa diprogram jumlah waduk dan situ yang direvitalisasi. Jakarta masih punya pekerjaan rumah menambah 20 persen luasan RTH.
”Pertanyaannya, Gubernur DKI berani atau tidak mengerjakan normalisasi karena harus menggusur atau memindahkan warga?” kritiknya.
Prasetio menegaskan, mau tidak mau, suka tidak suka, demi kepentingan masyarakat Jakarta secara keseluruhan, kalau memang harus menggusur warga bantaran kali harus dilakukan.
”Lebar kali yang menyempit harus dikembalikan ke lebar semula. Masa kampanye sudah selesai,” ujarnya.
Prasetio menegaskan, mau tidak mau, suka tidak suka, demi kepentingan masyarakat Jakarta secara keseluruhan, kalau memang harus menggusur warga bantaran kali harus dilakukan. ”Lebar kali yang menyempit harus dikembalikan ke lebar semula. Masa kampanye sudah selesai,” ujarnya.
Dari pengamatan di sejumlah titik kali, ia juga mendapati pengelolaan pintu air yang tidak pas. Seharusnya, menurut Prasetio, begitu pintu air Katulampa Siaga 1, seluruh pintu air di Jakarta disiapkan pengaturan buka tutupnya.
”Ini saya lihat operator pintu air tidak siap. Bahkan pompa air yang dibeli dari pengadaan November 2019 tidak siap,” ujarnya.
Secara keseluruhan, ia menilai Pemprov DKI Jakarta tidak siap menghadapi banjir. ”Padahal, dari awal pembahasan anggaran saya selalu menegaskan program prioritas Jakarta adalah penanganan banjir dan macet,” ujarnya.
Nirwono menambahkan, langkah-langkah itu adalah langkah konkret yang harus diambil pascabanjir. ”Bahwa pemprov langsung membuat posko dan evakuasi harus diapresiasi, tapi langkah konkret pascabanjir harus dilakukan,” ujar Nirwono.
Selain itu, menurut dia, mengacu pada prediksi dasarian curah hujan, hujan deras akan terjadi hingga pertengahan Februari. Dengan adanya prediksi dan hitungan tentang curah hujan, seharusnya Pemprov DKI juga menyiapkan simulasi saat situasi terburuk sehingga pemprov akan bersiap dengan peralatan dan kesiapan SDM dinas terkait.
Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Rohmat menjelaskan, dari pengaturan air banjir di pintu air Manggarai pada Rabu (1/1/2020), sampah yang terjaring dan dikumpulkan dari pintu air Manggarai sebanyak 47 truk. Pada hari normal tanpa banjir, sampah terkumpul dan terangkut dengan 2-3 truk per hari.
Dengan 47 truk, sampah yang terangkut didominasi oleh sampah-sampah kayu , bambu. Sekarang lebih banyak lagi alat rumah tangga, seperti kulkas, TV, radio, tabung-tabung gas, bangku, meja, juga lemari. ”Banyak macam. Kayunya besar bisa 10 meter,” ujarnya.
Rohmat memastikan, dalam situasi banjir atau tidak, UPK Badan Air tetap melakukan pembersihan kali-kali di Jakarta. ”Petugas UPK Badan Air siaga di 13 kali di Jakarta,” ujarnya.
Tips sehat bagi korban banjir
Terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia Handayani menjelaskan, untuk korban banjir di Jakarta, dinkes mengimbau agar menjaga kesehatan diri dan lingkungan. Hal itu terkait dengan banyaknya kecoak dan tikus yang banyak berkeliaran di air banjir.
Korban banjir sebaiknya selalu mencuci kaki dan tangan dengan bersih. Juga memasak makanan dan minuman dengan air bersih.
Sebaiknya warga juga menghindari kontak langsung dengan air banjir dan disarankan menggunakan sepatu bot saat harus berjalan di air banjir. Menghindari air banjir menjadi cara pencegahan penularan penyakit leptospirosis yang ditularkan lewat urine tikus. Warga juga disarankan tetap menjaga kesehatan karena penyakit saat banjir seperti diare bisa menjangkiti.