Di tengah meningkatnya kasus Covid-19, Pemerintah Indonesia mengoptimalkan penanganan penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Di tengah meningkatnya kasus Covid-19, Pemerintah Indonesia mengoptimalkan penanganan penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut. Selain menambah lokasi observasi dan rehabilitasi pasien, pemerintah juga menyusun pembentukan gugus tugas terkait Covid-19.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah sudah jauh hari mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19 yang mematikan itu. Langkah tersebut antara lain mengevakuasi warga negara Indonesia dari Wuhan, China, tempat merebaknya virus. Bahkan, pemerintah turut menjemput WNI di kapal pesiar Diamond Princess yang ditemukan kasus Covid-19.
”Pada akhirnya, ada dua kasus terinfeksi virus korona dan sekarang empat kasus. Jadi, untuk memperkuat (penanganannya) dengan (pembentukan) gugus tugas. Konsepnya sudah saya ajukan kepada Presiden Joko Widodo,” kata Muhadjir setelah peletakan batu pertama pembangunan Museum Muhammadiyah Jawa Barat di Universitas Muhammadiyah Cirebon, Sabtu (7/3/2020).
Pada akhirnya, ada dua kasus terinfeksi virus korona dan sekarang empat kasus. Jadi, untuk memperkuat (penanganannya) dengan (pembentukan) gugus tugas. Konsepnya sudah saya ajukan kepada Presiden Joko Widodo.
Menurut Muhadjir, pembentukan gugus tugas Covid-19 itu sudah ada payung hukumnya. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019, misalnya, terkait peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi global, termasuk nuklir, biologi, dan kimia.
”Tapi, ini bukan crisis center, hanya gugus tugas,” ucap Muhadjir yang juga bertugas mengoordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Meski demikian, dia belum bisa menjelaskan lebih detail terkait fungsi gugus tugas serta badan, lembaga, dan kementerian yang akan mengisinya hingga waktu pembentukannya.
”Kami menunggu arahan selanjutnya dari Pak Presiden,” katanya. Berdasarkan instruksi presiden, pihaknya juga menyiapkan Pulau Galang di Kepulauan Riau sebagai lokasi observasi dan rehabilitasi pasien terduga Covid-19 selain Natuna dan Pulau Sebaru. Pihaknya akan merenovasi tempat karantina di daerah itu, bukan membangun yang baru.
Kekurangan APD
Dalam kunjungannya ke RSUD Gunung Jati di Kota Cirebon, Muhadjir mengapresiasi kesiapan ruangan isolasi untuk pasien terduga Covid-19. Rumah sakit itu menjadi rujukan utama penanganan penyakit Covid-19 bagi warga Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Direktur RSUD Gunung Jati Ismail Jamaludin mengatakan, ruangan isolasi mampu menampung enam pasien, termasuk dua pasien dengan perawatan intensif. Peralatan medis juga berfungsi baik.
”Tetapi, kami kekurangan goggles (pelindung area mata). Jumlahnya tinggal sedikit. Tetapi APD (alat pelindung diri) lainnya cuku. Idealnya, untuk menangani satu kasus selama 14 hari, dibutuhkan 200 sampai 300 set APD. Kami sudah mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jabar,” tutur Ismail, yang tidak menyebut jumlah kekurangan APD.
Hingga Sabtu sore, RSUD Gunung Jati belum menerima pasien terduga penyakit Covid-19. ”Tiga hari lalu, seorang pasien asal Majalengka dirawat di ruangan isolasi. Tetapi, ternyata bukan orang dalam pengawasan Covid-19. Jadi, dipindahkan ke ruangan biasa,” tuturnya.
RSUD Gunung Jati pada awal Februari merawat perempuan berinisial XC (25) asal Hubei, provinsi tempat merebaknya Covid-19 di China. Namun, setelah menjalani berbagai tes laboratorium, XC yang datang ke Cirebon untuk berlatih menari itu dinyatakan negatif Covid-19.