Ekspor Pertanian Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi
Komoditas pertanian dari Sumut menembus pasar ekspor selama pandemi Covid-19 seperti kecombrang dan tempayang. Komoditas lainnya mencatat kenaikan ekspor. Peningkatan ekspor menjadi penggerak ekonomi di masa pandemi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sejumlah komoditas pertanian dari Sumatera Utara menembus pasar ekspor selama pandemi Covid-19 seperti kecombrang, tempayang, gula kelapa, dan labu beku. Komoditas lainnya mencatat kenaikan ekspor, antara lain kapulaga, kentang, teh, cengkeh, dan porang raksasa.
”Ekspor komoditas pertanian unggulan kami harapkan bisa menjadi penopang ekonomi daerah di masa pandemi,” kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Hasrul, Sabtu (18/7/2020).
Buah tempayang menjadi salah satu komoditas yang berhasil menembus pasar ekspor dengan volume dan nilai penjualan yang cukup besar. Permintaan buah yang berkhasiat meredakan batuk, demam, dan radang tenggorokan itu datang dari Malaysia, Vietnam, dan India.
Sepanjang Januari hingga Juni, ekspor tempayang mencapai 20 ton dengan nilai mencapai Rp 2 miliar. Menurut Hasrul, informasi tentang khasiat tempayang selama pandemi ini semakin luas di sejumlah negara. Permintaan tempayang pun diperkirakan masih akan meningkat.
Ekspor komoditas pertanian unggulan kami harapkan bisa menjadi penopang ekonomi daerah di masa pandemi.
Gula kepala dan labu beku juga berhasil menembus pasar ekspor pada masa pandemi ini. ”Gula kelapa berhasil masuk ke pasar Brasil dan Yunani sebanyak 58,3 ton dengan nilai Rp 1,03 miliar. Sementara, labu beku dikirim ke China dan Malaysia sebanyak 8,4 ton dengan nilai Rp 228,9 juta,” kata Hasrul.
Untuk pertama kalinya, Sumut juga mengekspor bunga kecombrang. Bunga yang biasa digunakan untuk campuran bahan pangan itu dikirim ke Malaysia sebanyak 90 kilogram dengan nilai Rp 6 juta. Permintaan sejumlah komoditas ekspor baru itu diharapkan bisa meningkat lagi.
Ekspor meningkat
Komoditas unggulan Sumut lainnya juga berhasil membukukan peningkatan ekspor selama pandemi Covid-19 ini. Volume ekspor kapulaga pada periode Januari-Juni 2020 mencapai 171 ton, meningkat 54,2 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 yang hanya 82 ton. ”Nilai ekspor kapulaga pada semester ini pun mencapai Rp 12 miliar,” kata Hasrul.
Ekspor kentang juga mengalami peningkatan. Pada Januari-Juni, Sumut mengekspor 412,2 ton kentang dengan nilai Rp 1,85 miliar. Ekspor itu meningkat hampir sepuluh kali lipat dibandingkan periode yang sama 2019 yang hanya 45,5 ton dengan nilai Rp 448 juta. Kentang yang banyak ditanam di dataran tinggi Sumut itu menjadi primadona di Singapura dan Malaysia.
Industri pengolahan makanan juga kini semakin meminati porang raksasa yang merupakan tanaman hutan dari Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah. Bahan makanan itu diminati karena memiliki serat yang tinggi dan kandungan glukomanan mencapai 45-50 persen.
Hasrul mengatakan, ekspor porang raksasa pada semester pertama tahun ini mencapai 362 ton atau meningkat lebih dari 41 kali lipat dibandingkan tahun lalu yang hanya 8,8 ton. ”Nilai ekspornya pun meningkat dari Rp 93 juta menjadi Rp 7,2 miliar,” katanya.
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Ali Jamil mengatakan, mereka mengapresiasi tingginya peningkatan ekspor sejumlah komoditas di Sumut. ”Sejumlah komoditas mencatat kenaikan nilai ekspor selama masa pandemi Covid-19 ini. Kenaikan ekspor tersebut pada akhirnya akan dinikmati petani,” kata Ali.
Secara terpisah, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, sejumlah cara harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut yang diperkirakan melambat selama masa pandemi Covid-19 ini. Ekspor komoditas unggulan pun diharapkan bisa menjadi penopang ekonomi di daerah.
Edy mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan kedua 2020 ini diperkirakan hanya 1,3-1,7 persen. Pertumbuhan itu pun melambat dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 5,25 persen.