Kearifan Lokal Diperlukan untuk Keseimbangan Pemanfaatan Laut
Kearifan lokal berperan besar untuk menjawab tantangan perusakan sumber daya kelautan yang masif. Kearifan lokal perlu terus beradaptasi dengan perubahan zaman sehingga dapat diimplementasikan generasi milenial.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kearifan lokal dinilai menjadi kunci untuk menekan tingkat perusakan sumber daya dan maraknya praktik perikanan ilegal yang semakin masif di Indonesia. Penguatan kearifan lokal masyarakat itu mampu menyeimbangkan kelestarian sumber daya dan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara, Janib Achmad mengatakan, kearifan lokal Nusantara di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sangat bergantung pada potensi ekonomi dan budaya masyarakat secara turun-temurun yang menjadi penguat identitas lokal. Di sisi lain, kearifan lokal menciptakan korelasi kuat relasi antarmanusia dengan manusia, alam dan Tuhan yang melandasi upaya konservasi sumber daya alam.
”Kearifan lokal memiliki kaitan erat dengan pelestarian sumber daya alam serta nilai ekonomi bagi masyarakat,” katanya dalam seminar daring ”Kearifan Lokal untuk Kelestarian Sumber Daya Laut” yang diselenggarakan Universitas Khairun, Ternate, dan Wildlife Conservation Society, Jumat (12/6/2020).
Janib mencontohkan, kearifan lokal di Maluku Utara antara lain penggunaan alat tangkap tradisional, waktu tangkap yang diatur sesuai dengan fenomena alam, pembatasan jumlah tangkapan, serta melarang pengambilan suatu biota (sasi). Selain itu, warga yang merusak sumber daya dan lingkungan akan diberi sanksi.
Kearifan lokal memiliki kaitan erat dengan pelestarian sumber daya alam serta nilai ekonomi bagi masyarakat.
Persoalan yang muncul, lanjut Janib, kearifan lokal kerap masih tidak dijalankan dengan baik. Akibatnya dapat memicu problem lingkungan, hasil tangkapan berlebih, dan memicu dampak lingkungan, berkurang spesies, serta perubahan iklim.
Country Director Wildlife Conservation Society-Indonesia Program Noviar Andayani mengemukakan, spesies hiu dan pari yang dimanfaatkan secara masif untuk diperdagangkan ke pasar dalam dan luar negeri telah menempatkan populasi biota laut tersebut terancam. Organisasi Pangan Dunia (FAO) 2017 menyebutkan, Indonesia menjadi negara penangkap hiu terbesar di dunia, yakni 120.000 ton per tahun.
Sebanyak 70 persen dari 200 pendaratan ikan hiu dan pari merupakan perikanan skala kecil, didominasi kapal berukuran di bawah 10 gros ton. Jenis hiu lanjaman dan hiu martil saat ini masuk dalam kategori CITES Apendiks II.
”Tren perdagangan ekspor hiu umumnya berupa produk beku dan sirip kering dengan negara tujuan utama China, Hong Kong, Malaysia, Jepang, dan Singapura. Surabaya mengekspor sirip kering ke seluruh dunia,” katanya.
Organisasi Pangan Dunia (FAO) 2017 menyebutkan, Indonesia menjadi negara penangkap hiu terbesar di dunia, yakni 120.000 ton per tahun.
Noviar menambahkan, perlu didorong cara lain pemanfaatan hiu dan pari yang mendatangkan nilai ekonomi, tetapi tetap menjaga keberlanjutan, yakni lewat wisata bahari. Saat ini, terdapat 22 lokasi selam pari dan hiu yang populer di Indonesia dengan keuntungan industri wisata bahari ini mencapai 43 juta dollar AS.
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB University Luky Adrianto berpendapat, kearifan lokal perlu terus beradaptasi dengan perubahan zaman sehingga dapat diimplementasikan oleh generasi milenial yang kini mendominasi penduduk usia produktif. Sementara itu, program konservasi dan perikanan berkelanjutan yang dibuat Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu mengadopsi prinsip kearifan lokal.
Kearifan lokal perlu terus beradaptasi dengan perubahan zaman sehingga dapat diimplementasikan oleh generasi milenial.
Deputy Chief of Party USAID Sustainable Ecosystems Advanced Project Tiene Gunawan menyatakan, kontribusi wisata bahari mencapai 35 persen dari total wisata yang dikembangkan di Indonesia pada 2015-2019. Pariwisata berkelanjutan perlu melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal dengan pendapatan yang berputar di masyarakat setempat.