Pemprov DKI Jakarta menginventarisasi dampak unjuk rasa sepekan terakhir yang berakhir rusuh. DKI dan Polda Metro Jaya juga berupaya mengantisipasi dampak unjuk rasa yang mungkin masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendata ada 15 korban luka dirawat inap akibat kerusuhan unjuk rasa di sekitar Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/9/2019) malam. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, 15 korban itu bagian dari 210 orang yang diangkut dengan ambulans gawat darurat Ibu Kota. Sebanyak 29 ambulans gawat darurat yang dikerahkan membawa sebagian korban luka ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.
”Jumlah itu berdasarkan data pukul 07.30. Senin malam, seluruh jajaran dari satuan polisi pamong praja, dinas perhubungan, tim ambulans gawat darurat, dan petugas gabungan bekerja membenahi seluruh kawasan yang terdampak kerusuhan,” ujar Anies.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membebaskan biaya pengobatan bagi korban dalam unjuk rasa di 24 rumah sakit.
Kepala Bagian Bisnis dan Manajemen RSPP Agus W Susetyo mengatakan, pihaknya menerima 38 korban luka yang dirawat. Dari jumlah ini, korban didominasi oleh mahasiswa dan siswa sekolah.
Ia menjelaskan lebih lanjut, sebagian besar korban alami luka di kepala dan tulang tangan yang retak. ”Namun, seluruh korban yang dirawat di RSPP sudah pulang,” tambah Agus.
Perbaikan fasilitas
Anies mengatakan, pihak Pemprov masih terus memantau inventarisasi kerugian akibat kerusuhan unjuk rasa semalam. Sejauh ini DKI fokus pada perbaikan fasilitas kota yang rusak akibat serangkaian unjuk rasa.
Vice President Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba mengatakan, salah satu kereta tujuan akhir Serpong, Tangerang Selatan, mengalami kaca pecah akibat pelemparan batu saat unjuk rasa.
Selain itu, banyak beton pembatas jalur Transjakarta berubah posisi. Anies menyebut sekitar 200 orang telah dikerahkan untuk pembenahan fasilitas hingga Senin pagi tadi.
Dampak penutupan jalan di sekitar Gedung DPR/MPR sepanjang Selasa turut diikuti PT Transportasi Jakarta yang menghentikan satu rute layanan busnya dan mengalihkan jalur di beberapa rute lainnya.
Selain angkutan umum terganggu, DKI harus berjibaku membersihkan sekitar 20,5 ton sampah sisa aktivitas unjuk rasa. Timbulan tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Sebagian besar berupa batu, puing, serta sisa makanan dan minuman.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, pembersihan dilakukan tengah malam hingga pukul 04.00. Setelahnya, dilakukan pembilasan.
Sesuai kesepakatan dengan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono, pekan lalu, Gubernur Anies mengatakan, dalam mengantisipasi unjuk rasa lanjutan, kedua pihak menyiagakan aparatnya. Di DKI, Satpol PP, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, dan ambulans gawat darurat dipastikan selalu siap turun ke lapangan.
DKI masih menerapkan absensi pagi dan siang untuk anak-anak SMA dan SMK sejak 26 September hingga 4 Oktober. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ratiyono mengatakan, absensi diberlakukan untuk mengetahui keberadaan siswa-siswa SMA dan SMK, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Pemprov DKI Jakarta juga terus berusaha meminimalkan dampak unjuk rasa berbuntut kericuhan. Sebanyak 200 petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan PPSU dikerahkan sehingga tak mengganggu lalu lintas di pagi hari.
Wartawan surat kabar Sinar Pagi, DM Haryawan (52), melaporkan pengeroyokan dan penganiayaan saat meliput pengamanan unjuk rasa di Polda Metro Jaya, Senin sekitar pukul 20.00. Haryawan melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya, kemarin.
Haryawan mengalami luka robek di kepala, mata lebam, dan luka robek di pelipis. Ia juga kehilangan ponsel, kunci sepeda motor, dan kunci lainnya.
Menurut Haryawan, saat melihat anggota polisi terlibat keributan di samping gedung Biro SDM Polda Metro Jaya, ia mengambil ponsel untuk merekam video. Kemudian ada polisi membentak dan meminta Haryawan menghapus video tersebut. Tiba-tiba ada anggota polisi yang memukulinya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono belum menjawab telepon ataupun pesan dari Kompas saat dimintai tanggapan atas insiden tersebut. (WAD/DIV/AYU/DAN)