Pajak Jerman Merosot, Utang Inggris Bertambah di Tengah Pandemi
Jerman merupakan salah satu negara dengan pajak tertinggi. Hingga 60 persen penghasilan orang Jerman bisa diambil negara atas nama pajak, pungutan tambahan, dan iuran jaminan sosial.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BERLIN, JUMAT — Dampak Covid-19 pada perekonomian semakin terasa di Eropa. Jerman, negara ekonomi terbesar di Eropa, mengumumkan penurunan realisasi pajak. Sementara Inggris menambah utang untuk membiayai belanja negara
Dalam laporan pada Jumat (22/5/2020), perolehan pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) Jerman untuk periode April 2020 turun 25,4 persen. Pemerintah federal dan negara bagian mengumpulkan 43 miliar euro sepanjang April 2020.
Jerman merupakan salah satu negara dengan pajak tertinggi. Jerman menggunakan tarif progresif hingga 45 persen dari penghasilan. Setiap orang dengan tarif pajak lebih dari 1.000 euro per tahun akan dikenai pungutan tambahan hingga 20 persen dari tarif pajak.
Warga Jerman juga harus membayar aneka iuran jaminan sosial dan asuransi wajib setara hampir 20 persen pendapatan. Dengan demikian, hingga 60 persen penghasilan orang Jerman bisa diambil negara atas nama pajak, pungutan tambahan, dan iuran jaminan sosial.
Kala perekonomian melambat di tengah pandemi, pungutan pajak juga menurun. Penurunan terbesar berasal dari pajak penghasilan, pajak badan, dan PNBP lalu lintas udara.
Dampak pandemi pada pajak sebenarnya sudah terpantau sejak Maret kala perekonomian mulai melambat. Banyak orang tidak bekerja dan tidak mendapat penghasilan, usaha berhenti, dan penerbangan terpangkas.
Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz memastikan penurunan pajak tidak akan menghambat rencana Jerman mengucurkan stimulus penanganan dampak Covid-19. Stimulus 870 miliar dollar AS akan dikucurkan Jerman mulai Juni 2020.
Untuk mendanai aneka program penanggulangan, Jerman akan kembali menambah utang hingga 100 miliar euro. Berlin menerbitkan surat utang terakhir kali pada 2013.
Sementara Inggris memang terus menambah utang. Pada April 2020 saja, London menambah 75,8 miliar dollar AS. Dengan tambahan itu, kini rasio utang Inggris setara 98 persen produk domestik bruto (PDB) negara itu. Biro Statistik Inggris menyebut, rasio itu tertinggi dalam 60 tahun terakhir.
”Pukulan ganda gara-gara perlambatan ekonomi dan kebutuhan mendanai penanganan krisis (akibat Covid-19) mendorong utang ke tingkat yang perlu diwaspadai. Pelonggaran isolasi pada 13 Mei mungkin berarti pemerintah tidak perlu meminjam sebanyak April. Akan tetapi, jelas pemerintah masih harus berutang beberapa ratus miliar pound tahun ini,” kata ekonom pada Capital Economics, Ruth Gregory.
London diprakirakan tidak akan kesulitan menambah utang. Di tengah bayang-bayang krisis, suku bunga surat utang Inggris justru menurun. Surat utang yang dipercaya pasar biasanya tidak perlu menawarkan bunga tinggi.
”Tidak ada tanda pemerintah kesulitan mendapat uang,” kata Charlie McCurdy, peneliti pada lembaga kajian Resolution Foundation.
Masih terkait utang, Bank of Japan (BoJ) mengumumkan fasilitas pinjaman baru untuk menyalurkan lebih banyak uang ke UMKM. Dengan fasilitas itu, lembaga keuangan penyedia kredit UMKM bisa mendapat utang dengan bunga nol persen.
BoJ juga menawarkan membayar 0,1 persen bunga utang bagi lembaga yang mau meningkatkan kredit UMKM. (AFP/REUTERS)