Pemerintah Arab Saudi untuk pertama kali menerima kunjungan turis asing dari seluruh dunia. Negara itu menargetkan kunjungan 100 juta turis pada 2030.
RIYADH, SABTU -- Pemerintah Arab Saudi mulai Sabtu (28/9/2019) memberlakukan visa turis untuk pertama kali bagi warga dari seluruh dunia dan pengurusannya dilakukan secara daring atau saat ketibaan di negara itu. Dengan kebijakan baru ini, Arab Saudi menargetkan kunjungan 100 juta turis per tahun pada 2030 atau meningkat dari 41 juta pengunjung saat ini.
Pada hari yang sama, Riyadh mengumumkan hukuman denda atas 19 pelanggaran terkait dengan kesusilaan publik, seperti kepantasan pakaian, meludah, membuang sampah, memotret dan merekam video tanpa izin, serta memutar musik pada jam-jam shalat lima waktu. Denda berkisar 50 riyal-6.000 riyal atau Rp 188.000-Rp 22,6 juta.
Kebijakan baru visa turis tersebut diluncurkan resmi, Jumat malam lalu, oleh Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Arab Saudi (SCTH). ”Kami dengan gembira mengumumkan akan menerima turis dari beberapa tempat di dunia. Kami sekarang menjadi warga yang senang untuk menerima tamu,” kata Ahmed al-Khateeb, Kepala SCTH.
Sebelum kebijakan baru ini diluncurkan, Arab Saudi relatif tertutup terhadap kunjungan warga asing. Visa hanya dikeluarkan bagi keperluan khusus, seperti umrah atau haji, kunjungan keluarga, pekerja yang memiliki izin tinggal menetap, serta urusan bisnis. Sejak Desember lalu, Arab Saudi mulai memperkenalkan visa elektronik untuk menghadiri ajang olahraga dan konser hiburan.
Rencana Arab Saudi membuka kunjungan bagi turis telah dibahas selama beberapa tahun, tetapi selalu ditolak kubu konservatif dan birokrasi. Baru di bawah komando Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, rencana itu diwujudkan sebagai bagian dari ambisi mengembangkan industri baru guna mengurangi ketergantungan pada sektor minyak dan gas.
Tiga bulan
Menurut keterangan pers, visa turis bisa diurus di misi perwakilan Arab Saudi dan— bagi warga 49 negara, termasuk AS, Rusia, China, Jepang, dan negara-negara Eropa—bisa diurus secara daring atau saat ketibaan di Arab Saudi. Dengan visa seharga 120 dollar AS itu, pengunjung dapat tinggal di Saudi hingga tiga bulan dan bisa masuk-keluar negara itu (multiple entry).
Tak ada larangan bagi perempuan yang tak berpendamping, seperti pada ketentuan lama. Khateeb mengatakan, tidak ada keharusan memakai abaya—pakaian yang menutup seluruh tubuh—bagi perempuan. Ia mengindikasikan, minuman beralkohol tetap dilarang.
Guna mendorong pertumbuhan pariwisata, Arab Saudi masih membutuhkan investasi 250 miliar riyal atau Rp 944,4 triliun, termasuk ketersediaan 500.000 kamar hotel baru pada 2030. Mereka menargetkan menaikkan kontribusi pendapatan dari kunjungan turis pada produk domestik bruto dari 3 persen saat ini menjadi 10 persen pada 2030.
Sektor pariwisata diharapkan juga membuka hingga 1 juta pekerjaan guna mengatasi tingginya angka pengangguran di kalangan anak muda.