Jepang akan mencabut keadaan darurat di 39 dari 47 prefektur. Pemerintah Jepang tampaknya juga berupaya menyeimbangkan upaya pencegahan penularan dengan penyelamatan ekonomi.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
TOKYO, KAMIS — Pemerintah Jepang kemungkinan besar akan mencabut status keadaan darurat hanya untuk 39 dari 47 prefektur. Namun, ibu kota Tokyo akan tetap berstatus keadaan darurat sampai nanti ada penurunan kasus positif Covid-19 yang signifikan.
Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu sudah berstatus keadaan darurat sejak bulan lalu. Pemerintah berencana mengkaji kembali kebijakan itu pada pertengahan Mei. Informasi rencana pencabutan status itu dikabarkan media-media lokal Jepang, Kamis (14/5/2020).
Kebijakan itu mengatur setiap warga harus mengurangi interaksi dengan orang lain hingga 80 persen untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19. Ini supaya tenaga medis tak kewalahan menangani pasien yang terinfeksi virus korona baru. Kebijakan itu memberikan otoritas kepada kepala daerah untuk memerintahkan masyarakat tetap tinggal di rumah dan menutup sekolah serta tempat-tempat usaha.
Tanpa sanksi
Namun, tidak ada sanksi apa pun bagi pelanggar aturan tersebut. Karena itu, banyak toko di ”daerah merah” Covid-19 yang membuka tokonya kembali sebelum status darurat itu dicabut.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, sama seperti para pemimpin negara lainnya, berusaha mempertahankan roda perekonomian yang terganggu karena wabah korona. Untuk membantu pemerintah, akan ada empat pakar ekonomi yang dilibatkan dalam tim panel penasihat epidemi.
Di Jepang tercatat 16.100 kasus positif Covid-19, tidak termasuk kasus di kapal pesiar yang sempat dikarantina di Yokohama. Dari 16.100 kasus, 696 orang tewas. Di Jepang tidak terjadi lonjakan kasus seperti di Amerika Serikat atau negara-negara di Eropa. Hal itu terjadi karena Jepang juga tidak banyak melakukan tes. Di Jepang, hanya dilakukan 188 tes polymerase chain reaction (PCR) per 100.000 orang. Sementara di Italia 3.159 tes dan di Jerman 3.044 tes.
Khusus di Tokyo, sampai sejauh ini baru dilakukan 50.000 tes dan 5.000 di antaranya diketahui hasilnya positif. Tenaga medis di rumah sakit kewalahan menangani pasien sehingga prefektur-prefektur di sekitar Tokyo masih akan tetap berstatus darurat.
Meski status keadaan darurat itu tidak diikuti sanksi yang ketat dan penegakan hukum yang tegas, data mobilitas menunjukkan, pergerakan warga turun drastis. Pada pekan ini, pemerintah melaporkan penurunan 20 persen jumlah warga terinfeksi Covid-19 yang masuk rumah sakit.
Di Tokyo, kasus baru Covid-19 turun menjadi hanya 10 kasus pada Rabu. Untuk Osaka, kota metropolis terbesar kedua di Jepang, juga tetap akan berstatus darurat, tetapi akan ada pelonggaran bertahap untuk tempat usaha seperti restoran dan bar. (REUTERS)