Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan, investigasi Angkatan Bersenjata menyimpulkan penembakan rudal akibat kesalahan manusia menyebabkan jatuhnya pesawat Ukraina. Ia memastikan Iran akan menghukum pihak yang bersalah.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
DUBAI, SABTU — Iran, Sabtu (11/1/2020), mengakui bahwa pihaknya tanpa sengaja menembak pesawat komersial Ukraine International Airlines yang jatuh setelah lepas landas dari Teheran, Iran, pada 8 Januari lalu. Sebelumnya, Teheran membantah tudingan sebagai penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
”Republik Islam Iran secara mendalam menyesalkan terjadinya kesalahan yang menjadi bencana ini,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani melalui Twitter. ”Penyelidikan internal Angkatan Bersenjata menyimpulkan bahwa penembakan rudal yang disesalkan akibat kesalahan manusia menyebabkan jatuhnya pesawat Ukraina dan kematian 176 orang tak berdosa.”
”Penyelidikan terus berlanjut untuk mengidentifikasi dan menghukum akibat tragedi besar dan kesalahan tak termaafkan ini,” lanjut Rouhani.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melalui akun Twitter-nya mengungkapkan, hasil investigasi Angkatan Bersenjata Iran menunjukkan bahwa jatuhnya pesawat Boeing 737-800 maskapai Ukraine International Airlines akibat ”kesalahan manusia pada saat krisis yang ditimbulkan oleh petualangan AS yang berujung pada musibah itu”.
Pernyataan militer Iran menyebutkan, sebuah rudal telah menghantam pesawat tersebut. Mereka menyampaikan belasungkawa bagi para korban. Ditambahkan, pesawat Ukraina itu terbang di dekat sebuah situs militer milik pasukan elite Garda Revolusi Iran. Teheran menambahkan, pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam insiden penembakan tersebut akan diajukan ke departemen hukum di militer dan bakal dimintai pertanggungjawaban.
Pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan maskapai Ukraine International Airlines itu jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini, Teheran, dalam penerbangan menuju Kiev, Ukraina, Rabu (8/1) pagi. Pesawat itu jatuh tidak lama setelah Iran menembakkan rudal-rudalnya ke pangkalan militer AS di Irak sebagai pembalasan atas pembunuhan Qassem Soleimani, Komandan Brigade Al-Quds, unit elite Garda Revolusi Iran, oleh AS di Baghdad, Jumat (3/1).
Insiden jatuhnya pesawat Ukraina, yang menewaskan 176 orang di dalamnya, itu meningkatkan tekanan internasional terhadap Iran di tengah ketegangan hubungan Teheran dan Washington.
Insiden jatuhnya pesawat Ukraina, yang menewaskan 176 orang di dalamnya, itu meningkatkan tekanan internasional terhadap Iran. Insiden tersebut terjadi di tengah meningkatkan ketegangan hubungan antara Iran dan AS.
Amerika Serikat dan Kanada, yang 57 warga negaranya menjadi korban tewas dalam insiden tersebut, menuding Iran telah menembak jatuh pesawat Ukraina dalam penerbangan menuju Kiev itu. Ottawa memperingatkan Iran bahwa ”dunia terus mengawasi”.
Merespons tuduhan itu, sebelumnya Iran meminta Kanada dan negara lain berbagi bukti atas tudingan tersebut dan ingin melibatkan sejumlah negara dalam menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Ukraina.
”Kami mengajak Perdana Menteri Kanada dan pemerintah lain yang punya informasi soal kecelakaan itu untuk memberi data kepada tim penyelidik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, Jumat (10/1/2020), di Teheran.
Terkait insiden tersebut, sejumlah tayangan video yang beredar melalui telepon seluler di kalangan warga Iran seusai peristiwa jatuhnya pesawat Ukraina mengindikasikan bahwa pesawat Ukraina itu terlihat jatuh dalam bentuk seperti gumpalan bola api.
Penyelidikan
Otoritas Iran mengatakan, Kamis (9/1/2020), pihaknya akan mengunggah informasi dari perekam data suara dan penerbangan pesawat tersebut—yang biasa dikenal sebagai kotak hitam—untuk menentukan apa yang telah terjadi. Saat itu disebutkan bahwa proses pengunggahan data tersebut bisa memakan waktu satu hingga dua bulan.
Teheran juga mengatakan, pihaknya bisa melibatkan Rusia, Kanada, Perancis, atau Ukraina untuk membantu penyelidikan hingga satu atau dua tahun. Banyak korban adalah warga Iran yang memiliki status kewarganegaraan ganda.
Sebagian besar penumpang Boeing 737-800 dari Teheran menuju Kiev, Ukraina, itu adalah warga non-Ukraina. Sebanyak 82 penumpang adalah warga Iran dan 57 warga Kanada. Pemerintah Kanada mengoreksi data warganya yang menjadi korban dari semula 63 orang menjadi 57 orang.
Menteri Luar Negeri Ukraina Vadym Prystaiko menyatakan, terdapat 11 warga Ukraina—2 penumpang dan 9 awak pesawat—10 warga Swedia, 4 warga Afghanistan, serta masing-masing 3 warga Jerman dan Inggris.
Setelah ada pengakuan pihak Iran, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Sabtu (11/1/2020), menegaskan, harus ada pengungkapan dan pertanggungjawaban dalam insiden tersebut. Ia menuntut ”transparansi dan keadilan bagi keluarga para korban dan orang-orang tersayang sebagai korban”.
”Ini adalah tragedi nasional, dan seluruh rakyat Kanada sedang berkabung bersama,” demikian pernyataan kantor PM Trudeau.