Hari Minum Kopi Dongkrak Nilai Tambah Kopi Robusta Lampung
›
Hari Minum Kopi Dongkrak Nilai...
Iklan
Hari Minum Kopi Dongkrak Nilai Tambah Kopi Robusta Lampung
Untuk mendongkrak nilai tambah kopi robusta yang dihasilkan petani, selain menggelar Festival Kopi Lampung, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi juga menetapkan hari Jumat sebagai hari minum kopi di Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung untuk mendongkrak nilai tambah kopi robusta yang dihasilkan petani. Selain menggelar Festival Kopi Lampung, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi juga mengeluarkan surat edaran yang menetapkan hari Jumat sebagai Hari Minum Kopi di Lampung.
Dalam surat edaran tertanggal akhir Oktober itu, Arinal meminta semua instansi pemerintah dan swasta di Lampung menyajikan kopi robusta asli Lampung di kantor pada hari Jumat. Masyarakat juga diimbau agar menyajikan kopi asli Lampung untuk tamu terutama pada hari Jumat.
Selain itu, Pemprov Lampung juga menghelat Festival Kopi Lampung pada 6-9 November 2019. Selain pameran dan promosi produk kopi unggulan, festival juga diisi seminar hingga kontes kopi. Dalam acara itu, Pemprov Lampung berencana memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) dengan kegiatan minum kopi bersama 3.000 perempuan.
Langkah Pemprov Lampung untuk memopulerkan dan mengangkat citra kopi robusta disambut baik oleh petani dan pengusaha kopi Lampung.
”Petani tidak lagi terpaku menjual biji kopi. Sekarang kami lebih percaya diri mengolahnya menjadi kopi bubuk,” kata Abdul Charis (54), petani kopi asal Sekincau, Lampung Barat, saat ditemui dalam Festival Kopi Lampung, Rabu (6/11/2019).
Saat ini petani kopi di Lampung mulai terpacu untuk mengolah sendiri biji kopi menjadi kopi bubuk. Pasalnya, pencanangan hari minum kopi setiap Jumat dinilai mampu meningkatkan pasar kopi bubuk. Dengan menjual kopi bubuk, petani juga mendapatkan nilai tambah yang lebih besar.
Saat ini harga biji kopi di tingkat petani hanya Rp 18.000 per kilogram. Harga itu jauh lebih rendah dibandingkan jika petani menjual kopi bubuk yang harganya berkisar Rp 55.000-Rp 200.000 per kg.
Dia mengaku telah mempromosikan kopi bubuk sekincau kepada sejumlah instansi swasta dan pemerintah. Saat ini setidaknya sudah ada 20 intansi yang bersedia berlangganan. Setiap bulan, Abdul memasok 80 kilogram kopi bubuk untuk instansi swasta dan pemerintah tersebut.
Ardian Ruswan (30), pemilik kedai kopi Boeng, menuturkan, festival kopi ini membantu pengusaha kopi lokal yang ingin mengembangkan usahanya. Lewat ajang itu, pelaku usaha kopi mendapat kesempatan untuk mempromosikan kopi sebagai salah satu usaha kreatif yang sedang marak.
Imbauan untuk minum kopi setiap Jumat juga diyakini dapat meningkatkan konsumsi kopi robusta di pasar lokal. ”Kami berharap festival ini rutin digelar setiap tahun,” ujar Ardian.
Dewan Penasehat Gabungan Eksportir Kopi Indonesia Moenardji Soedargo mengapresiasi langkah Pemprov Lampung yang mencanangkan hari minum kopi setiap Jumat. Lampung dinilai dapat menjadi contoh bagi daerah lain. ”Kalau bisa, kopi dikonsumsi masyarakat setiap saat. Semoga ini juga bisa dilakukan oleh semua provinsi di Indonesia,” katanya.
Dia menambahkan, kegiatan festival kopi ini mampu mendongkrak penghasilan petani dan pengusaha kopi Lampung. Selain itu, kegiatan ini juga mampu mendorong anak muda yang ingin menjadi pengusaha kopi.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Taufik Hidayat menuturkan, festival kopi yang bertajuk ”Woman and Coffee” itu ingin memopulerkan kopi, khususnya di kalangan perempuan. Kopi tidak hanya bisa dinikmati laki-laki, tetapi juga bagi kalangan perempuan. Ke depan, pasar penjualan kopi bisa lebih luas dan menjangkau semua segmen di masyarakat.