Puluhan Orang yang Pernah Mengikuti Sajadah Fajar Menjalani Tes Cepat
›
Puluhan Orang yang Pernah...
Iklan
Puluhan Orang yang Pernah Mengikuti Sajadah Fajar Menjalani Tes Cepat
Puluhan orang yang pernah mengikuti acara Sajadah Fajar di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Februari lalu, menjalani tes cepat atau ”rapid test” pada Rabu (8/4/2020).
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Puluhan orang yang pernah mengikuti acara Sajadah Fajar di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Februari lalu, menjalani tes cepat atau rapid test pada Rabu (8/4/2020). Sajadah Fajar diduga menjadi kluster penyebaran Covid-19 di Kalimantan Barat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pontianak. pada 21-27 Februari, sekitar 65 warga Pontianak mengikuti kegiatan Sajadah Fajar di Kabupaten Kapuas Hulu. Seusai mengikuti acara itu, seorang peserta berusia 68 tahun asal Pontianak meninggal pada 21 Maret dan terkonfirmasi Covid-19. Kemudian, satu peserta lagi berumur 69 tahun meninggal, Senin (6/4/2020) malam. Namun, tidak diketahui penyebab kematiannya karena tidak sempat melakukan rapid test. Selain itu, satu orang lainnya sudah dirawat di salah satu rumah sakit di Pontianak karena hasil tesnya reaktif berdasarkan hasil tes seminggu lalu. Hingga kini ada 62 orang sisanya yang harus menjalani tes cepat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harisson, Rabu (8/4/2020), menuturkan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak melakukan tes cepat antibodi terhadap anggota Sajadah Fajar.
Jika rapid test selesai, hasil pemeriksaannya akan langsung diberitahukan kepada yang bersangkutan. Jika hasil tes menunjukkan reaktif, diharapkan para anggota Sajadah Fajar mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. ”Kemudian, setelah tujuh hingga 10 hari setelah tes pertama keluar, yang hasil tesnya reaktif akan dilakukan rapid test lagi,” kata Harisson.
Mereka yang dinyatakan reaktif diminta benar-benar berdisiplin diri untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing. Mereka nanti akan dihubungi Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk mengecek perkembangan kesehatannya.
Handanu mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada. Waspada bukan berarti menstigma penderita, melainkan setiap orang memiliki risiko menularkan atau tertular. Sebab, beberapa kasus tidak tampak gejalanya.
Tes cepat terhadap anggota Sajadah Fajar dilakukan bergiliran agar tidak terjadi kerumunan. Pembatasan sosial sangat dijaga ketat dalam proses pemeriksaan tersebut. Pihaknya berharap pemeriksaan cepat selesai agar bisa cepat pula melakukan tindak lanjut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu menuturkan, yang mengikuti tes cepat pada Rabu pagi baru 51 orang dari total 62 orang yang harus menjalani tes. Adapun 11 orang lainnya masih menunggu alamat lengkap. Hasil pemeriksaan yang sudah menjelani tes belum bisa diumumkan karena masih menunggu hasil tes lengkap.
Sebelumnya (di luar jemaah Sajadah Fajar), Dinas Kesehatan Kota Pontianak bersama instansi lain, yakni rumah sakit swasta dan negeri, juga telah melakukan tes cepat kepada sekitar 400 orang di Pontianak. Dari jumlah itu, yang hasil tesnya reaktif 11 orang.
Handanu mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada. Waspada bukan berarti menstigma penderita, tetapi setiap orang memiliki risiko menularkan atau tertular. Sebab, beberapa kasus tidak tampak gejalanya. ”Anjuran pemerintah relevan dengan tetap jaga jarak, cuci tangan, dan gunakan masker,” kata Handanu.
Jika ada gejala demam, batuk, dan flu hendaknya konsultasi kepada petugas kesehatan karena Pontianak sudah termasuk wilayah transmisi lokal. Artinya, penularan bisa antarorang di dalam kota, tidak dari luar wilayah lagi.
Libur diperpanjang
Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar memperpanjang libur sekolah SMA, SMK, dan SLB negeri ataupun swasta. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Suprianus Herman menuturkan, pandemi Covid-19 di Kalbar belum reda hingga kini. Maka, libur yang semula berakhir 10 April diperpanjang hingga 2 Mei 2020.
Para siswa diminta belajar dari rumah. Kegiatan belajar di rumah bisa dilakukan secara daring untuk memberikan pelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Hal itu dilakukan tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan. Pelajaran bisa difokuskan pada kecakapan hidup, misalnya pembahasan mengenai pandemi Covid-19.
Aktivitas belajar di rumah dapat bervariasi antarpeserta didik, sesuai dengan minat dan kondisi masing-masing. Dalam proses belajar itu juga perlu dipertimbangkan kesenjangan akses belajar di rumah. Bukti belajar di rumah diberi umpan balik bersifat kualitatif oleh guru, tanpa diharuskan nilai kuantitatif.