Oposisi Tuding Badan Intelijen Rusia Meracuni Navalny
Alexei Navalny, tokoh oposisi Rusia, pingsan dalam penerbangan menuju Siberia pada 20 Agustus 2020. Ia lalu diterbangkan ke Jerman dalam kondisi koma.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BERLIN, SELASA — Tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, yakin dirinya diracun oleh agen intelijen Rusia. Sebab, ia dinilai sebagai ancaman bagi penguasa dalam pemilu mendatang.
Pernyataan itu disampaikan melalui Youtube yang disiarkan pada Selasa (6/10/2020). ”Mereka (penguasa) yakin ada masalah besar mengancam menjelang pemilu Duma (parlemen Rusia),” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Navalny keluar dari rumah sakit di Berlin, Jerman, setelah dirawat. Ia diduga keracunan Novichok, racun saraf yang dikembangkan Uni Soviet selama perang dingin. Racun itu bisa menembus masker antizat kimia.
Selama bertahun-tahun, Navalny dikenal sebagai pengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam pemilu mendatang, Navalny berencana maju agar bisa menjadi anggota parlemen. Pemilu Rusia dijadwalkan pada 2021, tetapi waktunya belum dipastikan.
Navalny pingsan dalam penerbangan menuju Siberia pada 20 Agustus 2020. Setelah itu, dalam kondisi koma, ia diterbangkan ke Jerman lalu dirawat di Berlin. Para dokter di Jerman yakin Navalny diracuni dengan Novichok.
Bersama beberapa negara lain, Jerman bolak-balik meminta Rusia menjelaskan kasus Navaly. Bolak-balik pula Rusia menyangkal meracuni Navalny.
Navalny mengatakan, tidak tahu bagaimana bisa keracunan. Ia menduga menyentuh sesuatu yang telah dibubuhi racun tersebut.
Meski sudah keluar RS, ia belum sembuh sepenuhnya. Butuh hingga dua bulan ke depan untuk benar-benar pulih. Kini, ia harus menjalani fisioterapi. Selama wawancara, terlihat beberapa kali tangannya gemetar.
Sementara itu, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyatakan telah menerima permintaan Rusia terkait kasus Navalny. OPCW belum tahu jenis bantuan apa yang diminta Rusia.
”Sekretariat teknis siap menyediakan bantuan yang diminta dan tim ahli akan segera dikerahkan dalam waktu dekat,” demikian pernyataan OPCW.
OPCW dijadwalkan menggelar pertemuan pada Selasa ini. Kasus Navalny akan dibahas di salah satu sesi pertemuan itu. Rusia tercatat pernah mengancam keluar dari OPCW.
Ancaman menyusul tudingan Rusia bahwa organisasi itu terlalu memihak barat dalam dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. Moskwa membantu Damaskus menghadapi pemberontak dan kelompok-kelompok teror.
Sampai sekarang, Moskwa masih menempatkan pasukan dan aneka persenjataan di Suriah.
Kasus Navalny juga membuat Jerman mendesak Eropa menjatuhkan sanksi pada Rusia. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan, sanksi terarah dan proporsional akan cocok untuk kasus itu.
”Pelanggaran serius pada Konvensi Senjata Kimia Internasional tidak bisa dibiarkan. Kami satu suara di Eropa,” ujarnya.
Sanksi pada Rusia akan dibahas dalam pertemuan Uni Eropa pekan depan. Pada Juli-Desember 2020, Jerman menjadi ketua bergilir UE.
Meski menganjurkan sanksi, Jerman tidak berani menyinggung proyek Nord Stream 2. Proyek itu untuk membangun jaringan pipa gas dari Rusia ke Eropa.
Sejumlah perusahaan Jerman terlibat dalam pembangunan itu. Setelah jadi, gas dari jaringan pipa itu bisa menambah pemenuhan kebutuhan energi Eropa. (AP/REUTERS)