Tol Balikpapan-Samarinda Ditargetkan Terhubung Sebelum Lebaran 2020
Pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,35 kilometer, yang saat ini masih dalam penyelesaian seksi I dan V ditargetkan selesai pada Mei 2020 atau sebelum perayaan Idul Fitri tahun ini.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,35 kilometer, yang saat ini masih dalam penyelesaian seksi I dan V ditargetkan selesai pada Mei 2020 atau sebelum perayaan Idul Fitri tahun ini. Adapun seksi II, III, IV, sepanjang 65,3 kilometer yang digratiskan sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada medio Desember 2019 rata-rata dilalui 5.000 kendaraan per hari.
Menurut catatan PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS), tiga hari pertama setelah diresmikan, animo masyarakat cukup tinggi. Sekitar 20.000 kendaraan melintas di tol itu. Namun, setelah itu, jumlah kendaraan yang melintas di jalan tol pertama di Kalimantan itu hanya menyentuh di kisaran 5.000 kendaraan per hari.
Direktur Teknik dan Operasi PT JBS Edy Nugraha di Balikpapan, Kamis (16/1/2020) mengatakan, jumlah kendaraan yang melintas ini masih jauh dibandingkan dengan tol di Pulau Jawa yang mencapai 20.000 kendaraan per hari. Jumlah kendaraan yang melintas akan berpengaruh pada tarif tol per kilometernya.
Namun tarif tol masih dihitung oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). "Penghitungan dilakukan oleh BPJT dengan menghitung jumlah investasi dan perkiraan titik impas atau balik modal. Selama belum ada keputusan tarif, kami fokus kepada operasi dan pemantauan di lapangan," kata Edy
Saat ini, berbagai layanan di jalan tol sudah difungsikan, seperti lampu jalan, mesin kartu elektronik, dan rambu-rambu. Sebanyak 80 petugas bekerja 24 jam bergantian di sepanjang jalan tol. Edy mengatakan, ada juga petugas yang berjaga untuk menangani kecelakaan.
Pembangunan infrastruktur ini diharapkan bisa memantik pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Edy mengatakan pembangunan infrastruktur ini diharapkan bisa memantik pertumbuhan ekonomi masyarakat, seperti pedagang di sekitar jalan tol. "Mungkin belum bisa terlihat saat ini. Namun, biasanya ekonomi akan tumbuh di sekitar jalan tol seiring meningkatnya pengguna jalan tol," kata Edy.
Mirhansyah (60), salah satu pedagang di pertigaan menuju pintu tol di Samboja mengatakan tol belum berpengaruh pada penjualannya. Pembeli di warung klontongnya tak berubah, masih dari tetangganya saja. "Kendaraannya saja ramai, tetapi tidak berpengaruh apa-apa. Ini seperti jalur cepat," kata dia.
Pantauan Kompas, puluhan kendaraan, seperti mobil pribadi, truk, dan mobil pengangkut sayuran keluar-masuk melalui pintu Tol Balikpapan-Samarinda di Samboja. Kendaraan itu sebagian melintas ke arah pusat pemerintahan Kecamatan Samboja dan Balikpapan.
Salah satu pengemudi Priambodo (43) mengatakan, perjalanan yang tak terlampau jauh membuat dirinya memilih tak perlu mampir dan beristirahat. Perjalanan dari Pintu Tol Palaran di Samarinda sampai Pintu Tol Samboja di Kutai Kartanegara bisa ditempuh sekitar 40 menit dengan kecepatan rata-rata 70 kilometer per jam. Jika melalui jalan provinsi perjalanan bisa mencapai 1,5 jam.
"Tadi saya beli air saja di warung. Untuk berhenti makan, nanti saja di Balikpapan. Jaraknya sudah dekat," kata Priambodo.
Total investasi proyek tol Samarinda-Balikpapan yang menelan anggaran Rp 9,97 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan pinjaman dana asing itu diharapkan mampu menunjang mobilitas barang dan orang jika ibu kota negara resmi pindah ke Kalimantan Timur. Pembangunan awalnya ditargetkan selesai Desember 2019, namun mundur hingga Mei 2020.
Hingga saat ini, pembangunan tol Balikpapan-Samarinda seksi V dan I dari Balikpapan-Samboja masih berlangsung. Sejumlah kendala masih ditemui seperti kendala geoteknik dan pembebasan lahan.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Seksi V Dodi Tunjung mengatakan, tanah yang menjadi ruas jalan sudah dibebaskan seluruhnya. Namun, beberapa lahan untuk pembangunan parit dan jalan di samping kiri dan kanan jalan tol belum beres. Kondisi itu tersebar di sepanjang 11,5 kilometer ruas seksi V.
Sebelumnya, terdapat tiga pipa PDAM yang melintang di seksi V. Pemindahan pipa ke lorong jalan sudah selesai dilakukan. Namun, terdapat tanah yang mudah longsor di banyak titik yang menjadi kendala penyelesaian pembangunan. Kondisi itu tak sesuai prediksi awal pembangunan. Itu membuat berbagai teknologi digunakan untuk memperkuat badan jalan, seperti pile slab atau tiang pancang.
"Untuk pembebasan lahan, semuanya dalam tahap konsinyasi. Sementara, untuk kendala geoteknik sudah bisa diatasi dengan penggunaan teknologi baru. Namun, itu butuh waktu karena banyak bahan didatangkan dari Jawa atau Sulawesi," kata Dodi.