Waspadai Bencana, Warga Menyetok Makanan dan Beli Peralatan Darurat
Warga Jakarta yang terdampak banjir pada awal 2020 mewaspadai hujan deras yang berpotensi terjadi Januari ini. Antisipasi dilakukan dengan menyetok makanan, minuman, dan membeli peralatan darurat.
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga Jakarta yang terdampak banjir pada awal 2020 mewaspadai hujan deras yang berpotensi terjadi Januari ini. Antisipasi dilakukan dengan menyetok makanan, minuman, dan membeli peralatan darurat, seperti jaket pelampung, boks tahan air, kotak P3K, dan senter.
Melisa (29), warga kompleks Perumahan Taman Aries, Jakarta Barat, masih merasa tidak tenang setelah banjir di tempatnya surut. Menyadari peringatan dini hujan deras hingga 12 Januari 2020 yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, ia mewaspadai potensi bencana banjir akibat hujan deras.
Ia tidak berani bepergian terlalu jauh dari rumahnya karena takut tidak akan sempat menyelamatkan barangnya ketika ada banjir. ”Saya masih takut rumah kena banjir lagi. Jadi enggak tenang. Sekarang, posisi rumah siap siaga. Kami sudah stok makanan dan minuman di lantai dua. Ada juga lilin, sleeping bag, dan baju di atas,” ucapnya.
Selain itu, ia juga membeli secara daring beberapa peralatan darurat yang bisa digunakan untuk membantu evakuasi, seperti jaket pelampung, tali serbaguna, dan peluit.
”Saya beli peralatan itu mengingat ketinggian banjir bisa mencapai 2 meter dan saya tidak bisa berenang,” ujar Melisa. Ada pun peralatan serbaguna lain yang dibeli seperti boks tahan air, emergency blanket (selimut darurat), pisau lipat, dan kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Ruangan atas
Di area perumahan lain yang sudah menjadi langganan banjir setiap tahun, warga mengantisipasi banjir dengan membangun ruangan yang lebih tinggi dari permukaan tanah.
Marhama (49), warga Gang Minatu, dekat Jalan Kemang Selatan XII, Jakarta Selatan, misalnya, memiliki ruangan yang letaknya lebih dari 2 meter di atas permukaan tanah. Ruangan itu digunakan sebagai tempat pengungsian Marhama beserta ketiga anggota keluarganya ketika banjir menerjang rumahnya. Ruangan itu diakses dari salah satu kamar dengan menggunakan tangga lipat.
”Saya tinggal di sini sejak awal 2000-an. Karena beberapa kali kena banjir, kami naikin ruangannya supaya enggak kebanjiran. Di sini, sebagian warga bertahan di rumahnya saat banjir. Mengungsi ke tempat pengungsian kadang enggak enak karena kotor,” ucap Marhama.
Di ruangan yang terletak di atas itu, Marhama selalu menyetok makanan darurat yang bisa langsung dikonsumsi, seperti biskuit dan keripik. Selain itu, ruangan lain, seperti dapur dan kamar tidur, juga dibangun hampir 1 meter di atas permukaan tanah. Hal tersebut demi mencegah atau mengurangi banjir masuk ke dalam ruangan itu.
Strategi serupa juga diterapkan Ani (35), warga yang juga tinggal di gang perumahan dekat kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Kasur tempat tidurnya ditempatkan di semacam meja besar yang tingginya sedikit lebih dari 1 meter. Berkat ketinggian itu, kasur biasanya tidak kena banjir dan barang-barang berharga juga bisa diselamatkan di atas situ.
”Saat banjir, saya siap naikin barang-barang ke atas kasur itu. Saya juga naik ke atas biasanya sambil menunggu banjir surut,” ujar Ani.
Marhama dan Ani biasanya bertahan di rumahnya saat banjir. Namun, saat banjir awal 2020 ini, mereka terpaksa mengungsi ke tempat lain. Ketinggian banjir hampir 2 meter atau lebih tinggi daripada biasanya. Bantuan logistik juga sulit diperoleh karena jalan yang sempit dan arus banjir yang cukup deras akibat luapan Kali Krukut.
”Banjir tahun 2020 paling parah dibandingkan dengan sebelumnya. Biasanya banjir hanya selutut (kurang dari 1 meter). Kemarin (awal tahun 2020), banjirnya hampir sedada (hampir 2 meter),” kata Ani.
Mengutip siaran pers yang dikeluarkan BMKG, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo menyatakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di Jabodetabek pada 9-12 Januari 2020. Ia memastikan, hujan selama periode itu tidak akan se-ekstrem hujan deras yang terjadi menjelang dan pada 1 Januari 2020.
Namun, publik tetap diimbau membangun kesiapsiagaannya, seperti menyiapkan rencana evakuasi, tempat evakuasi, tas siaga bencana, dan dokumen yang harus diselamatkan.
Pemerintah daerah pun diharapkan melakukan upaya pencegahan dan mitigasi, seperti memperbaiki tanggul yang jebol, membersihkan saluran air, dan memperbaiki pompa yang rusak.
”Weather alert (peringatan cuaca) yang beredar di masyarakat dapat digunakan sebagai peringatan dini kepada kita semua. Masyarakat diimbau tetap waspada dan siaga serta berhati-hati terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan, seperti angin kencang, genangan air, longsor, pohon tumbang, tersengat aliran listrik, dan penyakit setelah banjir,” kata Agus.