Andri, seorang ayah, tega mengakhiri nyawanya sendiri bersama dengan anak balitanya, Gemilang, Minggu dini hari kemarin.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
Andri (39) dan anaknya, Gemilang (4), kehilangan nyawa setelah terbakar pada Minggu (1/3/2020) sekitar pukul 04.30 di Jalan Pedongkelan, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Dari hasil penyelidikan sementara pihak kepolisian, Andri sengaja membakar dirinya dan anaknya. Dari pemeriksaan saksi, didapatkan informasi bahwa tindakan nekat itu karena cekcok rumah tangga antara Andri dan istrinya.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisan Sektor Cengkareng Ajun Komisaris Antonius mengatakan, Andri dan Gemilang mengalami luka bakar sangat parah di sekujur tubuh. Setelah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng dan mendapatkan penanganan medis, nyawa ayah dan anak tersebut tak dapat diselamatkan.
”Dua korban sudah dibawa ke RSCM (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo) untuk diotopsi. Enggak bisa ditolong karena Andri alami luka bakar 100 persen dan anaknya 70 persen,” kata Antonius, saat dihubungi Minggu malam.
Kepala Kepolisian Sektor Cengkareng Komisaris Khoiri mengatakan, aksi nekat Andri yang melibatkan anaknya sendiri dalam percobaan bunuh diri itu karena ia cemburu istrinya, E, berhubungan kembali dengan mantan suaminya, W.
Berdasarkan keterangan saksi, kata Khoiri, kecemburuan tersebut membuat Andri mengancam istrinya melalui pesan singkat. Ia mengatakan akan bunuh diri bersama Gemilang. Namun, E melarang dan meminta agar tidak membawa anak dalam permasalahan mereka. E merasa anaknya tidak pantas dilibatkan karena tidak salah dan memiliki masa depan.
”Kejadian (ancaman kepada E) tersebut sudah dua minggu yang lalu. Namun, pada Minggu sekitar pukul 04.30, Andri nekat membakar diri bersama anaknya yang saat itu masih terlelap,” kata Khoiri.
Reva, kerabat Andri, mengatakan, saat kejadian, ia hendak tidur dan pindah ke lantai 2 pada pukul 04.00. Saat melewati kamar Andri, ia mendengar suara grasak-grusuk. Namun, ia tidak curiga dengan suara tersebut dan tetap berjalan ke lantai dua.
Sekitar pukul 04.30, Reva terbangun. Saat itulah ia melihat api di lantai 1 yang sudah besar. Sontak Reva berteriak dan membangunkan keluarga lainnya. Dari dalam kamar, Gemilang berteriak meminta tolong. Pintu berhasil didobrak paksa dan segera menyelamatkan Gemilang.
Tak lama setelah itu, warga berdatangan untuk membantu memadamkan api dan ikut menyelamatkan Andri. Diyakini Andri menyiram bensin ke dirinya dan mungkin ke badan Gemilang sebelum menyulut api.
Khoiri melanjutkan, upaya keluarga mencegah aksi bunuh diri sudah pernah dilakukan keluarga korban. Saat itu Ibu Andri pernah menemukan obat nyamuk di kamar Andri. Mengetahui hal tersebut, ibunya langsung membuang. Namun saat kejadian minggu subuh, diduga tidak ada yang mengetahui Andri membawa sebotol bensin sehingga terjadi aksi bunuh diri.
Kasus bunuh diri yang cukup menyedot perhatian publik sebelumnya terjadi di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta Timur pada 14 Januari 2020 lalu. SN (14) kehilangannya setelah terjun dari lantai atas sekolahnya.
Dosen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Jakarta, Nova Riyanti Yusuf, mengatakan, untuk mengetahui penyebab seseorang bunuh diri, harus dilihat aspek biopsikososialnya. Selain itu, ada juga faktor pencetus dan faktor protektif.
”Kasus bunuh diri itu unik dan tidak seragam untuk setiap orang. Ada faktor pencetus itu bisa tidak menjadi tindakan bunuh diri jika ada yang memprotektif. Kasus Andri berarti tidak ada yang memprotektif mencegahnya,” katanya.