Usai Dilanda Badai Harold, Pasifik Waspadai Penyebaran Virus Korona
Setelah dihantam topan tropis Harold, kini empat negara di Kepulauan Pasifik mewaspadai penyebaran virus korona dari pengiriman bantuan yang datang dari luar negeri.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
Badai tropi Harold yang melintasi empat negara Pasifik, yakni Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji, dan Tonga, telah menewaskan 29 orang dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Negara-negara di Pasifik itu kini mewaspadai penyebaran virus korona baru setelah wilayah itu dilanda topan Harold tersebut. Pasalnya, layanan kesehatan di keempat negara tersebut kurang memadai, apalagi jika ada beban tambahan akibat virus korona baru penyebab Covid-19.
Perbaikan bangunan dan sarana umum serta pemulihan kehidupan warga setempat perlu cepat dilakukan untuk mencegah wabah malaria dan demam berdarah.
Selama tujuh hari, topan Harold berkembang dari topan kategori satu menjadi badai super kategori lima ketika menghantam Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji, dan Tonga.
Rumah-rumah dan tanaman hancur, perkebunan pun rusak, dan jalan-jalan tertutup puing-puing termasuk beberapa kapal yang rusak.
Air menghantam rumah, pintu terbuka, keluarga saya berenang di dalam rumah.
Warga Tonga, Sami Mafi mengatakan, badai membawa ombak menghantam rumahnya yang tertelak dekat Fanga\'uta Lagoon di Tonga. Saat itu keluarganya sedang mengangkut kasur, pakaian, dan barang-barang basah dari dalam rumah.
"Itu bukan air hujan, melainkan air laut yang masuk ke rumah. Air menghantam rumah, pintu terbuka, keluarga saya berenang di dalam rumah," kata Mafi.
Munculnya topan Harold bertepatan dengan gelombang pasang di Tonga. Kapal nelayan milik Mafi tersapu hingga 200 meter ke daratan hingga kapal itu terbalik dan setengah badan kapal terkubur di tumpukan puing-puing.
Kerusakan substansial
Manajer komunikasi Palang Merah untuk Pasifik, Carl Gustav Lorentzen, menggambarkan kerusakan di wilayah Kepulauan Pasifik sebagai kerusakan "substansial". Dia mengatakan, mungkin baru beberapa hari kemudian bantuan akan datang.
Lorentzen mengatakan, banyak wilayah yang terpaksa tanpa listrik selama setidaknya satu minggu dan di beberapa pulau Vanuatu yang lebih terpencil itu bisa dua minggu sebelum listrik bisa dipulihkan.
"Hasil panen 100 persen rusak, rumah-rumah hancur dan kami menghadapi beberapa tantangan dalam menyediakan tempat berlindung di daerah-daerah itu," katanya.
Anggota parlemen Matai Seremaiah mengatakan, di Luganville, kota terbesar kedua Vanuatu, dua orang tewas akibat topan Harold yang menghancurkan 70 persen bangunan. Warga pun kini memerlukan air bersih dan tempat berlindung.
"Jika kita tidak membersihkan pekarangan, maka puing-puing kotoran akan menarik nyamuk dan selanjutnya, kita terserang malaria atau demam berdarah," kata Seremaiah kepada Radio New Zealand.
Di Kepulauan Solomon sebanyak 27 orang tewas setelah feri antar pulau di sana mengalami kecelakaan karena topan Harold. Di Fiji, tiga hari setelah badai menerjang, 4.000 orang mengungsi di pusat-pusat evakuasi. Beberapa resor wisata pantai hancur bersama dengan kapal penangkap ikan di Tonga.
"Air laut mengalir ke pedalaman sekitar satu meter di atas tingkat tertinggi biasanya, dan itu cukup menghancurkan," kata Direktur Badan Meteorologi Tonga, Ofa Fa\'anunu.
Mempersulit upaya
Pandemi global Covid-19 telah mempersulit upaya pengiriman bantuan untuk penanggulangan bencana di Kepulauan Pasifik tersebut. Vanuatu enggan untuk membuka perbatasan internasionalnya karena negara tersebut tetap berupaya agar tetap bebas virus korona. Mengizinkan pengiriman bantuan masuk, berarti membuka kemungkinan terpapar virus korona.
Badai ini tidak boleh mengompromikan upaya penanganan virus korona baru. Jangan sampai kami berisiko.
Fiji memiliki 15 kasus Covid-19. Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama mengatakan, dengan adanya virus korona dan hantaman topan Harold itu berarti ekonomi dan rakyat Fiji harus mengalami dua pukulan di awal tahun ini.
"Badai ini tidak boleh mengompromikan upaya penanganan virus korona baru ini. Jangan sampai kami berisiko, dan akibatnya jauh lebih menyakitkan daripada akibat topan apa pun," kata Bainimarama.
Australia dan Selandia Baru segera menanggapi permohonan bantuan dengan pasokan bantuan termasuk selimut, alat tes, perlengkapan kebersihan, dan lentera.
"Kami siap memberikan bantuan lebih lanjut kepada negara-negara di Pasifik dengan cara apa pun yang kami bisa," kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne.(AFP/REUTERS)