Pekerjaan pasca banjir awal tahun 2020 di Jakarta dan sekitarnya membentang di depan mata. Sementara ini warga membersihkan sisa lumpur di sekitar tempat tinggalnya dengan alat seadanya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Warga yang tinggal di Jakarta Selatan mulai membersihkan area permukiman dari sisa banjir, Jumat (3/1/2019). Mereka mengeruk lumpur dan sampah yang terbawa banjir dengan peralatan seadanya.
Warga di RT 17/RW 07, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, misalnya. Mereka secara bergantian menggunakan pompa air untuk menyemprot lumpur yang mengendap mulai dari dalam, sekeliling hingga akses masuk rumah berupa gang-gang sempit.
Setiap kepala keluarga yang menggunakan pompa air diwajibkan untuk menanggung biaya bahan bakar. Adapun air disedot dari salah satu sumur milik warga setempat. "Kami bersihkan sendiri, pake pompa air dan semprot sendiri. Kalau banjir ya begini, bersihkan sendiri," kata Suis (50).
Warga mulai membersihkan sisa banjir sejak Kamis (2/1). Untuk hari ini, Suis menghabiskan lima botol bensin (Rp 10.000 per botol) untuk membersihkan kontrakan dua lantai.
Suis bertugas memindahkan perabotan-perabotan yang terendam banjir. Perabotan itu dibersihkan dan dikeringkan sebelum diletakan ke tempat aman di lantai dua. Sementara istrinya membersihkan lumpur yang mengendap di dalam rumah. Mereka dibantu seorang tetangga yang menyemprotkan air dan mengalirkan lumpur keluar dari gang akses masuk perumahan.
Saat ini, belum semua rumah dibersihkan karena masih ada genangan air. Untuk itu, warga mengganti pipa paralon untuk saluran air yang pecah agar genangan air segera surut.
Disebar
Kelurahan Pejaten Timur mengerahkan 80 Petugas Penanganan Prasaran dan Sarana Umum (PPSU) ke berbagai titik banjir di wilayah itu. Setiap titik setidaknya terdapat 12 petugas yang membantu warga membersihkan sisa banjir.
Di RT 17/RW 7 dan RT 5/RW 8 misalnya. Petugas PPSU membawa pacul, karung, sapu, dan peralatan lain untuk membantu warga. Mereka bekerja mulai pukul 07.30 hingga pukul 17.00. Mereka membersihkan akses masuk permukiman dari sampah dan lumpur. Sampah dan lumpur itu dimasukan ke karung-karung sebelum diangkut dinas terkait.
Selain itu, mereka memindahkan perabotan warga yang terendam banjir. Lalu turut membersihkan endapan lumpur di rumah. "Kami disebar. Ada juga bantuan dari polsek dan Satpol PP. Untuk air, dipasok pemadam kebakaran," kata Rendy, salah satu anggota PPSU.
Banjir di area tersebut berasal dari luapan Sungai Ciliwung. Belum ada normalisasi di situ. Sementara pada daerah aliran sungai terjadi endapan lumpur dan sampah. Adapun bangunan tinggal berjejer di sepanjang bantaran sungai.
Warga tidak menyangka banjir awal tahun ini menjadi salah satu yang terbesar melanda wilayah Pejaten Timur. Setidaknya ketinggian banjir mencapai empat meter. Budi Setiawan (30) mengatakan, warga tidak mengantisipasi banjir karena daerahnya sudah menjadi langganan banjir dan terakhir kali banjir besar terjadi tahun 2007.
"Tidak ada antisipasi karena langganan banjir. Warga pinggiran mana ada pikirkan begitu (antisipasi), sudah tidak kaget banjir karena sering banjir," kata Budi. Kendati demikian, kata Budi, warga tidak menyangka banjir akan sebesar tahun 2007.