Presiden Jokowi menginstruksikan pemeriksaan spesimen terkait Covid-19 dilakukan lebih cepat dan massal. Hari ini, usulan PSBB untuk Jakarta akan diserahkan oleh Menteri Kesehatan.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mendorong pemeriksaan spesimen di laboratorium dapat dilakukan lebih cepat untuk mengatasi pandemi Covid-19. Kecepatan pemeriksaan secara massal jadi kunci memutus rantai penularan penyakit itu dan mempercepat perawatan pasien agar korban jiwa tak terus bertambah.
”Kecepatan pemeriksaan di laboratorium agar didorong lagi lebih cepat. Kita harapkan, dengan kecepatan itu, kita bisa mengetahui siapa yang positif dan siapa yang negatif,” kata Presiden dalam rapat terbatas penanganan Covid-19, Senin (6/4/2020), di Jakarta. Dengan mengetahui seseorang terpapar virus korona baru dalam waktu cepat, pencegahan penyebaran bisa segera dilakukan.
Presiden menyampaikan, prioritas pelaksanaan tes cepat melalui metode PCR (polymerase chain reaction). Tes cepat itu harus diprioritaskan bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar Covid-19, seperti tenaga medis, orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP).
Data Kementerian Kesehatan Indonesia, hingga Senin (6/4), Indonesia baru memeriksa 11.460 sampel. Ada 8.969 negatif dan 2.491 di antaranya positif. Ada 2.090 pasien dalam perawatan, 192 sembuh, dan 209 meninggal.
Sampel yang diperiksa ini termasuk terkecil di Asia dari segi persentase dibandingkan dengan besaran populasi. Menurut Worldometers.info, Malaysia, misalnya, memeriksa 1.717 per 1 juta penduduk dan Singapura 6.837 per 1 juta penduduk. Indonesia hanya 36 per 1 juta penduduk. ”Angka kasus di Indonesia tak menggambarkan kondisi pandemi karena kecilnya pemeriksaan,” kata Dicky Budiman, epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia.
Eva Sri Diana, dokter spesialis paru, pengurus Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan, saat ini untuk mendapat pemeriksaan usap (swab)amat sulit. Waktu tunggu mendapat hasil pemeriksaan rata-rata sepekan untuk Jakarta dan sekitarnya. Untuk daerah bisa lebih lama.
Kondisi itu mengakibatkan waktu tunggu PDP di rumah sakit menjadi lama. Akibatnya, ruang isolasi rumah sakit rata-rata penuh. Dampak lain, banyak PDP meninggal sebelum hasil tes keluar.
Kolaborasi riset
Menurut Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, Indonesia butuh percepatan pemeriksaan Covid-19.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang berada di bawah Kemenristek, saat ini memeriksa 180-270 spesimen per hari dengan PCR. ”Kebutuhan akan lebih besar. Hambatannya, laboratorium minimal bio safety level (BSL) 2 dan tenaga ahli terbatas,” ujarnya.
Saat ini, 800 orang dilatih di laboratorium BSL 3 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Tes kit Covid-19 berbasis PCR juga tengah dikembangkan. ”Kurang dari sebulan, BPPT akan mengembangkan mobile test kit berbasis PCR untuk mendukung pemeriksaan tes usap di tempat yang belum ada lab BSL 2,” kata Bambang.
Ahmad Utomo, Dewan Pengawas Perkumpulan Biologi Medik Indonesia (PBMI), mengatakan, kita butuh terobosan guna meningkatkan kecepatan pemeriksa. ”Peluangnya ada asal mau memanfaatkan sumber daya laboratorium dan jaringan ilmuwan biologi molekuler di negeri ini,” ujarnya.
Pemeriksaan sampel virus korona baru bisa dilakukan di laboratorium BSL 2, yang banyak, tetapi belum dioptimalkan.
Sejauh ini, rencana tes massal dengan alat tes cepat belum bisa direalisasikan pemerintah.
Wakil Ketua PBMI Ariananda Hariadi menambahkan, berdasarkan survei oleh lembaganya, di Indonesia ada 438 laboratorium yang punya alat PCR. Setelah diverifikasi, 106 laboratorium memenuhi standar dan bisa digerakkan agar minimal setiap hari ada 5.300 spesimen yang bisa diperiksa.
Sejauh ini, rencana tes massal dengan alat tes cepat belum bisa direalisasikan pemerintah. Sebanyak 500.000 unit alat tes telah didistribusikan, tetapi validitasnya tak sama. Menurut Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo. pengadaan alat tes cepat terus dilakukan
Tes cepat telah dilakukan di sejumlah daerah. Di Provinsi Kalimantan Barat, tes cepat dilakukan kepada 3.140-4.000 orang. Sementara Gugus Tugas Covid-19 Kota Balikpapan belum bisa melakukan tes cepat karena keterbatasan alat.
Pembatasan sosial
Beberapa daerah juga menyiapkan tempat karantina bagi para pemudik, antara lain Pemerintah Kota Solo. Itu menindaklanjuti putusan pemerintah pusat tak melarang warga mudik.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menyampaikan, proses komunikasi untuk penetapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah masih dilakukan. Penetapan PSBB akan dijalankan di DKI Jakarta. ”Malam ini (Senin) proses penyelesaian penetapan PSBB di DKI Jakarta. Secara formal besok (usulan PSBB) akan diserahkan ke Menkes dan langsung ditandatangani. Komunikasi sudah dilakukan dengan dinas kesehatan DKI,” katanya.
Sejumlah wilayah lain juga tengah berproses untuk penetapan PSBB. Daerah yang mengajukan usulan itu, antara lain Kota Tegal (Jawa Tengah), Kabupaten Fakfak (Papua Barat), dan Kota Timika (Papua).
Menteri Agama Fachrul Razi mengeluarkan Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di Tengah Pandemi Wabah Covid-19. Umat Islam diminta menjalankan ibadah puasa serta ritual terkait, seperti shalat Tarawih di rumah sesuai kebijakan pemerintah yang memberlakukan PSBB.