Banjir di Sukoharjo Mulai Surut, Warga Diminta Tetap Waspada
›
Banjir di Sukoharjo Mulai...
Iklan
Banjir di Sukoharjo Mulai Surut, Warga Diminta Tetap Waspada
Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, mulai surut, Senin (2/3/2020). Banjir terjadi akibat sejumlah kali di sekitar permukiman warga meluap saat hujan deras sepanjang Minggu petang.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Banjir yang menggenangi sejumlah wilayah di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (2/3/2020), mulai berangsur surut. Meski demikian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat mengingatkan warga potensi banjir masih berpeluang melanda.
Berdasarkan pantauan, banjir masih menggenangi sebagian wilayah RT 005 RW 006 Dukuh Tambahrejo, Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Senin (2/3/2020). Jalan kampung terendam hingga kedalaman sekitar 50 sentimeter (cm). Sejumlah rumah warga masih terendam meski sudah berangsur surut.
Sukatno (52), warga RT 005 RW 006 Tambahrejo, menyatakan, ketinggian maksimal genangan air di rumahnya pada Minggu (1/3/2020) malam sempat mencapai 80 cm. Namun, ketinggian air mulai berangsur surut, Senin pagi. ”Kemarin hujannya luar biasa deras lebih dari satu jam,” katanya.
Menurut Sukatno, lebatnya hujan mengakibatkan Sungai Pudak, kali kecil yang berfungsi untuk pembuangan air di sekitar permukiman warga, meluap. Sejumlah warga sempat mengungsi ke rumah tetangga mereka yang berlantai dua. Setelah mulai surut, mereka kembali ke rumah masing-masing.
”Di sini memang langganan banjir. Saat puncak musim hujan, jika hujan lebat, merata, dan lama, maka pasti banjir,” ujarnya.
Sejumlah warga sempat mengungsi ke rumah tetangga mereka yang berlantai dua. Setelah mulai surut, mereka kembali ke rumah masing-masing.
Sarwiji, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sukoharjo, mengatakan, banjir terjadi di sejumlah wilayah di Sukoharjo antara lain Desa Mulur dan Jagan, Kecamatan Bendosari; Kelurahan Gayam dan Jetis, Kecamatan Sukoharjo; Desa Grogol, Kecamatan Weru; serta Desa Kepuh, Kecamatan Nguter. Berdasarkan data sementara BPBD Sukoharjo, 37 rumah terdampak banjir.
”Tadi (Minggu) malam kami sudah langsung dropping bantuan untuk kebutuhan selimut, pakaian, dan makanan. Tadi (Senin) pagi kami pantau banjir sudah surut dan warga kembali ke rumah masing-masing,” katanya.
Menurut Sarwiji, banjir diakibatkan intensitas hujan yang sangat lebat, Minggu (1/3/2020) siang. Di Jetis, hujan lebat mengakibatkan saluran pembuangan air yang berfungsi membuang air ke Sungai Langsur tak mampu menampung debit air hujan sehingga meluap.
Di sisi lain, debit Sungai Bengawan Solo juga tinggi sehingga pembuangan air dari anak-anak Sungai Bengawan Solo cenderung lambat.
Menurut Sarwiji, untuk mengatasi banjir, saluran pembuangan yang mengakibatkan banjir di Jetis akan dinormalisasi agar mampu menampung debit air yang lebih banyak sehingga dapat mengalirkan air ke Sungai Langsur. BPBD Sukoharjo juga telah mengusulkan pemasangan pompa air di 16 titik di sepanjang Kali Samin untuk mengalirkan air ke Sungai Bengawan Solo saat debit Bengawan Solo tinggi.
Warga agar meningkatkan kewaspadaan karena banjir masih berpotensi. Terjadi lagi saat ini sudah memasuki puncak musim hujan.
Ia juga mengingatkan warga agar meningkatkan kewaspadaan karena banjir masih berpotensi. Terjadi lagi saat ini sudah memasuki puncak musim hujan.
Di Solo, debit sungai Bengawan Solo sempat menyentuh siaga kuning dengan tinggi muka air tercatat 8,1 meter pada Minggu (1/3/2020) pukul 24.00 atau Senin (2/3/2020) pukul 00.00 di pos pantau Jurug. Setelah itu, tinggi muka air Bengawan Solo berangsur surut. Kepala BPBD Solo Eko Prajudhi memastikan, tidak ada rumah warga di bantaran sungai Bengawan Solo di Solo yang terendam banjir.