Optimisme pelaku usaha properti bangkit saat investasi properti mulai pulih. Kedatangan vaksin Covid-19 menambah keyakinan. Namun, momentum ini mesti dibuktikan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
Kedatangan vaksin Covid-19 produksi Sinovac, China, di Tanah Air disambut optimisme pelaku pasar di berbagai sektor. Di luar perdebatan perihal efektivitas dan efek samping vaksin tersebut, harapan dunia usaha bisa mulai bergerak mencuat. Optimisme akan mendorong aktivitas bisnis kembali menggeliat, termasuk kinerja sektor properti yang melemah selama pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 membuat penjualan properti merosot karena masyarakat cenderung menghindari aktivitas di luar rumah. Kunjungan ke lokasi rumah yang biasanya dilakukan calon konsumen terhambat sehingga pemasaran properti tidak bisa optimal.
Penjualan residensial belum bisa sepenuhnya mengandalkan pasar dalam jaringan. Harga rumah atau apartemen yang tergolong tinggi membuat calon pembeli merasa wajib melihat-lihat dulu produk dan lokasi hunian sebelum memutuskan untuk membeli. Ibaratnya, membeli rumah harus dengan keyakinan yang bagi sebagian konsumen tidak cukup dipenuhi melalui gambar, brosur, atau denah rumah.
Pandemi juga memunculkan seleksi alam. Pasar bergeser ke kebutuhan rumah tinggal untuk konsumen yang ingin langsung menghuni. Sebaliknya, investor residensial yang memiliki kelebihan dana cenderung menahan diri untuk membeli rumah atau apartemen karena ekspektasi investasi tidak sesuai harapan.
Membeli rumah harus dengan keyakinan yang bagi sebagian konsumen tidak cukup dipenuhi melalui gambar, brosur, atau denah rumah.
Investasi properti yang didominasi produk apartemen melambat selama pandemi Covid-19. Tingkat okupansi sewa apartemen lesu, sedangkan investor terbebani biaya servis bulanan. Imbal hasil properti yang menurun selama pandemi membuat investor cenderung menunda investasi baru.
Pergeseran pasar ini mendorong para pengembang besar mulai gencar menggarap proyek hunian segmen menengah ke bawah yang lebih cepat terjual. Produk rumah tapak dan apartemen digarap di lokasi yang dekat dengan akses transportasi publik. Konsumen diuntungkan karena mendapatkan produk properti dengan harga lebih terjangkau dan kualitas lebih baik. Pergeseran fokus pasar juga digarap pengembang asing.
Pergeseran pasar ini mendorong para pengembang besar mulai gencar menggarap proyek hunian segmen menengah ke bawah yang lebih cepat terjual.
Colliers International Indonesia mencatat, sejumlah pengembang properti asing menggarap produk hunian kelas menengah bawah di Jakarta dan sekitarnya dengan harga di bawah Rp 2 miliar per unit. Pengembang asing itu, di antaranya dari China, Singapura, dan Hong Kong. Penjualan rumah segmen menengah ke atas yang cenderung tak bergerak telah membuat pengembang asing membidik kebutuhan riil pasar dengan menyasar pekerja yang memerlukan rumah tinggal.
Di tengah harga properti yang masih terkoreksi dan kemudahan pembayaran yang banyak ditawarkan pengembang, momentum saat ini diyakini tepat untuk ancang-ancang kembali berinvestasi. Properti dinilai sebagai salah satu instrumen investasi jangka panjang yang mendatangkan kenaikan nilai aset dan sewa.
Salah satu pengembang properti, PT Ciputra Development Tbk, mencatat pergerakan investasi residensial di beberapa kota besar pada triwulan III-2020. Data ini bisa dimaknai properti mulai diperhitungkan kembali sebagai alat investasi.
Sejumlah konsultan properti memprediksi pasar properti mulai kembali menggeliat pada semester II-2021. Hal ini terjadi seiring distribusi vaksin yang lebih merata sehingga mendorong kepercayaan diri masyarakat dan memutar roda perekonomian. Pasar properti diharapkan kembali pulih pada 2022.
Pemulihan ekonomi dan kepercayaan investor masih perlu dibuktikan dengan keseriusan penanganan Covid-19. Momentum ini jangan sampai terlewat.