Terkendala Geografis, Elektrifikasi Jawa Timur Masih 99,29 Persen
›
Terkendala Geografis,...
Iklan
Terkendala Geografis, Elektrifikasi Jawa Timur Masih 99,29 Persen
Rasio elektrivikasi di Jawa Timur belum mencapai 100 persen. Kondisi geografis menjadi kendala utama.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Hingga akhir 2019, rasio elektrifikasi di Jawa Timur masih mencapai 99,29 persen. Faktor geografis menjadi kendala terbesar yang harus dihadapi PT PLN Distribusi Jawa Timur dalam mengaliri listrik hingga ke pelosok daerah.
Capaian rasio elektrifikasi Jawa Timur tersebut sebenarnya lebih tinggi apabila dibandingkan rasio elektrifikasi nasional yang hanya 98,89 persen. Namun, ada beberapa kabupaten di Jawa Timur yang rasio elektrifikasinya di bawah nasional, antara lain di Sumenep, Sampang, dan Bondowoso
General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur Bob Saril menargetkan pada tahun 2020, elektrifikasi di Jawa Timur bisa mencapai 100 persen. Hal itu ia ungkapkan di sela peresmian listrik di Taman Nasional Alas Purwo dan Desa Sukamade, Banyuwangi, Rabu (19/2/2020).
Salah satu yang menjadi kendala pemerataan kelistrikan di Jawa Timur ialah daerah kepulauan dan sebaran masyarakat yang berkelompok di sejumlah daerah pelosok. Jawa Timur memiliki 220 wilayah kepulauan dengan jumlah pulau berpenghuni sebanyak 53 pulau.
Tahun ini PLN akan menyediakan pasokan listrik untuk sedikitnya 23 pulau berpenghuni di Jawa Timur. Listrik tersebut akan dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal.
”Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpelosok, kami temukan di Bondowoso. Di sana sejumlah kelompok kecil masyarakat yang tinggal terpisah di daerah yang berjauhan. Ada satu kelompok yang terdiri atas 10 KK, tetapi lokasi mereka tinggal berada 50 km dari gardu listrik terdekat,” ujar Bob.
Faktor lain yang turut memengaruhi rasio elektrifikasi, lanjut Bob, adalah kemampuan pembayaran. Ada sejumlah masyarakat yang tinggal di daerah yang sudah dialiri listrik tetapi rumahnya tidak teraliri listrik karena tidak mampu membayar.
Untuk menghadapi hal tersebut, PT PLN Distribusi Jawa Timur mencoba skema pembiayaan dengan melakukan kerja sama. Kerja sama ini akan dilakukan dengan menggandeng Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan sejumlah BUMN lain.
Salah satu upaya peningkatan elektrivikasi di Jawa Timur ialah dengan mengalirkan listrik di Taman Nasional Alas Purwo dan Dusun Sukamade. Aliran listrik di Taman Nasional Alas Purwo digunakan untuk mendukung akses wisata. Sementara aliran listrik di Sukamade ditujukan untuk 300 rumah tangga pelanggan yang tinggal di dalam Taman Nasional Merubetiri.
Untuk mengaliri TN Alas Purwo, PT PLN harus menarik kabel sepanjang 26 km meter. Sementara untuk melayani 300 pelanggan di Sukamade, PT PLN harus menarik kabel sejauh 12 km.
Bob menjelaskan, biaya pemasangan jaringan listrik sebesar Rp 400 juta per km. Itu artinya dibutuhkan minimal biaya Rp 4,8 miliar hanya untuk melayani 300 pelanggan.
”Sebagai perusahaan, kami memang memiliki target keuntungan. Tapi PT PLN sebagai BUMN, kami tidak boleh melupakan fungsi sosial. Mengaliri Sukamade merupakan bagian dari fungsi sosial kami,” katanya.
Kepala Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Banyuwangi Krisantus H Setiawan mengatakan, dengan teralirinya listrik di Sukamade, rasio elektrifikasi di Banyuwangi mencapai 99,76 persen. Adapun jumlah pelanggan di Banyuwangi mencapai 515.628 rumah tangga.
”Pertumbuhan pelanggan di Banyuwangi tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi pada Januari 2020 apabila dibandingkan Januari tahun lalu (year on year/YOY). Tahun lalu jumlah pelanggan hanya 453.753 rumah tangga. Januari ini tumbuh 12 persen menjadi 515.628 rumah tangga pelanggan,” katanya.
Krisantus mengungkapkan, tingginya pertumbuhan pelanggan tersebut dikarenakan munculnya sejumlah perumahan baru di Banyuwangi. Perumahan-perumahan tersebut lantas mengajukan pemasangan baru akses listrik untuk rumah tangga.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih atas kerja keras PLN menyambungkan listrik hingga pelosok daerah. Ia berharap penyaluran listrik tidak hanya untuk menyalakan lampu atau peralatan elektronik, tetapi juga menyalanya semangat dan instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
”Tingginya pertumbuhan kelistrikan di Banyuwangi juga menjadi tanda yang sangat terukur tentang pertumbuhan daerah baru. Pertumbuhan ini juga menjadi tren positif untuk investasi di Banyuwangi,” kata Anas.