Allen Pope, Pilot CIA yang Membantu Pemberontakan Permesta
Akhir bulan April 1958, seorang pilot CIA tiba di Sulawesi Utara dan bergabung dengan Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) milik separatis PRRI-Permesta di Kota Manado.
Akhir bulan April 1958, seorang pilot CIA tiba di Sulawesi Utara dan bergabung dengan Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) milik separatis PRRI-Permesta di Lanud Mapanget (sekarang Lanud Sam Ratulangi) di utara Kota Manado.
Pilot tersebut, Allen Lawrence Pope, sebelumnya berpangkalan di Lanud Clark di dekat Kota Manila, yang merupakan pangkalan udara militer Amerika Serikat.
Sejarawan Hendri F Isnaeni yang dihubungi mengatakan, Allen Pope mengoperasikan pesawat bomber tempur B-26 Invader. Dia beroperasi selama tiga pekan bersama pilot-pilot Amerika serta awak pesawat dari Indonesia dan kebangsaan lain di organisasi AUREV. Mereka bertualang membantu pemberontakan PRRI-Permesta yang beroperasi di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara.
Sejarawan Sulawesi Utara, Fendi Parengkuan, dalam satu perbincangan di Manado beberapa tahun silam, mengatakan, dirinya pernah bertemu pilot-pilot asal Taiwan eks The Flying Tigers semasa Perang Dunia II, yang ikut bergabung dengan AUREV. ”Setelah Permesta kalah, mereka diinternir dekat Centrum Manado, kemudian dipulangkan ke Taiwan,” kata Parengkuan.
AUREV ketika itu mengoperasikan pesawat tempur P-51 Mustang Si Cocor Merah dan bomber B-26 Invader. Adapun Allen Pope dan kawan-kawan, menurut Hendri, beroperasi di wilayah timur Indonesia di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Mengutip buku Tim Weiner, Membongkar Kegagalan CIA, Hendri mengatakan, Allen Pope sudah menjadi veteran berbagai misi berbahaya empat tahun sebelumnya. Pilot CIA yang datang sejak tanggal 19 April 1958 ini sudah menjalankan berbagai misi pengeboman dengan sasaran sipil dan militer serta pelabuhan di wilayah timur Indonesia.
Direktur CIA Allen Dulles menerangkan kepada Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSC) soal kemarahan masyarakat Indonesia atas rangkaian serangan yang diduga melibatkan pilot-pilot asal Amerika Serikat.
Meski demikian, layaknya operasi gelap (black operations) khas dunia telik sandi, Presiden Amerika Serikat Dwight David Eisenhower memberikan sanggahan. Ia menegaskan adanya larangan agar warga Amerika Serikat tidak dilibatkan dalam operasi-operasi tersebut. Namun, Dulles tidak patuh.
Hari naas tiba tanggal 18 Mei 1958 ketika Allen Pope terbang bersama operator radio JH Rantung pada dini hari dan menyerang Kota Ambon untuk mengincar kapal ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) serta mengebom pasar dan merusak gereja. Dalam serangan tersebut, ujar Hendri, enam warga sipil dan 17 personil militer menjadi korban.
Baca juga: Separatisme
Sesudah serangan pertama itu, Allen Pope putar haluan ke arah Morotai untuk mengejar konvoi ALRI yang akan menyerbu Morotai, salah satu basis Permesta saat itu.
Konvoi ALRI semula mengira pesawat Pope adalah pesawat kawan. Namun, ketika B-26 tersebut mulai menukik dua kali dan melakukan straffing (rentetan tembakan senapan mesin) bahkan melepas bom, segera para awak kapal-kapal ALRI membalas.
”Kapal komando (flag ship) RI Sawega dan RI Pulau Raas membuka tembakan dan berhasil mengenai pesawat Pope,” kata Hendri.
Pope pun menaikkan pesawat (climbing) dalam kondisi pesawat terkena tembakan. Roda kiri pesawat terlepas dan api mulai membakar pesawat di ketinggian 6.000 kaki. Akhirnya, Allen Pope dan Rantung bail out (melompat keluar) dan terjun dengan parasut.
Tiba-tiba datang pesawat tempur P-51 Mustang yang ternyata kawan, yakni pesawat AURI yang dipiloti Kapten Ignatius Dewanto. Setelah ditangkap, dalam kantong baju Pope ditemukan kartu keanggotaan Klub Perwira (Officer Club) di Clark Base di Filipina.
Bung Karno dalam buku Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams menegaskan dirinya meyakini Allen Pope 99 persen adalah CIA.
Mantan KSAU Marsekal (Purn) Chappy Hakim mengatakan, Presiden Eisenhower menghadiahi Bung Karno helikopter Sikorsky S-58 yang digunakan sebagai helikopter kepresidenan.
Baca juga: Kisah Mil Mi-6, Helikopter Terbesar di Dunia yang Pernah Dioperasikan AURI
Beberapa sumber menyebutkan, keberadaan Allen Pope yang ditahan di Indonesia merupakan salah satu bargain chip Indonesia dan Soekarno terhadap Amerika Serikat pada masa itu.
”Helikopter tersebut kerap digunakan Bung Karno bepergian dari Jakarta ke Bogor. Kemudian ada hadiah lain dari Presiden John F Kennedy untuk Bung Karno, yakni helikopter Sikorsky S-61,” ujar Chappy Hakim.
Pope kemudian dibebaskan pada Juli 1962. Jaksa Agung Amerika Serikat Robert ”Bobby” Keneddy sempat mendatangi Soekarno terkait masalah Allen Pope.
Pilot CIA di Vietnam
Sebelum berkiprah di Permesta, Allen Pope adalah pilot Angkatan Udara Amerika Serikat yang kemudian bergabung dengan CIA dan menjadi pilot di organisasi bentukan CIA, yakni Civil Air Transport (CAT).
Penulis buku Perang Napoleon di Jawa, Kolonel (Purn) Jean Rocher, menceritakan, Allen Pope sempat mendapat medali kehormatan tertinggi dari Pemerintah Perancis, yakni Legiun Kehormatan (Legion d’honneur).
Baca juga: CIA dan Melunaknya Trump
”Dia terlibat dalam operasi mengirimkan bantuan di Dien Bien Phu ketika pasukan Perancis dikepung pasukan Viet Minh. Sehari sebelum pertempuran berakhir dia masih terbang menerjunkan bantuan untuk Perancis di Dien Bien Phu,” kata Jean Rocher yang juga menulis buku Sejarah Kecil Indonesia-Prancis 1800-2000.
Ketika itu, Allen Pope menerbangkan pesawat angkut C-119 ”Flying Boxcar”. Para pilot CAT menerbangkan ratusan sortie untuk mengirimkan bantuan ke kubu Perancis di lembah Dien Bien Phu.
Pasukan Viet Minh yang menguasai perbukitan dengan mudah menghujani tembakan ke posisi pasukan Perancis di lembah, termasuk ke arah pasukan para (penerjun payung) dan pesawat pengirim bantuan yang terbang mendekati Dien Bien Phu.
Allen Pope juga tercatat aktif terbang di Taiwan dan Saigon setelah Perang Indochina pertama yang berakhir dengan kekalahan Perancis. Dalam konteks Perang Dingin saat itu, para agen CIA terlibat dalam berbagai operasi di Indochina, Taiwan, hingga pemberontakan PRRI-Permesta di Indonesia.
Pertarungan perebutan pengaruh dalam geopolitik selalu melibatkan negara-negara besar yang kuat secara ekonomi dan militer. Allen Pope adalah salah satu anak wayang dan pelaku sejarahnya.