Para nasabah memiliki harapan mendapatkan pelayanan yang baik, layanan digital secara menyeluruh, juga dilayani oleh para ”relationship manager” yang dapat memberikan nilai tambah kepada nasabah.
Oleh
joice tauris santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan nasabah kaya (high net worth individual) Indonesia yang terus bertambah memerlukan pelayanan dan pengalaman yang terus berkembang. Para nasabah untuk segmen prioritas di perbankan ini memerlukan juga para relationship manager yang dapat memahami mereka.
”Para nasabah memiliki ekspektasi yang tinggi. Belakangan ini, mereka juga menginginkan layanan digital yang lebih lengkap,” kata Karsten Kemna, Direktur Pelaksana pada ERI Banking Software, dalam seminar Wealth Managers Association di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Pada saat yang sama, WMA juga memberikan sertifikat kepada beberapa lulusan yang sudah mengantongi gelar profesi Certified Wealth Manager. Para pemegang sertifikasi ini sebagian besar bekerja melayani nasabah prioritas di bank-bank atau lembaga keuangan lainnya.
Para nasabah memiliki harapan mendapatkan pelayanan yang baik, layanan digital secara menyeluruh, juga dilayani oleh para relationship manager yang dapat memberikan nilai tambah kepada nasabah.
Para nasabah memiliki harapan mendapatkan pelayanan yang baik, layanan digital secara menyeluruh, juga dilayani oleh para relationship manager yang dapat memberikan nilai tambah kepada nasabah.
Nasabah berkantong tebal, biasanya masuk ke segmen prioritas, merupakan salah satu segmen penting yang dilayani perbankan. Mereka diberi pelayanan tambahan, mulai dari tempat yang berbeda dengan nasabah kebanyakan, akses pada produk perbankan dan pasar modal, hingga layanan valet parking bebas biaya.
Rekening nasabah ini juga biasanya dikelola oleh petugas bank khusus yang melayani nasabah prioritas, relationship manager. Untuk itu, para relationship manager, menurut Kemna, harus dapat menjadi mitra para nasabah, sehingga harus memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai berbagai produk.
”Produk di Indonesia kebanyakan berupa deposito, reksa dana, dan asuransi. Pasar Indonesia perlu lebih terbuka lagi sehingga dapat lebih kompetitif dengan produk di pasar lain, seperti aset kredit, reksa dana di luar negeri, dan produk terstruktur,” kata Karsten Kemna, menambahkan.
Dosen pada Gabelli School of Business, Universitas Fordham, New York, Michael Cheah, menambahkan, para manajer portofolio dan manajer wealth harus dapat mengedukasi nasabahnya sehingga nasabah pun memahami produk-produk yang ditawarkan.
Dalam kesempatan tersebut, Cheah menjelaskan tentang exchange traded fund (ETF), reksa dana yang diperjualbelikan di bursa. Harga ETF berubah-ubah mengikuti aset yang menjadi dasarnya.
Menurut Cheah, beberapa kelebihan adalah diversifikasi. Satu unit kreasi ETF terdiri atas beberapa saham atau obligasi. Biaya pengelolaan ETF juga lebih rendah dibandingkan dengan biaya pengelolaan reksa dana.
”Selain itu, ada harga intraday karena harga ETF terpampang di bursa saham. Sementara harga unit reksa dana baru dapat diketahui setelah pasar saham ditutup,” ujarnya.