UMKM Didorong Lakukan Digitalisasi agar Bertahan di Tengah Pandemi
Pasar daring menjadi kesempatan pelaku UMKM bertahan selama pandemi. Itu sebabnya, digitalisasi UMKM menjadi penting.
Oleh
sekar gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Platform e-dagang Titipku mendorong pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah atau UMKM melakukan digitalisasi. Selain dapat memperluas pasar, digitalisasi dapat membantu pelaku usaha bertahan saat pandemi Covid-19.
Chief Executive Officer Titipku Henri Suhardja mengatakan, pandemi memberikan tantangan sekaligus peluang baru. Membangun industri rumahan dapat menjadi pilihan memperoleh pendapatan saat pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi. Adapun platform digital menjadi media berdagang yang murah dan mudah.
”Ada banyak UMKM yang bergabung dengan Titipku selama dua bulan terakhir, antara lain pelaku industri rumahan dan pedagang pasar. Kami juga mencatat ada peningkatan transaksi. Itulah pentingnya digitalisasi UMKM,” kata Henri pada acara Kompas Talks melalui siaran langsung Instagram, Jumat (22/5/2020).
Selama empat tahun beroperasi, Titipku telah membantu digitalisasi lebih dari 100.000 UMKM. Jumlah pengguna aplikasi Titipku tercatat lebih dari 150.000 pengguna di seluruh Indonesia.
Menurut Henri, UMKM butuh platform yang mendukung format usaha mereka. Itu sebabnya, Titipku memverifikasi dan hanya menerima UMKM lokal Indonesia. Dukungan yang diberi juga disesuaikan dengan kapasitas UMKM. Beberapa di antaranya menyediakan bantuan desain gratis, mempromosikan video ulasan di internet, dan melayani permintaan kemasan dalam partai kecil.
”Ada beberapa UMKM yang kini usahanya berkembang. Pasar menjadi lebih luas. Produk mereka ada yang sekarang dikirim ke luar kota,” kata Henri.
Tantangan
Di sisi lain, digitalisasi UMKM terkendala oleh pemahaman teknologi yang tidak merata di masyarakat. Belum semua masyarakat punya akses terhadap gawai ataupun internet.
Henri mengatakan, sejumlah pelaku UMKM yang ditemui Titipku telah berusia cukup lanjut dan tidak mengikuti perkembangan teknologi. Beberapa UMKM juga tidak memiliki ponsel pintar. Mereka pun belum memahami cara membawa usahanya ke pasar digital.
Tantangan itu diatasi dengan bimbingan langsung dari tim ke lapangan. Selain itu, Titipku juga membentuk ekosistem untuk saling mendukung pertumbuhan UMKM. Ekosistem ini terdiri antara lain dari penjelajah (orang yang mempromosikan UMKM di aplikasi), pembeli, pelaku usaha, dan distributor produk.
Ada beberapa UMKM yang kini usahanya berkembang. Pasar menjadi lebih luas. Produk mereka ada yang sekarang dikirim ke luar kota
”Mereka diberi kesempatan untuk berperan dan memperoleh pendapatan tambahan di ekosistem ini. Misalnya, seorang penjelajah akan mendapat imbalan Rp 5.000 untuk setiap UMKM yang ia promosikan. Distributor juga mendapat komisi dari setiap transaksi,” kata Henri.
Baru 13 persen
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat baru ada 13 persen UMKM yang tersambung dengan pasar daring atau sekitar 8 juta UMKM. Pemerintah mendorong agar bisnis UMKM yang selama ini dilakukan secara luring dapat bergeser ke pasar daring.
Menkop dan UKM Teten Masduki mengatakan, UMKM perlu mengimbangi diri dengan sejumlah keterampilan sata masuk ke ranah digital. UMKM perlu merespons permintaan di pasar daring dengan cepat dan memastikan kecukupan kapasitas produksi. Ini untuk menjaga kredibilitas usaha agar tidak kalah bersaing (Kompas, 15/5/2020).
Di sisi lain, pemerintah menyiapkan bantuan kepada UMKM yang terdampak pandemi. Pemerintah mengalokasikan dana senilai Rp 34,1 triliun untuk subsidi pajak dan bunga utang di sektor ekonomi kreatif.
Pajak 0,5 persen untuk pelaku UMKM bepenghasilan di bawah Rp 4,8 miliar per tahun kini ditanggung pemerintah. UMKM yang memiliki utang kredit usaha rakyat (KUR) Rp 5 juta-Rp 500 juta memperoleh subsidi bunga 6 persen selama tiga bulan dan 3 persen pada bulan berikutnya (Kompas, 15/5/2020).