Ada manusia yang mengambil risiko di tengah manusia lain yang bekerja dan belajar di rumah kala Covid-19 merebak. Salah satunya, para sopir transportasi daring di bidang logistik dan pengantaran barang dan makanan.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
Perkembangan teknologi memang menggerakkan ekonomi dan manusia, namun di sisi lain mendisrupsi ekonomi dan manusia. Di balik teknologi selalu ada manusia. Teknologi tak akan bergerak dan berkembang tanpa manusia.
Di tengah wabah Covid-19, penyakit yang disebabkan virus korona baru, teknologi sangat membantu manusia. Di saat manusia mengisolasi diri di rumah, teknologi mampu menghadirkan sesuatu yang bermakna bagi manusia.
Mulai dari hiburan, belajar secara daring, bekerja secara daring, dan memfasilitasi pertemuan-pertemuan secara virtual atau tanpa tatap muka, baik untuk sekadar ”ha-ha-hi-hi” hingga koordinasi. Teknologi tetap menjamin dan menjembatani perjumpaan antarmanusia.
Teknologi juga membantu manusia menyelenggarakan kebutuhan hidup sehari-hari. Kala kebijakan bekerja dan belajar dari rumah diterapkan, platform e-dagang, transportasi daring, dompet-dompet digital, layanan perbankan difgital, dan sistem pembayaran digital sangat-sangat bermanfaat.
Memang tidak semua lapisan masyarakat Indonesia dapat memanfaatkannya. Namun, setidaknya, di daerah-daerah terdampak Covid-19 dan di mana platform teknologi itu hadir, masyarakat bisa berbelanja secara daring, memesan makanan secara daring, dan mengantarkan paket secara daring.
Ekonomi nasional yang tengah meredup akibat Covid-19 terbantu berkat kehadiran teknologi. Namun, di balik itu, ada manusia yang turut berperan menggerakkan teknologi. Ada manusia yang mengambil risiko di tengah manusia lain yang bekerja dan belajar di rumah.
Salah satunya adalah para sopir transportasi daring yang bergerak di bidang logistik dan pengantaran barang atau makanan. Mereka tahu ada faktor paling penting yang seharusnya diutamakan, yaitu kesehatan.
Mobilitas mereka cukup tinggi, terutama di lintas wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Namun, demi sesuap nasi bagi keluarga, mereka mengambil dan menghadapi risiko melayani masyarakat lain. Tanpa bekerja, mereka tidak mendapatkan upah.
Berkat mereka, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pengguna layanan digital hingga perusahaan-perusahaan besar terbantu. Setidaknya aliran kas usaha-usaha itu mengalir meski tak selancar kondisi normal.
Demi sesuap nasi bagi keluarga, mereka mengambil dan menghadapi risiko melayani masyarakat lain. Tanpa bekerja, mereka tidak mendapatkan upah.
Pada 2019, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebut, kontribusi GoFood, layanan pesan-antar makan, terhadap ekonomi sebesar Rp 19 triliun. Adapun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tengara menyebutkan, kontribusi GrabFood sebesar Rp 20,8 triliun.
Sadar dengan kondisi ini, perusahaan-perusahaan tarnsportasi daring itu telah membuat protokol kesehatan, baik bagi pengendara maupun konsumen atau pengguna jasa. Misalnya, perusahaan memberikan masker dan cairan disinfektan kepada pengendara.
Perusahaan tersebut juga menerapkan pembatasan jarak (social distancing) antara pengendara dan konsumen saat pengantaran makanan. Untuk pembayaran tunai, konsumen diminta untuk memasukkan uang itu ke dalam amplop.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, mungkin sekadar ucapan terima kasih atau tip belum cukup. Ingat, mereka juga bagian dari kelas menengah ke bawah yang juga berhak mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan sosial.
Tak hanya pengendara daring, sopir-sopir angkutan logistik pun turut menggerakkan roda perekonomian. Di saat kebutuhan pangan meningkat karena panik belanja, mereka melintasi batas wilayah memasok suplai kebutuhan hidup sehari-hari. Pergerakan mereka juga berisiko karena lintas daerah dan juga bertemu dengan banyak orang.
Mereka, para sopir daring dan luring, bertahan hidup sekaligus memastikan agar rantai pasok distribusi barang, terutama pangan pokok, tetap tersambung. Mereka bertaruh nyawa mengumpulkan rupiah demi rupiah dan membuat roda ekonomi terus bergerak.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, mungkin sekadar ucapan terima kasih atau tip belum cukup. Ingat, mereka juga bagian dari kelas menengah ke bawah yang juga berhak mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan sosial. Atau jangan-jangan mereka tidak terdaftar sebagai keluarga penerima manfaat kedua jaminan itu?