Harga Gula Petani Anjlok, Tunda Dulu Olah Gula Mentah
Harga gula di tingkat petani anjlok seiring bertambahnya pasokan ke pasar. Sejumlah pihak berharap pengolahan gula mentah impor ditunda agar situasi tak semakin menekan petani.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggelontoran gula impor ke pasar seiring musim giling tebu membuat harga gula di tingkat petani makin tertekan. Oleh karena itu, pengolahan gula mentah impor dan distribusinya mesti ditunda agar situasi harga tidak justru merugikan petani tebu rakyat dan produsen gula di dalam negeri.
Harga gula pasir di pasar tradisional di Tanah Air berangsur turun sebulan terakhir. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Jumat (12/6/2020), mencatat, harga rata-rata gula di tingkat konsumen mencapai Rp 16.400 per kilogram (kg). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan situasi awal Mei 2020 yang masih Rp 18.000 per kg.
Penurunan harga gula seiring intervensi pemerintah melalui operasi pasar. Pemerintah juga mengalihkan sebagian alokasi gula rafinasi untuk diolah menjadi gula konsumsi dan didistribusikan ke pasar demi menekan harga yang melambung jauh di atas harga acuan penjualan di tingkat konsumen yang ditetapkan Rp 12.500 per kg.
Pada saat yang sama, harga gula di tingkat petani cenderung turun seiring meluasnya panen dan giling tebu. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mencatat, harga gula di tingkat petani saat ini Rp 10.800 per kg, turun dibandingkan dengan situasi pada akhir Ramadhan 2020 yang masih berkisar Rp 12.500-Rp 13.000 per kg.
Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi berpendapat, gula petani harus diprioritaskan di pasar dalam negeri hingga musim giling tebu berakhir. ”Gula mentah yang diimpor dan sudah tiba di Indonesia mesti ditunda pengolahannya,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (12/6).
Kementerian Perdagangan telah menerbitkan perizinan impor gula mentah sebanyak 268.172 ton untuk pengadaan hingga April 2020 dan 265.800 ton untuk pengadaan hingga Juni 2020. Tak hanya itu, kementerian juga menerbitkan izin impor 150.000 ton gula kristal putih.
Dalam jangka panjang, kata Bayu, pengelolaan stok gula mentah, baik dari dalam negeri maupun impor, perlu dibenahi. Di dalam negeri, tebu diolah dulu menjadi gula mentah dan disimpan, tidak langsung dialirkan ke pasar.
Petani rugi
Sementara itu, Sekretaris Jenderal APTRI M Nur Khabsyin mengatakan, harga gula di tingkat petani turun hingga di bawah ongkos produksi yang mencapai Rp 12.772 per kg. Artinya, pendapatan petani tebu tertekan.
Solusinya, petani berharap pemerintah mewajibkan importir yang telah mengantongi izin impor untuk membeli gula petani. ”Saat ini, petani pun kesulitan menjual gula ke pedagang dan distributor karena mereka punya stok,” ujarnya.
Selain itu, APTRI berharap pemerintah merevisi harga pembelian gula di tingkat petani yang sejak empat tahun lalu sampai saat ini masih ditetapkan Rp 9.100 per kg. Jika mempertimbangkan faktor inflasi, harga pembelian itu sudah tak relevan bagi petani.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat menilai, gula impor yang datang pada masa musim giling tebu membuat pasokan gula meningkat. Akibatnya, harga di tingkat petani pun melorot.
Musim giling sudah dimulai sejak awal Juni 2020. Menurut Budi, indikasinya antara lain dari beroperasinya seluruh pabrik gula di Jawa Timur yang secara total berkontribusi 50 persen pada produksi nasional.
Para pelaku usaha pergulaan berharap ada rincian keberadaan stok dan pasokan di tiap mata rantai gula ke depan. Dengan demikian, pengelolaan stok dan stabilisasi harga lebih terjamin. ”Saat ini, produsen gula tak tahu secara pasti jumlah stok yang ada di pedagang dan distributor gula,” katanya.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Muhammad Abdul Ghani menyatakan, produksi gula pada musim giling tahun ini ditargetkan mencapai 1 juta ton dengan rendemen 8 persen. Sebanyak 84 persen gula itu berasal dari petani tebu rakyat. Target itu berasal dari 168.000 hektar tanaman tebu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Produksi tebu diproyeksikan mencapai 12,2 juta ton.