Negara peserta Latihan Angkatan Laut Multinasional ”AMAN” yang rutin digelar dua tahunan oleh Pakistan sejak 2007 terus bertambah. Selain ajang kolaborasi dan kerja sama pengamanan maritim antarnegara di kawasan, perhelatan itu juga bagian strategi Pakistan memperkuat doktrin maritimnya.
Selama lima hari, pada 8-12 Februari lalu, perwakilan angkatan laut dari 45 negara hadir di Karachi, kota bisnis tersibuk di Pakistan di tepi Laut Arab, untuk berpartisipasi pada Latihan Angkatan Laut Multinasional ”AMAN 2019”. Ajang ini digelar rutin dua tahun sekali oleh Pakistan sejak tahun 2007, dengan perkecualian tahun 2015.
Jumlah negara peserta terus meningkat. Dari 28 negara pada ajang perdana tahun 2007, sempat menurun menjadi 24 negara pada 2009, lalu kembali 28 negara pada 2011, peserta bertambah menjadi 29 negara pada 2013 dan 33 negara pada 2017, lalu meningkat menjadi 45 negara pada tahun ini.
Perkembangan itu menggembirakan Angkatan Laut Pakistan selaku penyelenggara. Dengan mengambil nama ajang AMAN—diambil dari bahasa Urdu yang berarti ”perdamaian”—perhelatan tersebut dimaksudkan untuk membangun kerja sama pengamanan maritim yang berkelanjutan.
”Latihan ini tak hanya menjadi sarana untuk mengembangkan sinergi doktrin untuk mengatasi tantangan keamanan maritim,” kata Laksamana Zafar Mahmood Abbasi, Kepala Staf Angkatan Laut Pakistan. ”Tetapi juga meningkatkan interoperabilitas angkatan-angkatan laut dengan keunggulan teknologi yang berbeda-beda untuk berkumpul serta memastikan lingkungan maritim yang aman dan berkelanjutan.”
Fokus pengamanan maritim dalam latihan bersama ini adalah wilayah perairan Samudra Hindia bagian barat, khususnya Laut Arab. Wilayah perairan ini merupakan salah satu jalur maritim terpenting di dunia. Laut Arab menjadi penghubung Samudra Hindia ke Teluk Persia dan Laut Merah melalui Selat Bab el-Mandeb di Teluk Aden.
Hampir 30 persen pasokan minyak dunia melewati wilayah perairan tersebut. Angkatan Laut Pakistan mencatat, rata-rata 3.000 kapal mampir di pelabuhan-pelabuhan Pakistan dan 45.000 kapal lainnya melewati wilayah dekat pantai negara itu setiap tahun.
Selain ajang kolaborasi dan kerja sama pengamanan maritim antarnegara di kawasan, perhelatan itu juga bagian strategi Pakistan memperkuat doktrin maritimnya.
Posisi Samudra Hindia barat semakin penting dalam konteks strategi besar Indo-Pasifik yang kini menjadi perhatian banyak negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, India, dan juga Indonesia. China, rival utama AS saat ini, memberi perhatian besar dengan menghidupkan kembali jalur sutra dalam proyek ambisius Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) di wilayah itu melalui Koridor Ekonomi Pakistan-China (CPEC).
Gangguan keamanan di jalur perairan itu jelas merugikan banyak negara, bukan hanya Pakistan. Hal ini, antara lain, menjelaskan partisipasi negara yang terus meningkat pada latihan AL multinasional AMAN di Pakistan. Tahun ini, sembilan negara mengirim kapalnya, yaitu AS, China, Inggris, Turki, Australia, Malaysia, Sri Lanka, Oman, dan Italia.
Indonesia juga ambil bagian dalam latihan tersebut dengan mengirim 18 personel marinir dan pasukan katak. Angkatan Laut RI kali ini tidak mengirim kapal terkait persiapan pengamanan menjelang pemilu.
Selain dari pemaparan tersebut di atas, penyelenggaraan AMAN mengandung makna strategis bagi Pakistan dalam mewujudkan doktrin dan strategi maritimnya. Di negara itu, rumusan doktrin maritim Pakistan baru selesai Desember 2018 setelah melalui pengkajian selama hampir tujuh tahun.
Azam Khan, periset senior pada Pakistan Navy War College di Lahore, menjelaskan, kemunculan doktrin maritim Pakistan tak bisa dilepaskan dalam konteks besarnya perhatian banyak negara, antara lain AS, India, China, Jepang, Indonesia, Australia, Iran, dan Arab Saudi, pada strategi besar Indo-Pasifik (Global Village Space, Februari 2019).
Perhatian utama diberikan pada negara tetangga, yang sekaligus juga rival, India. Di bawah PM Narendra Modi, India berusaha memperkuat pengaruh di Samudra Hindia. Selain menghadirkan kekuatan militernya di beberapa pulau di Samudra Hindia barat, termasuk Mauritius dan Seychelles, India mendapat akses operasional di Chahbahar (Iran), pangkalan AL di Duqm (Oman), dan Sabang (Indonesia).
Bagi Pakistan, situasi tersebut menjadi peringatan untuk semakin waspada. Apalagi, dalam doktrin maritimnya dalam visi 2025, AL India telah mengincar kontrol di sejumlah titik dan jalur penting perdagangan di Samudra Hindia, Laut Arab, dan Teluk Benggala.
Pakistan memiliki garis pantai sekitar 1.001 kilometer dan zona maritim hingga sekitar 350 mil laut. Mengingat sekitar 95 persen perdagangan dan hampir 100 persen impor kebutuhan minyak Pakistan melalui laut, stabilitas dan keamanan maritim bagi negara berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa itu semakin penting.
KSAL Pakistan Laksamana Zafar Mahmood Abbasi, seperti dikutip Azam Khan, merumuskan doktrin maritim Pakistan, antara lain, mencakup ”bentuk luas pengerahan angkatan laut dan kekuatan maritim dalam mendukung tujuan nasional dan menyerukan upaya-upaya kolaboratif dalam menjaga ketertiban laut demi kebaikan manusia bersama”.
Dalam konteks tersebut, perhelatan Latihan Angkatan Laut Multinasional AMAN digelar. Bagi Pakistan, perhelatan itu juga menjadi pembuktian mereka menepis upaya India untuk mengisolasi negara tersebut di forum internasional. Seperti diketahui, India—misalnya—selalu menghadang upaya Pakistan menjadi anggota Asosiasi Negara-negara Lingkar Samudra Hindia (IORA).