Ekonomi Australia Susut Rp 39 Triliun Per Minggu akibat Karantina
Sepertiga pekerja industri perhotelan dan jasa Australia terkena dampak terburuk akibat kebijakan penutupan wilayah. Mereka mengalami kehilangan pekerjaan bersama dengan sebagian pekerja seni dan rekreasi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
CANBERRA, SELASA — Perekonomian Australia mengalami penyusutan senilai 4 miliar dollar Australia atau hampir Rp 39 triliun (kurs Rp 9.700) setiap pekan selama masa karantina atau penutupan wilayah.
Akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan domestik bruto (PDB) ”Negeri Kanguru” itu pun diproyeksikan mengalami minus 10 persen pada triwulan kedua tahun ini.
Bersama negara tetangganya, Selandia Baru, Australia dipuji relatif berhasil dalam penanganan penyebaran Covid-19. Kasus harian baru melambat menjadi satu digit atau bahkan nol di sebagian besar wilayah kedua negara itu.
Namun, Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg mengatakan, langkah-langkah untuk mengekang penyebaran Covid-19 telah menjadi pukulan berat bagi perekonomian negeri itu.
”Untuk setiap pekan tambahan pemberlakuan penutupan wilayah, Kementerian Keuangan memperkirakan nilai ekonomi yang berkurang 4 miliar dollar Australia dalam bentuk kegiatan ekonomi, gabungan pengurangan partisipasi tenaga kerja, produktivitas, dan pengurangan konsumsi,” kata Frydenberg.
Pemerintah Australia bahkan memperkirakan PDB negara itu akan terpuruk hingga mengalami minus 10 persen pada triwulan II-2020 atau Juni mendatang. Perkiraan tersebut diperkuat dengan data yang dirilis Biro Statistik Australia (ABS) yang menunjukkan terjadinya penurunan 7,5 persen dalam sektor ketenagakerjaan dalam lima pekan terakhir, hingga 18 April 2020. Persentase itu setara dengan sekitar 700.000 pekerja dari total 13 juta tenaga kerja aktif di negara itu.
Sepertiga pekerja di industri perhotelan dan jasa terkena dampak terburuk akibat kebijakan penutupan wilayah. Mereka harus mengalami kehilangan pekerjaan mereka bersama dengan 27 persen total para pekerja di sektor seni dan rekreasi.
Kementerian Keuangan Australia sebelumnya memperkirakan tingkat pengangguran akan berlipat ganda hingga 10 persen pada pertengahan tahun karena kebijakan penutupan wilayah selama masa pandemi Covid-19. Hal itu diproyeksikan setara dengan 1,4 juta orang.
Otoritas ABS juga melaporkan bahwa 31 persen rumah tangga secara nasional di Australia sedang dan atau telah mengalami pemburukan kondisi keuangan mereka.
Frydenberg mengatakan, data tersebut menunjukkan, Pemerintah Australia harus berupaya mengembalikan warganya ke pekerjaan-pekerjaan mereka. Namun, hal itu tidak serta-merta dapat dilakukan secara serentak dalam satu waktu.
Negara itu sejauh ini baru memenuhi 11 dari 15 kondisi kesehatan yang memungkinkan untuk diakhirinya kebijakan penutupan wilayah. Empat kondisi kesehatan yang belum memungkinkan itu saat-saat ini terus diupayakan oleh otoritas bersama warga Australia.
Salah satunya adalah pengembangan dan penerapan aplikasi pelacakan kontak warga terkait Covid-19. Aplikasi milik pemerintah, COVIDSafe, hingga saat ini baru diunduh oleh hampir 5 juta pengguna telepon seluler. Adapun jumlah penduduk Australia diperkirakan mencapai 25 juta jiwa.
Australia telah mencatat lebih dari 6.800 kasus Covid-19 dan 96 kematian. Meskipun ada kemajuan di beberapa negara bagian di negara itu, sejumlah besar kasus muncul di rumah pemotongan hewan di Melbourne dan rumah perawatan penduduk lanjut usia di Sydney. Beberapa negara bagian dan teritori Australia mulai secara bertahap mengurangi beberapa pembatasan wilayah.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan akan segera selesai menyusun ”peta jalan” pada Jumat pekan ini, khususnya terkait pembukaan kawasan-kawasan bisnis di negara itu.
”Jangan lupa, ketika kita meringankan pembatasan ini, Anda akan melihat peningkatan jumlah di beberapa daerah. Anda akan melihat wabah terjadi di tempat lain. Hal-hal seperti itu yang harus diantisipasi,” tutur Morrison setelah pertemuan dengan para pemimpin regional dari seluruh Australia.
”Yang penting adalah bagaimana kamu menghadapinya dan bagaimana kamu menanggapinya.”
Beberapa waktu lalu, bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA), memilih untuk mempertahankan suku bunga resmi di level 0,50 persen. Kebijakan itu diambil setelah bank sentral itu memangkas suku bunga ke rekor terendah pada bulan Maret karena kekhawatiran akan penyebaran Covid-19.
”Ekonomi Australia sedang melalui periode yang sangat sulit dan ada ketidakpastian yang cukup besar tentang prospeknya di masa selanjutnya,” kata Gubernur RBA Philip Lowe. (AFP)