Pemerintah Siapkan Opsi 100 Pulau untuk Tempat Observasi
Observasi penyakit menular semakin penting saat wabah yang mematikan merebak. Karena itu, pemerintah menyiapkan pulau-pulau sebagai tempat observasi.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia menyiapkan 100 pulau yang akan dijadikan tempat observasi untuk mengantisipasi wabah penyakit menular. Kriteria pulau yang dijadikan opsi adalah harus dekat dengan pangkalan militer dan bandara agar mudah melakukan proses evakuasi.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD memimpin rapat terbatas membahas penentuan pulau dan rumah sakit untuk mengantisipasi wabah penyakit menular di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat (7/2/2020).
Rapat terbatas ini dihadiri Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen Bambang Dwi Hasto, serta Kepala Korps Polisi Air dan Udara Badan Pemelihara Polri Irjen Lotharia Latif.
Seusai rapat, Terawan menyampaikan, ada 100 pulau yang dijadikan sebagai opsi untuk mengantisipasi wabah penyakit menular. Pemerintah Indonesia pun mulai menyiapkan hal ini akibat wabah virus korona yang merebak di sejumlah negara. ”Kami mempelajari segala aspek geologis, politik, kemudian juga masalah pemeliharaan, pertahanan, dan keamanan. Semua aspek kami tinjau,” katanya.
Terawan belum bisa menyampaikan pulau apa saja yang akan dijadikan tempat observasi nantinya. Ia mengatakan, pemerintah juga belajar dari proses observasi WNI di Natuna yang telah dievakuasi dari China. ”Hari ini masih pembahasan awal sehingga kami masih terus mengumpulkan data. Jadi, kami belum menentukan pulau mana yang akan kami pilih,” ujarnya.
Sementara itu, Mahfud menjelaskan, penentuan pulau dan rumah sakit ini merupakan tindak lanjut dari permintaan Presiden Joko Widodo yang menyarankan agar kementerian terkait bisa menyiapkan lokasi khusus untuk mengantisipasi munculnya wabah penyakit menular dalam jangka panjang.
”Ini sebagai antisipasi karena kita seakan kaget ketika membawa banyak orang ke suatu tempat,” katanya. Menurut Mahfud, ada sejumlah kriteria yang dibahas untuk menentukan pulau sebagai tempat observasi. Pulau tersebut harus dekat dengan pangkalan militer dan bandara.
”Dekat dengan pangkalan militer dan bandara agar mudah proses evakuasi. Selain itu, lokasinya bisa ditempatkan di pulau tersendiri yang belum ada penduduk maupun yang sudah ada penduduknya,” katanya.
Saat ini, lanjut Mahfud, pemerintah juga telah menyiapkan opsi rumah sakit untuk tempat isolasi bagi masyarakat yang terjangkit penyakit menular. Lokasinya berada di Jakarta dan Semarang. ”Salah satu rumah sakit yang dijadikan tempat isolasi adalah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto di Jakarta,” katanya.
Terawan mengatakan, 238 WNI yang ada di Natuna nantinya akan dipulangkan setelah menjalani 14 hari masa observasi. Menurut dia, saat ini WNI yang diobservasi dalam keadaan sehat.
”Kemungkinan mereka akan dipulangkan pada 17 Februari nanti. Kami akan mengadakan rapat untuk proses pemulangan mereka ke keluarga masing-masing sekaligus tetap melakukan sosialisasi ke pemda dan masyarakat tempat mereka berasal,” katanya.
Mahfud menambahkan, warga Natuna pun sudah bisa menerima kehadiran WNI yang sedang menjalani masa observasi. Sebelumnya, warga Natuna melakukan aksi demonstrasi menolak kedatangan WNI tersebut. ”Warga Natuna sudah bisa menerima dengan baik. Ketika itu (terjadi penolakan) hanya karena ada keterlambatan informasi saja,” ucapnya.
Terkait satu orang WNI yang terjangkit virus korona di Singapura, Terawan menjelaskan hal tersebut masih dalam pengawasan Pemerintah Singapura. Pemerintah Indonesia masih terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura.