Berkebun demi Memperpanjang Kehidupan Kala Pandemi Korona
Berkebun di halaman rumah kini bukan sekadar hobi pelepas stres, melainkan menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau setidaknya menjadi sumber makanan tambahan di tengah pembatasan.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Jutaan orang yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi korona kini terpaksa mengencangkan ikat pinggang untuk bisa tetap bertahan hidup. Harga bahan makanan melonjak karena stok pangan di toko yang menipis.
Dari pengalaman sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris, hal itu terjadi karena petani-petani lokal kekurangan tenaga kerja untuk memanen hasil pertanian. Selain itu, distribusi pun terhambat karena tenaga kerja yang kurang.
Untuk mengakali itu, Jaime Calder, warga Texas, Amerika Serikat, mulai menanam sayur sawi hijau, bayam, bawang, paprika, dan buah semangka, serta blackberry di kebun rumahnya. Kebijakan karantina dan tinggal di rumah saja justru membuatnya sibuk mengurus tanaman-tanaman barunya.
Berkebun di halaman rumah kini bukan sekadar hobi pelepas stres, melainkan menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau setidaknya menjadi sumber makanan tambahan. ”Ini untuk tambahan saja. Namun, kalau kondisinya susah begini terus, mau tak mau ini akan jadi andalan supaya tidak perlu beli lagi di pasar,” kata Calder yang mempunyai empat anak itu.
Warga Rusia juga berkebun, tetapi penggarapannya dilakukan bersama-sama. Tradisi berkebun bersama seperti ini pernah dilakukan di masa-masa sulit, seperti di zaman Soviet.
Warga Singapura yang tidak mempunyai lahan luas dan selama ini bergantung pada sayur impor juga mulai berkebun di lahan terbatas yang ada di atap bangunan.
Pengisi waktu
Berkebun juga menjadi kegiatan alternatif menghabiskan waktu luang bagi orang yang harus bekerja dari rumah dan tidak boleh ke mana-mana. Selama karantina pun tidak ada kegiatan sama sekali. Restoran, bar, dan bioskop pun ditutup. Bagi orangtua, berkebun juga menjadi kegiatan luar ruang yang dilakukan bersama anak-anak.
”Menanam kentang saja sudah menyenangkan bagi anak-anak. Banyak juga yang menanam di kantong sampah karena tidak punya lahan,” kata Kepala Holtikultura Komunitas Holtikultura Kerajaan Inggris Guy Barter.
Berkebun di rumah bisa saja memangkas jumlah permintaan akan sayur dan buah di pasar atau toko. Namun, konsultan ritel untuk Hambleton Resources, Inggris, Bert Hambleton, menyatakan, orang tetap akan datang ke pasar atau toko karena tidak semua kebutuhan bahan makanan bisa diproduksi sendiri. Apalagi mengingat kebiasaan banyak orang yang lebih suka makan di luar, seperti di restoran, daripada makan masakan rumah.
Bibit tanaman
Karena banyak orang mulai berkebun di rumah, penjualan bibit tanaman buah dan sayur melonjak. Direktur perusahaan bibit di AS, W Atlee Burpee & Co George Ball mengatakan pada, Maret lalu, pihaknya mencatat penjualan bibit terbanyak sejak didirikan 144 tahun yang lalu.
Kalau konsumen kesulitan mendapatkan bibit di toko, kata Barter, banyak pekebun pemula di Inggris yang meminta saran cara mengekstraksi biji dari tomat dan labu yang dibeli di toko. Di Rusia, tingkat permintaan akan bibit naik 20-30 persen pada Maret.
Pemilik perusahaan bibit di Cottage Grove, Oregon, AS, Tom Johns, mengatakan, permintaan bibit memang biasanya akan naik di saat masa-masa ekonomi sulit. ”Kalau krisis terjadi, pasti orang langsung khawatir pada stok pangan. Khawatir harga makanan akan naik dan khawatir tidak bisa dapat makanan,” ujarnya.
Berbagi info
Banyaknya orang yang baru pertama kali berkebun juga membuat situs-situs tentang berkebun riuh dengan pertanyaan-pertanyaan cara berkebun ini dan itu. Wakil Direktur Jaringan Pertanian Eksperimental di Philadelphia, AS, Nathan Kleinman mengatakan, lebih dari 2.000 orang mendaftar dan mengikuti diskusi mingguan tentang pengalaman berkebun.
Melanie Pittman, guru yang tinggal di Crete, Illinois, AS, mengatakan, di saat semua orang sibuk membeli banyak persediaan tisu toilet, ia justru membeli banyak bibit dan peralatan berkebun. Di kebun kecil di belakang rumahnya, ia menanam jagung, kacang-kacangan, tomat, kentang, bawang, dan jamur. Ia tak hanya menanam itu semua sendirian. Ia bekerja sama dengan pekebun lain yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
”Saya mencoba mencari siapa saja yang juga berkebun di rumah supaya bisa tahu siapa menanam apa. Kalau bisa, setiap orang menanam tanaman yang berbeda supaya bisa saling berbagi atau bertukar,” kata Pittman.
Berkebun bisa jadi tren positif yang langka dan hanya muncul di saat pandemi seperti sekarang. Namun, Direktur Eksekutif Biro Kebun Nasional AS Diane Blazek yakin lama-kelamaan tren ini akan menjadi gaya hidup sehari-hari yang lebih sehat. ”Kita berharap semua orang akan makan lebih sehat dan lebih banyak berkebun supaya lebih mandiri,” ujarnya. (REUTERS/LUK)