Proyek Langit Biru Cilacap Tingkatkan Produksi Pertamax
›
Proyek Langit Biru Cilacap...
Iklan
Proyek Langit Biru Cilacap Tingkatkan Produksi Pertamax
Proyek Langit Biru Cilacap atau PLBC di Kilang Pertamina Refinery Unit IV Cilacap telah beroperasi guna meningkatkan spesifikasi gasoline premium RON 88 menjadi pertamax RON 92. Proyek itu diklaim dapat meningkatkan produksi pertamax RON 92 dari 1 juta barel menjadi 1,668 juta barel per bulan.
Oleh
·2 menit baca
CILACAP, KOMPAS-Proyek Langit Biru Cilacap atau PLBC di Kilang Pertamina Refinery Unit IV Cilacap telah beroperasi guna meningkatkan spesifikasi gasoline premium RON 88 menjadi pertamax RON 92. Proyek itu diklaim dapat meningkatkan produksi pertamax RON 92 dari 1 juta barel menjadi 1,668 juta barel per bulan.
“PLBC merupakan salah satu proyek strategis Pertamina dalam rangka membangun infrastruktur kilang dalam upaya Pertamina untuk mewujudkan kemandirian energi nasional,” kata Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina Ignatius Tallulembang, Jumat (19/7/2019) di Cilacap, Jawa Tengah.
Ignatius mengatakan, PLBC bertujuan meningkatkan kapasitas dan kualitas produk bahan bakar minyak ramah lingkungan setara Euro IV. Lingkup dari PLBC ini terdiri dari tiga bagian, yaitu modernisasi proses penghasil gasoline di Refinery Unit IV Cilacap, unit baru Light Naphtha Hydrotreating dan Isomerization dengan kapasitas 21.500 barel per hari, serta membangun unit baru utilitas seperti steam boiler kapasitas 110 ton per hari, steam turbine generator, dan cooling water system.
“PLBC mulai dibangun November 2015 dan telah berhasil beroperasi pada Juni 2019,” papar Ignatius.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya akan mengembangkan kulitas kilang-kilang minyak. Mulai dari meningkatkan spesifikasinya dari Euro II ke Euro V, menambah kapasitas kilang, dan membangun petrochemical (produk atau bahan kimia dari pengolahan bahan bakar fosil).
Nicke menyampaikan, pembangunan petrochemical ini untuk menyambut masa depan. “Dengan tren ke depan, mungkin saja dengan electric vehicle itu pertumbuhannya itu cepat sehingga kebutuhan bahan bakar menurun,” katanya.
Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar meminta Pertamina menghitung secara jeli antara nilai investasi PLBC dengan laba yang didapatkan, sekaligus memperhatikan kebutuhan masyarakat. Ia mengatakan, bisnis di energi itu tidak terlepas dengan teknologi dan komersialitas.
"Kita mengerjakan sesuatu, tapi bila tidak ada nilai tambahnya akan mati sendiri. Untuk itu, satu hal yang saya perhatikan tadi adalah terkait gross margin (laba kotor),” kata Arcandra.