Guru Besar Indonesia Raih Penghargaan Dosen Terbaik dari Jerman
Tak hanya di bidang ilmiah, dosen terbaik dari Indonesia ini juga aktif di organisasi keagamaan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BREMEN, SENIN — Guru Besar asal Indonesia, Hendro Wicaksono, menerima penghargaan Teacher of the Year dari Universitas Jacobs, Bremen, Jerman. Penghargaan tahunan ini diberikan kepada dosen terbaik, yang memiliki prestasi luar biasa dalam pembelajaran.
Menurut keterangan Kedutaan Besar RI di Berlin, Jerman, Senin (7/9/2020), khusus dalam masa pandemi Covid-19, penilaian terhadap dosen juga dilakukan atas proses pembelajaran daring yang dilakukan.
Dalam sertifikat yang diterbitkan pada 1 September 2020 itu disebutkan, Hendro dinilai berhasil menjadikan metode pembelajaran daring memuaskan dan menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa.
Hendro juga dinilai berhasil memberikan perkuliahan secara persuasif dan mendorong antusiasme tinggi mahasiswa khususnya pada masa pembelajaran secara virtual.
Hendro menyebutkan, di masa pandemi ini, transformasi digital berjalan kian cepat. Materi pembelajaran di internet pada dasarnya mudah diakses mahasiswa, baik dari sumber gratis maupun berbayar.
”Kita dengan mudah dapat mempelajari konsep dan teknologi baru lewat internet. Bahkan dengan konsep gamification dan virtual reality, kita dapat berinteraksi dengan materi pembelajaran dengan senang. Tanpa ada pertemuan tatap muka dengan dosen, sepertinya semua ilmu yang dibutuhkan bisa kita dapat,” katanya.
Kondisi ini, lanjut Hendro, justru memberikan tantangan lebih besar bagi dosen. Seorang dosen tidak hanya menjadi penyampai ilmu, tetapi juga sebagai peramu dan pembawa ilmu. Media seperti internet, game, VR, dan lain-lain hanya media perantara.
Dosen tidak boleh hanya mengambil isi buku, artikel, atau video sebagai materi ajar, tetapi harus meramu beberapa sumber, termasuk dari pengalaman dan sudut pandang pribadi.
Inspiratif
Sosok dosen juga harus menjadi inspirasi mahasiswa untuk belajar lebih dari materi yang diajarkan dan memilih jalur karier yang berkaitan dengan materi tersebut. Pada era digital seperti sekarang, komponen inspirasi ini yang tidak dapat tergantikan media digital.
Hendro yang memperoleh gelar Dr -Ing di bidang Teknologi Mesin dari Institut Teknologi Karlsruhe, Jerman, dinobatkan sebagai Guru Besar di Universitas Jacobs, Bremen, saat ia berusia 38 tahun. Meski baru mengajar di kampus ini lebih kurang tiga tahun, ia berhasil memperoleh predikat dosen terbaik.
Selain menjadi dosen, Hendro juga menjabat sebagai Kepala Kelompok Penelitian Manajemen Data Intelijen untuk Industri 4.0 (INDEED) di kampus ini. Berbagai hasil riset Hendro juga diakui dan digunakan di banyak institusi di Jerman dan negara Eropa lainnya.
Pada tahun 2013, Hendro mengembangkan sistem untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi berbasis artificial intelligence yang saat ini digunakan di beberapa gedung di Jerman, di Eindhoven Belanda, Sevilla, dan Barcelona di Spanyol.
Pada 2014, ia membuat sistem serupa dengan fitur tambahan utilitas di telepon seluler dan penggunaan berbagai macam sensor yang digunakan di beberapa kantor pemerintahan di Jerman, di antaranya Baden-Württemberg.
Riset sistem ini terus dikembangkan dan tahun 2015-2016 digunakan untuk sistem kota cerdas di Cambridge, Inggris; Sevilla, Spanyol; dan Lizanello, Italia.
”Start up”
Hendro saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Pengurus Wilayah Khusus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jerman. Ia juga aktif sebagai Ketua Komisaris dan salah satu pendiri dua start up teknologi di Indonesia yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan dan pelayanan kesehatan digital.
Tak hanya di bidang ilmiah, Hendro juga aktif di organisasi keagamaan. Sejak 2019, Hendro menjadi anggota Dewan Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Jerman.
Hendro yang juga aktif di komunitas Muslim berbahasa Jerman di Karlsruhe dan menggagas acara seminar yang diselenggarakan PCINU dan masyarakat lokal Jerman yang mendapatkan dana dari Konrad-Adenauer-Stiftung. Seminar ini bertujuan memperkenalkan Islam di Indonesia yang moderat dan toleran. (*)