logo Kompas.id
Calon Tunggal Merusak...
Iklan

Calon Tunggal Merusak Demokrasi

Peningkatan jumlah calon tunggal dinilai sebagai anomali bagi Indonesia yang memiliki sistem multipartai. Tren ini muncul karena partai enggan melakukan kontestasi.

Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Mky2IT7N4b25uedS0qNe8Mgze1w=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2FIMG-20200309-WA0011_1583762384.jpg
KOMPAS/NIKOLAUS HARBOWO

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini, Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, dan Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Bahtiar dalam Diskusi Publik "Urgensi Mewujudkan Pilkada Demokratis dan Berkualitas" di Jakarta, Senin (9/3/2020).

JAKARTA, KOMPAS - Tren meningkatnya calon tunggal terjadi akibat pragmatisme partai politik untuk menghindari kompetisi. Jika fenomena ini terus berlanjut, kepercayaan publik terhadap partai akan semakin terdegradasi.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, sejatinya calon tunggal merupakan opsi paling terakhir agar tidak terjadi kebuntuan politik. Namun, yang terjadi, kehadiran calon tunggal seolah-olah menjadi jalan keluar untuk memfasilitasi pragmatisme politik karena ingin mengamankan kepastian kemenangan.

Editor:
susanarita
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000