Korsel-China Bahas Kerja Sama Penanganan Covid-19 dan Isu Lain
Setelah terganggu oleh pandemi, kini hubungan diplomatik Korea Selata-China kembali terjalin. Kedua negara membahas kerja sama penanganan pandemi dan situasi di Semenanjung Korea.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, SABTU — Korea Selatan memulai pembahasan soal kerja sama penanganan Covid-19, hubungan bilateral, dan situasi terkini Semenanjung Korea dengan China di kota pelabuhan di Korea Selatan, Busan, Sabtu (22/8/2020). Pertemuan ini merupakan kunjungan pertama pejabat tinggi Beijing sejak pandemi terjadi akhir tahun lalu.
Dalam pertemuan itu, anggota Politbiro Partai Komunis China, Yang Jechi, bertemu dengan penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Suh Hoon. Juru bicara kepresidenan Korea Selatan, Kang Min-seok, menjelaskan, selain membahas Korea Utara dan kerja sama pengendalian Covid-19, Suh yang sebelumnya merupakan pemimpin badan intelijen Korea Selatan itu juga membahas kemungkinan lawatan Presiden China Xi Jinping ke Korea Selatan. Sebelum pertemuan dimulai, Yang tidak menanggapi pertanyaan apakah Xi akan berkunjung ke Korea Selatan tahun ini.
Setelah terganggu karena pandemi, hubungan kedua negara kembali terjalin bulan lalu ketika Seoul mengirim diplomatnya untuk membahas hubungan bilateral bidang ekonomi dengan China.
Secara umum, Korea Selatan menjadi negara di luar China yang dinilai telah berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 tanpa gangguan signifikan. Akan tetapi, lonjakan kasus beberapa waktu terakhir memaksa otoritas memberlakukan kembali pembatasan sosial yang lebih ketat, termasuk membatasi kerumunan, melarang warga pergi ke rumah ibadah, serta menutup kelab malam, bar karaoke, dan kafe.
Hingga Jumat (21/8/2020) tengah malam, Korea Selatan melaporkan 332 kasus Covid-19 baru, yang 315 kasus di antaranya merupakan kasus penularan domestik. Dengan begitu, total kasus Covid-19 Korea Selatan sebanyak 17.002 kasus dengan kasus meninggal sebanyak 309 kasus.
Korea Selatan menerapkan penelusuran kontak yang baik dan layanan tes yang tersebar luas untuk mengendalikan penyebaran virus korona. Namun, lonjakan kasus yang terjadi beberapa waktu terakhir mayoritas terjadi di kawasan padat penduduk Seoul dan wilayah sekitarnya.
Aturan pembatasan yang diberlakukan kembali di area Seoul dan sekitarnya berlaku juga untuk kota-kota lain di seluruh Korea Selatan. Namun, di kota dengan jumlah kasus yang rendah, aturan pembatasan itu sebatas anjuran, bukan kewajiban.
”Jika kita tidak mengendalikan penyebaran (virus korona) di tahap awal, ini akan menjadi gelombang yang besar. Bagi kami, tidak ada yang lebih penting dari fokus merespons Covid-19,” kata Menteri Kesehatan Korea Selatan Park Neung-hoo.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KCDC) Jeong Eun-kyeong mendorong pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan yang lebih ketat hingga ke level tertinggi jika setelah akhir pekan ini laju penularan tidak menurun. Pembatasan level tertinggi dimaksud mencakup larangan kerumunan lebih dari 10 orang, menutup sekolah, menghentikan kegiatan kompetisi olahraga, dan mendorong perusahaan swasta agar pegawainya bekerja dari rumah.
Salah seorang pejabat kesehatan senior di Kementerian Kesehatan Korsel, Yoon Taeho, mengatakan, pemerintah akan mengevaluasi dampak pembatasan sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
Situasi kawasan
China melaporkan 22 kasus baru yang semuanya merupakan kasus impor. Tidak ada kasus penularan lokal yang muncul. Komisi Kesehatan Nasional menyatakan, 454 orang saat ini masih dirawat dan 3.667 orang menjalani isolasi. Kondisi yang relatif terkendali di China daratan itu berbeda dengan di wilayah Hong Kong yang masih berjuang mengendalikan pandemi.
Sementara itu, negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, melaporkan penambahan 13 kasus meninggal akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Meski demikian, jumlah kasus di Victoria tetap berada di bawah 200 dalam dua hari terakhir. Victoria melaporkan 182 kasus baru pada Sabtu (22/8/2020) atau turun dari 700 kasus dua minggu lalu.
Negara Bagian Victoria menyumbang lebih dari 80 persen kasus Covid-19 di Australia. ”Negeri kanguru” ini melaporkan total 24.500 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal sebanyak 485 kasus.
”Luar biasa melihat dua hari berturut-turut kasus baru di bawah 200, jelas trennya menurun,” kata Brett Sutton, pemimpin Departemen Kesehatan Victoria. ”Cara terbaik untuk mencegah gelombang infeksi kedua adalah menurunkan kasus itu hingga serendah mungkin.” (REUTERS/AP)