Berlabuh di Tanjung Pinang, 22 Kru Sabuk Nusantara 83 Positif Covid-19
›
Berlabuh di Tanjung Pinang, 22...
Iklan
Berlabuh di Tanjung Pinang, 22 Kru Sabuk Nusantara 83 Positif Covid-19
Sebanyak 22 kru Sabuk Nusantara 83 diketahui positif Covid-19 saat kapal itu tiba di Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang. Temuan kasus dari luar daerah itu membuat kapasitas RS di Kepulauan Riau semakin menipis.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sebanyak 22 kru Sabuk Nusantara 83 diketahui positif terinfeksi Covid-19 saat kapal itu berlabuh di Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Tambahan kasus baru dari kapal itu dan lonjakan kasus yang terjadi di Batam membuat kapasitas rawat sejumlah rumah sakit di Kepri semakin menipis.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tanjung Pinang Agus Jamaludin, Sabtu (24/10/2020), mengatakan, terungkapnya kasus positif Covid-19 di Sabuk Nusantara (SN) 83 berawal pada 16 Oktober lalu. Sesaat setelah berlabuh, kapten kapal melaporkan ada satu kru yang demam.
Kru itu kemudian diturunkan dari kapal dan dilarikan ke RSUD Raja Ahmad Tabib, Tanjung Pinang. Di sana, ia menjalani tes dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR). Tiga hari kemudian, hasil tes PCR keluar dan hasilnya positif Covid-19.
Menindaklanjuti hal itu, petugas KKP lalu mengambil sampel usap terhadap 22 kru SN 83 lainnya yang masih berada di atas kapal. Pengambilan sampel usap dilakukan dua kali pada 19 dan 20 Oktober 2020.
”Dari sampel pertama, 13 orang positif Covid-19. Sementara hasil pengujian terhadap sampel kedua menunjukkan 21 orang positif Covid-19,” kata Agus saat dihubungi melalui telepon dari Batam.
Sampai sekarang 21 kru SN 83 yang merupakan pasien Covid-19 tanpa gejala masih berada di atas kapal yang labuh jangkar di perairan tidak jauh dari Pelabuhan Sri Bintan Pura. Seorang kru yang negatif Covid-19 juga masih berada di atas kapal yang sama meski dikarantina di ruangan berbeda.
”Rencananya, sore ini satuan tugas akan mengevakuasi 21 kru yang positif ke tempat karantina di Gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan,” ujar Agus.
Terungkapnya penularan Covid-19 di SN 83 itu merupakan peristiwa keempat di Kepri. Pada 12 April, sebanyak 29 anak buah Kapal Motor (KM) Kelud diketahui positif Covid-19 saat sandar di Pelabuhan Batu Ampar, Batam. Saat itu, KM Kelud tengah dalam perjalanan dari Jakarta menuju Medan.
Lalu pada 11 April, seorang anak buah KM Bukit Raya diketahui positif Covid-19 ketika kapal tiba di Pelabuhan Kijang, Bintan. Pasien itu kemudian meninggal di RSUD Raja Ahmad Tabib pada 20 April. Kemudian pada 28 Mei 2020, tiga kru SN 48 diketahui terinfeksi Covid-19 setelah kapal berlabuh di Tanjung Pinang.
Ruang rawat penuh
Tambahan pasien positif Covid-19 dari kapal-kapal yang berlabuh di sejumlah pelabuhan Kepri itu menambah beban fasilitas kesehatan daerah yang kapasitasnya terbatas. Sebelumnya, pekerja migran atau anak buah kapal yang terinfeksi Covid-19 akan dirujuk ke RS Khusus Infeksi Covid-19 di Pulau Galang, Batam. Namun, hal itu tidak bisa lagi dilakukan karena RS tersebut sekarang sudah terisi penuh.
Laporan Satgas Penanganan Covid-19 Batam menunjukkan, pada 23 Oktober terdapat tambahan 140 kasus baru Covid-19. Di Batam, dalam dua hari terakhir ini, penambahan pasien Covid-19 mencapai puncaknya, dengan total 238 kasus baru.
Total kapasitas rawat pasien Covid-19 di 14 RS di Batam adalah 600 tempat tidur. Saat ini, sebanyak 560 tempat tidur sudah terpakai. Bahkan, RS di Pulau Galang yang kapasitas aslinya 360 tempat tidur kini harus merawat 418 pasien.
Pejabat Sementara Wali Kota Batam Syamsul Bahrum mengatakan, lonjakan kasus positif itu terjadi karena kawasan industri memperbanyak tes PCR mandiri. Hal itu memang didorong pemerintah kota agar buruh yang mengidap Covid-19 tanpa gejala bisa dideteksi lebih dini.
”Kini, yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan,” kata Syamsul.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi menyampaikan, satgas akan kembali memfungsikan Rumah Susun Badan Pengusahaan Batam sebagai tempat karantina tambahan bagi pasien tanpa gejala. Rumah susun itu bisa menampung hingga 180 pasien.