Tingkat Penularan Rendah, Thailand Mengejar Gelembung Wisatawan
Thailand memulai fase keempat atau fase terakhir pelonggaran pembatasan sosial Covid-19 pada Senin (15/6/2020). Thailand juga akan segera membuka pintu bagi para tamu dan wisatawan asing dengan syarat tertentu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BANGKOK, JUMAT — Secara bertahap Pemerintah Thailand akan mencabut jam malam nasional dan melonggarkan pembatasan lebih banyak mulai pekan depan. Negara ini juga berencana membuka pintu bagi para tamu atau wisatawan asing untuk mulai menggairahkan pariwisata yang terpukul keras selama pandemi Covid-19.
”Pencabutan jam malam secara efektif mulai berlaku Senin (15/6/2020). Beberapa pembatasan kegiatan juga akan dilonggarkan,” kata Taweesin Wisanuyothin, juru bicara pusat administrasi situasi Covid-19, sejenis satuan tugas Covid-19 di Indonesia, Jumat (12/6/2020).
Kebijakan baru berupa pelonggaran pembatasan sosial diambil Pemerintah Thailand setelah selama enam pekan berturut-tutur jumlah temuan kasus baru Covid-19 kurang dari 10. Kasus positif yang masih terjadi berasal dari luar negeri.
Pada Jumat (12/6/2020), jumlah kasus positif tercatat sebanyak empat kasus dan tidak ada korban meninggal dunia. Empat warga yang dinyatakan positif, dikutip dari laman Bangkok Post, baru saja kembali dari India.
Di antara negara-negara ASEAN, Thailand dan Vietnam dianggap sukses menekan penyebarluasan penyakit Covid-19. Negara berjulukan ”Gajah Putih” itu, kasus positif berjumlah 3.129 kasus dan 58 kematian.
Wisanuyothin mengatakan, calon wisatawan dari negara-negara yang memiliki tingkat penyebarluasan Covid-19 yang rendah dan kemampuan pengendalian penyakit yang baik menjadi sasaran mereka.
Calon wisatawan dari Korea Selatan, China, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara Timur Tengah menjadi target pasar mereka. Tidak ketinggalan negara tetangga, seperti Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Dia menambahkan, pemerintah dan para pelaku usaha serta otoritas kesehatan tengah mengkaji kebijakan yang memungkinkan para tamu asing itu tidak harus menjalani karantina selama 14 hari ketika tiba di Thailand.
Namun, para tamu harus melengkapi dirinya dengan surat-surat penunjang, seperti hasil tes kesehatan yang lengkap (tes usap atau tes PCR) serta asuransi kesehatan. Dirinya tidak menjelaskan apakah para tamu asing itu masih harus melakukan tes ulang setibanya di Thailand dan persoalan waktu pemberlakuannya.
Thailand kehilangan potensi pendapatan sekitar 47 miliar dollar pada tahun ini karena pandemi. Menurut laporan lembaga penelitian global, HSBC Global Research, jumlah kunjungan wisatawan tahun ini diperkirakan hanya 14 juta, dibandingkan angka kunjungan 40 juta pada tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi pun merosot 5-7 persen.
Otoritas penerbangan sipil, yang mengatakan bandara akan tetap ditutup hingga setidaknya akhir Juni, berada di bawah tekanan kuat dari para pelaku bisnis perhotelan dan pariwisata untuk membuka kembali wilayah udara Thailand. Wisanuyothin tidak berkomentar lebih jauh tentang ini.
Langkah-langkah yang diumumkan pada hariJumat adalah fase keempat pelonggaran pembatasan. Penerapan fase keempat ini lebih cepat 15 hari dari target sebelumnya, yaitu 1 Juli.
Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Thailand Jenderal Somsak Roongsita, di kutip dari laman Bangkok Post, menyatakan, pemerintah berencana mencabut seluruh kebijakan pembatasan sosial pada 1 Juli 2020.
”Kerja sama warga sangat penting untuk mengurangi atau bahkan meniadakan penyebarluasan virus ini. Penggunaan masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan membatasi betul semua aktivitas menjadi kunci pengurangan penyebarluasan,” kata Roongsita, akhir Mei lalu.
Dengan kebijakan fase keempat ini, pemerintah mengizinkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meski dalam jumlah terbatas. Jam malam, yang sebelumnya diberlakukan untuk mencegah aktivitas di malam hari, juga akan dihentikan.
Para pengusaha restoran bisa bernapas lega karena mereka telah dibolehkan beroperasi. Mereka juga tidak dilarang untuk menjual minuman beralkohol. Sementara untuk acara-acara olahraga, sudah dibolehkan. Namun, penonton tetap belum dibolehkan menonton secara langsung.
Taman nasional, taman botani, ruang konser, ruang pameran, dan tempat hiburan dapat dibuka kembali. Museum sudah diizinkan dibuka kembali di bawah fase pelonggaran sebelumnya.
Untuk perjalanan antarprovinsi, maskapai tidak perlu lagi menerapkan jarak sosial dengan pengaturan tempat duduk mereka meskipun penumpang harus mengenakan topeng. Namun, di bus dan kereta, orang harus duduk terpisah, dengan hunian dibatasi hingga 70 persen dari kapasitas.
Taweesin menjelaskan bahwa pengaturan tempat duduk untuk perjalanan udara akan kurang ketat karena penerbangan domestik umumnya durasinya lebih pendek dan pesawat memiliki sistem ventilasi yang lebih baik.
Wisnuyothin mengatakan, meski telah dilonggarkan, warga tetap harus waspada terhadap kemungkinan penyebaran virus. ”Kita harus tetap waspada, risiko wabah kedua tetap ada,” ujarnya. (AFP/AP/REUTERS)