Kisah Baru Supra, Sang Legenda Toyota
Saat Akio Toyoda, yang kini menjabat Presiden dan CEO Toyota Motor Corporation, membalap di sirkuit Nurburgring di Jerman, dia terpaksa menggunakan Toyota Supra generasi keempat yang sudah berhenti diproduksi.
Pada awalnya adalah rasa malu dan sesal. Saat Akio Toyoda, yang kini menjabat Presiden dan CEO Toyota Motor Corporation, membalap di sirkuit legendaris Nurburgring di Jerman, dia terpaksa menggunakan Toyota Supra generasi keempat yang sudah berhenti diproduksi beberapa tahun sebelumnya.
“Saat produsen mobil lain menggunakan mobil-mobil terbaru mereka yang baru akan diluncurkan dua-tiga tahun ke depan, saya masih menggunakan mobil bekas,” ucap cucu pendiri Toyota tersebut. Seperti kita ketahui, Toyoda bukan sekadar eksekutif top Toyota, melainkan juga seorang “master driver”. Ia sering terjun sendiri ke sirkuit, bahkan hingga tahun lalu, dengan nama samaran “Morizo”.
Bayangkan perasaan Toyoda sebagai eksekutif puncak Toyota, pabrikan mobil terbesar di dunia, harus menggunakan mobil yang sudah tidak dipasarkan dan diproduksi oleh Toyota sendiri. Sejak itulah, Toyoda bertekad untuk membawa Toyota Supra, mobil sport legendaris dan ikonik di dunia otomotif, kembali ke lini produksi. “Saya pikir, kita butuh kisah Supra lagi,” ujarnya.
Mimpi itu pun terwujud nyata setahun lalu, saat Supra generasi kelima diluncurkan di ajang North American International Auto Show (Detroit Auto Show) 19 Januari 2019. Mobil sport berkode A90 ini adalah Toyota Supra pertama yang diluncurkan setelah 17 tahun mati suri sejak Supra Mk IV berhenti diproduksi pada 2002.
Mobil ini sekarang bernama resmi Toyota GR Supra karena sejak awal pengembangannya dilakukan oleh Toyota Gazoo Racing, anak perusahaan Toyota Motorsport GmbH yang bermarkas di Koln, Jerman.
Di Indonesia, GR Supra resmi diluncurkan ke pasar pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019, Juli tahun lalu, atau hanya beda dua bulan sejak mobil mulai dipasarkan di Jepang. “Pada awalnya, Indonesia hanya mendapat jatah lima unit Supra pada tahun lalu. Namun, karena peminatnya banyak, akhirnya ditambah delapan unit lagi. Tahun ini kami minta sedikitnya 10 unit untuk dipasarkan di sini,” tutur Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy di Jakarta, Selasa (21/1/2020).
Kompas menjadi satu-satunya media dari Indonesia yang diundang untuk menjajal mobil sport ini di Sirkuit Jarama, Madrid, Spanyol, pada September 2018. Namun, waktu itu mobil ini masih berupa purwarupa, belum versi produksi massal yang diluncurkan ke pasar.
Baca juga:
Saat Supra baru ini dipamerkan di GIIAS tahun lalu, sempat tebersit rasa kehilangan harapan untuk menjajal mobil legendaris ini di dunia nyata karena biasanya pihak agen pemegang merek (APM) di Indonesia hampir tidak pernah menyediakan unit test drive untuk mobil sport langka seperti ini.
Jajal performa
Sampai akhirnya pada akhir November 2019, pihak TAM mengundang para jurnalis datang ke Sirkuit Sentul di Bogor, Jawa Barat. Ternyata, dari lima unit Supra yang didatangkan perdana ke Indonesia, satu unit dibeli oleh pihak TAM untuk dijadikan mobil test drive. Para jurnalis pun dipersilakan menjajal performa mobil sport berwarna merah menyala ini dua putaran di sirkuit dengan didampingi instruktur balap.
Begitu memasuki kokpit, langsung terlihat bagaimana dasbor dan interior Supra baru ini mengingatkan pada mobil-mobil BMW terbaru. Ini wajar mengingat GR Supra adalah hasil kolaborasi Toyota dengan pabrikan asal Bavaria, Jerman, itu.
Toyota Supra yang berbentuk mobil sport coupe ini berbagi platform dengan BMW Z4 yang merupakan mobil roadster dengan atap cabriolet. Varian perdana Supra Mk V ini menggunakan mesin BMW berkode B58 dengan konfigurasi enam silinder segaris yang berkapasitas 3.0 liter (2.998 cc) dan dilengkapi turbo gulungan ganda (twin scroll turbocharger).
Di atas kertas, mesin ini menyemburkan tenaga 335 HP pada putaran mesin 5.000-6.500 rpm dan torsi puncak 500 Nm pada rentang 1.600-4.500 rpm. Akselerasi 0-96 km per jam diraih hanya dalam waktu 4,1 detik. Tenaga mesin disalurkan melalui transmisi otomatis ZF 8 percepatan, yang juga diambil dari BMW.
Menurut majalah otomotif, Top Gear, sistem manajemen elektronik mesinnya membutuhkan sistem i-Drive pada BMW. Jadilah tata letak kokpit dan segala kelengkapannya menyerupai BMW, mulai dari bentuk tongkat persneling, tuas putar i-Drive di tengah konsol, hingga tampilan menu di layar utama di tengah dasbor.
Bagi mereka yang sudah akrab dengan BMW terbaru, hal ini bisa menimbulkan tanda tanya. Namun, bagi sebagian besar orang, hal ini mungkin tak akan menjadi masalah.
Yang jelas, Toyota menegaskan bahwa setelah kesepakatan untuk menggunakan platform yang sama tercapai, pihaknya dan BMW mengembangkan mobil masing-masing secara terpisah. Di Madrid, Assistant Chief Engineer Toyota Gazoo Racing Masayuki Kai mengungkapkan, meski memakai mesin BMW, penyetelan dan pengaturan mesin ditangani oleh Toyota. Begitu pula aspek kenyamanan mengemudi dan pengendalian (Kompas, 27/9/2018).
Pada kesempatan sama, Master Driver Toyota Gazoo Racing Herwig Daenens, menambahkan, GR Supra mempertahankan perpaduan tiga elemen kunci, yakni jarak sumbu roda (wheelbase) yang pendek, lebar tapak roda (track width) yang besar, dan titik pusat gravitasi kendaraan (centre of gravity) yang rendah.
Elemen kunci itu ditambah distribusi bobot ideal depan-belakang 50:50 serta suspensi adaptif dan anti-roll bar depan yang diracik khusus untuk mengoptimalkan pengendalian di tikungan.
Baca juga:
Toyota Tegaskan Supra Baru Masih Usung DNA Toyota
Semua itu teruji dalam sesi uji singkat di Sirkuit Sentul. Di putaran pertama di mode berkendara Normal, terasa bagaimana kita bisa cepat menyesuaikan dengan perilaku mobil sehingga pengendalian mobil bisa dilakukan dengan presisi. Mobil dengan lincah melahap tikungan demi tikungan.
Hingga di putaran kedua, mode berkendara diubah ke Sport, tepat saat mobil memasuki tikungan terakhir dan memasuki trek lurus terpanjang di Sentul. Di situ, Kompas sempat menyentuh kecepatan 200 km per jam sebelum diperingatkan oleh instruktur untuk memperlambat laju guna persiapan memasuki tikungan pertama lagi. Kecepatan tersebut diraih walau Kompas masih setengah-setengah menginjak pedal gas.
Merasa sangat belum cukup merasakan rasa sesungguhnya mobil sport yang dibanderol Rp 2.125.700.000 (on the road, Jakarta), ini, Kompas pun kembali mengujinya pada pertengahan Desember 2019. Kali ini, mobil dibawa ke jalanan biasa untuk merasakan pengalaman berkendara dalam situasi keseharian di Jakarta dan sekitarnya.
Ternyata dalam situasi nyata sehari-hari ini, kaki perlu penyesuaian irama untuk menginjak pedal gas dan rem. Pasalnya, pedal gas diinjak sedikit saja, tenaga mesin begitu cepat tersalurkan dan terasa bagaimana mobil mengentak ke depan. Padahal, ini masih di mode berkendara Normal. Injakan kaki di pedal gas perlu dilakukan secara halus dan diurut.
Demikian juga dengan pedal rem. GR Supra dilengkapi rem cakram 4 piston besutan Brembo di depan dan belakang, dengan diameter cakram 348 milimeter (depan) dan 345 mm (belakang). Rem performa tinggi ini langsung mencengkeram dengan kinerja yang tak main-main karena dirancang untuk mengerem mobil pada kecepatan ekstra tinggi.
Alhasil, saat pedal rem diinjak sedikit saja, mobil langsung hendak berhenti seketika. Injakan pada pedal rem di jalanan biasa pun perlu dilakukan secara halus dan penuh perasaan kalau tidak ingin mobil terdeselerasi mendadak.
Namun, sisanya adalah murni kesenangan. Perpaduan jarak sumbu roda yang pendek dan suspensi adaptif membuat mobil begitu lincah, gesit, dan mudah dikendalikan. Betul bahwa suspensi terasa agak keras untuk mereka yang berharap tunggangan nyaman khas Toyota. Tetapi, hey, ini mobil sport, bung! Jangan samakan dengan Camry atau Alphard.
Sensasi berkendara ini ditambah lagi dengan sensasi lain, saat mobil menarik perhatian mata orang-orang di tepi jalan atau pengguna jalan lain. Begitu legendarisnya Supra, sebagian besar peminat otomotif di dunia ini dengan cepat mengenali mobil ini sebagai Supra baru. Jadi tak jarang saat kami melewati kerumunan anak-anak muda di jalan, terdengar seruan “Wow, Supra…!”
Selain itu, jumlahnya yang sangat terbatas (tahun pertama hanya ada 12 unit yang terjual), membuat mobil ini pun sangat eksklusif dan mengundang rasa penasaran para penggemarnya. Lengkap sudah sensasi itu, dan kisah Supra pun kini dimulai lagi seperti keinginan Akio Toyoda….
Baca juga: