PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan aset hingga 12,5 persen secara tahunan pada September 2020 dengan kontribusi utama berasal dari dana pihak ketiga yang tumbuh 21,4 persen secara tahunan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam masa pandemi Covid-19, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mampu mencatatkan pertumbuhan aset hingga 12,5 persen secara tahunan pada September 2020. Peningkatan aset terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang tumbuh 21,4 persen secara tahunan.
Dalam siaran pers yang diterima Kompas, Selasa (27/10/2020), dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dari Rp 580,9 triliun pada triwulan III-2019 menjadi Rp 705,1 triliun pada triwulan III-2020. Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama yang dimaksudkan untuk menekan biaya dana (cost of fund).
Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies menyampaikan, saat ini CASA BNI berada pada level 65,4 persen dengan cost of fund 2,86 persen, membaik 30 basis poin (bps) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,24 persen. DPK tersebut menopang penyaluran kredit BNI yang tumbuh 4,2 persen secara tahunan (yoy), dari Rp 558,7 triliun pada triwulan III-2019 menjadi Rp 582,4 triliun pada triwulan III-2020.
”Namun, dalam hal ini manajemen akan lebih berfokus pada perbaikan kualitas aset. Salah satunya dengan menilai secara komprehensif dan intens untuk memantau debitor-debitor, mengingat kondisi ekonomi yang menantang di tengah pandemi ini,” kata Corina.
Perseroan mencatat pendapatan bunga bersih pada triwulan III-2020 tumbuh negatif 0,8 persen yoy. Namun, penurunan tersebut dapat diimbangi dengan upaya penurunan beban bunga yang signifikan sebesar 8 persen yoy sehingga margin bunga bersih (NIM) pada triwulan III-2020 mencapai 4,3 persen.
Sementara itu, dari sisi pendapatan non bunga (fee based income), BNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,2 persen yoy. Adapun laba bersih hingga triwulan III-2020 sebesar Rp 4,32 triliun atau turun 63,9 persen yoy.
BNI juga terus memperkuat fundamental keuangan bank dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang. Penguatan dilakukan dengan membentuk pencadangan yang lebih konservatif.
”Rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio hingga triwulan III-2020 berada pada level 206,9 persen lebih besar dibandingkan triwulan III-2019 sebesar 159,2 persen,” ujarnya.
Restrukturisasi
Dalam menghadapi dampak pandemi, BNI secara aktif melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitor yang berkinerja baik, tetapi bisnisnya terdampak Covid-19. Hingga akhir September 2020, BNI telah memberikan restrukturisasi kredit sebesar Rp 122 triliun atau 22,2 persen dari total pinjaman yang diberikan kepada 170,591 debitor, mayoritas adalah debitor sektor perdagangan, restoran, dan hotel, sektor jasa usaha, serta manufaktur.
Corina mengatakan, BNI juga mendukung upaya pemerintah dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dukungan diberikan melalui optimalisasi penempatan dana dari pemerintah dalam bentuk penyaluran pinjaman modal kerja pada pelaku usaha yang berorientasi ekspor, padat karya, dan ketahanan pangan.
Pada tahap pertama, pemerintah telah menempatkan dana sebesar Rp 5 triliun. Kemudian pada 24 September 2020, pemerintah kembali memberikan tambahan penempatan sebesar Rp 2,5 triliun.
”Tujuan dari penempatan dana ini diharapkan akan menambah daya ungkit penyaluran kredit oleh perseroan hingga tiga kali. Hingga 20 Oktober 2020, BNI telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 21,1 triliun, yang mayoritas (70 persen) disalurkan pada segmen kecil terutama melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR),” ujar Corina.
Hingga akhir September 2020, BNI telah menyalurkan KUR senilai Rp 15,05 triliun dan disalurkan untuk 170.569 debitur. KUR BNI ini tersalurkan pada berbagai sektor ekonomi, antara lain ke sektor pertanian sebesar Rp 3,95 triliun; sektor perdagangan Rp 7,37 triliun; sektor jasa usaha Rp 2,44 triliun; serta untuk sektor industri pengolahan senilai Rp 1,08 triliun.
”Pemberian restrukturisasi kredit dan tambahan modal kerja ini kami harapkan dapat meningkatkan ketahanan bisnis debitur di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. Harapannya, saat Covid-19 dapat ditanggulangi, bisnis debitur dapat kembali ke arah yang lebih baik,” kata Corina.