Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Lampung memperingatkan bahaya gelombang tinggi di perairan Lampung selama dua bulan ke depan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Lampung memperingatkan bahaya gelombang tinggi di perairan Lampung selama dua bulan ke depan. Kendati demikian, aktivitas pelayaran di Selat Sunda terpantau normal.
”Perkiraan kami, gelombang tinggi ini masih berpotensi terjadi hingga September mendatang,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Lampung Andi Cahyadi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (10/8/2020).
Data prakiraan cuaca BMKG Maritim Lampung menyebutkan, gelombang tinggi berpotensi terjadi di beberapa wilayah, yakni di Selat Sunda bagian barat dan perairan sisi barat Lampung. Di wilayah itu, ketinggian gelombang diprediksi 4-6 meter.
Sementara di wilayah Teluk Lampung bagian selatan, ketinggian gelombang berkisar 2,5-4 meter. Adapun kecepatan angin di perairan Lampung berkisar 2-20 knot, bertiup dari arah timur ke selatan.
Andi menjelaskan, gelombang tinggi di perairan Lampung itu dipicu adanya angin muson timur yang bertiup dari arah Benua Australia menuju Asia. Kondisi gelombang tinggi ini biasa terjadi pada masa peralihan musim.
Menurut dia, gelombang tinggi ini bisa membahayakan keselamatan nelayan. Karena itu, nelayan diminta tidak nekat melaut saat gelombang tinggi dan angin kencang.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto mengatakan, hujan dengan intensitas sedang hingga deras juga masih berpotensi terjadi kendati saat ini wilayah Lampung sudah memasuki musim kemarau. Penyebabnya, tahun ini wilayah Lampung memasuki musim kemarau basah sehingga hujan masih berpotensi turun. Untuk itu, warga juga perlu mewaspadai ancaman banjir dan angin kencang.
Warga juga perlu mewaspadai ancaman banjir dan angin kencang.
Pelayaran normal
Sementara itu, aktivitas pelayaran di Selat Sunda masih terpantau normal. Gelombang tinggi di perairan Selat Sunda tidak mengganggu jadwal keberangkatan kapal roro rute Bakauheni-Merak.
Syaifulahil M Harahap dari Humas PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Bakauheni mengatakan, hingga saat ini aktivitas pelayaran di enam dermaga di Pelabuhan Bakauheni masih berjalan normal. ”Tidak ada gangguan terhadap aktivitas sandar ataupun bongkar muat kapal,” ujarnya.
Biasanya, saat kondisi normal, aktivitas sandar kapal membutuhkan 10-30 menit bergantung pada ukuran kapal. Adapun aktivitas nongkar muat memerlukan waktu 30-40 menit. Sementara saat gelombang tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk sandar kapal bisa lebih dari 40 menit.
Kendati demikian, pihak ASDP sudah mengantisipasi peringatan dini yang dikeluarkan BMKG Lampung. ASDP sudah menyiapkan kapal tunda untuk membantu kapal sandar di pelabuhan saat gelombang tinggi menerjang.