Kondisi perekonomian triwulan IV-2020 diperkirakan membaik. Tanda-tanda perbaikan sudah terlihat pada triwulan III.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tanda-tanda pemulihan aktivitas ekonomi muncul pada triwulan III-2020 sejalan peningkatan mobilitas dan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar. Pemulihan akan berlanjut ke triwulan IV-2020 kendati sejumlah indikator masih tumbuh negatif.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 berkisar negatif 2,9 persen sampai dengan negatif 1 persen. Kontraksi ekonomi masih terjadi pada triwulan IV-2020, tetapi tidak sedalam triwulan III-2020. Proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 berkisar negatif 1,72 persen sampai dengan negatif 0,6 persen.
”Kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan difokuskan pada bagaimana menggerakkan sektor riil agar permintaan kredit bergerak,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam telekonferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (27/10/2020).
Pada triwulan III-2020, realisasi belanja program pemulihan ekonomi nasional tumbuh cukup tinggi. Anggaran program pemulihan ekonomi nasional per 30 September 2020 terealisasi Rp 344,11 triliun atau 49,5 persen dari pagu. Realisasi paling signifikan pada program perlindungan sosial, yakni Rp 167,08 triliun atau 81,94 persen pagu.
Sri Mulyani menambahkan, akselerasi penyerapan anggaran perlindungan sosial untuk mendorong pemulihan konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi diperkirakan mendekati nol persen pada akhir tahun ini. Perbaikan konsumsi juga dibarengi peningkatan ekspor karena perdagangan global kembali bergerak kendati terbatas.
Upaya mendorong sektor riil tidak hanya dari sisi konsumen. Di sisi produsen, Kementerian Keuangan sudah mencairkan penyertaan modal negara (PMN) sekitar Rp 16,95 triliun untuk lima BUMN. Kelima BUMN itu adalah PT Sarana Multigriya Finansial (Persero), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), PT Geo Dipa Energi (Persero), PT Permodalan Nasional Madani (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan PT Hutama Karya (Persero).
”Sektor riil didorong bergerak pada triwulan IV-2020 sehingga ketika mendekati akhir tahun, investasi dan kegiatan masyarakat bisa ikut menopang ekonomi,” katanya.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, upaya mendorong sektor riil tidak berhenti hingga akhir tahun ini. Beberapa relaksasi kebijakan untuk sektor riil akan diperpanjang hingga 2021, salah satunya program restrukturisasi kredit. Perpanjangan restrukturisasi kredit diharapkan mempercepat pemulihan usaha.
Berdasarkan data OJK, program restrukturisasi kredit di sektor perbankan per 28 September 2020 mencapai Rp 904,3 triliun untuk 7,5 juta debitor. Adapun di perusahaan pembiayaan per 29 September 2020 sebesar Rp 170,17 triliun untuk 4,6 juta kontrak.
”Mitigasi risiko dilakukan dengan kebijakan kontra siklus untuk membantu percepatan pemulihan sektor riil dan perekonomian secara keseluruhan,” kata Wimboh.
Wimboh menambahkan, pemulihan sektor riil yang didukung peningkatan mobilitas dan pertumbuhan konsumsi akan mendorong pemulihan sektor finansial. Permintaan kredit akan naik sehingga roda ekonomi dapat berputar lebih cepat. Proyeksi pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2020 berkisar 3-4 persen.
Pemulihan sektor riil yang didukung peningkatan mobilitas dan pertumbuhan konsumsi akan mendorong pemulihan sektor finansial.
Keuangan nonbank
Secara terpisah, Selasa, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Dalimunthe mengatakan, industri asuransi ibarat lapisan ketiga dalam perekonomian setelah perbankan dan sektor riil sehingga peranannya tidak bisa dikesampingkan. Industri asuransi berfungsi sebagai penyokong risiko yang mungkin terjadi.
Namun, industri asuransi tertekan cukup dalam selama pandemi Covid-19. Pertumbuhan premi asuransi turun 0,4 persen pada triwulan I-2020. Penurunan makin tajam pada Agustus 2020 menjadi 6,1 persen. Penurunan premi asuransi akan terus berlanjut dan sulit diprediksi selama Covid-19.
Dody menambahkan, rencana OJK memperpanjang restrukturisasi kredit hingga Maret 2022 akan berdampak positif bagi perusahaan asuransi di tengah tren penurunan premi. Napas perusahaan asuransi lebih panjang karena tidak ada pengajuan pencairan polis kredit nasabah bermasalah dari perbankan.
”Perpanjangan restrukturisasi kredit akan menunda klaim asuransi. Jika program tidak diperpanjang, akan ada pengajuan klaim pada akhir tahun ini,” ujar Dody.
Rencana OJK memperpanjang restrukturisasi kredit hingga Maret 2022 akan berdampak positif bagi perusahaan asuransi di tengah tren penurunan premi.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, berpendapat, pemulihan ekonomi nasional ditopang perbaikan kinerja lembaga keuangan bank dan nonbank. Perbaikan kinerja lembaga keuangan tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi informasi.
Sebagai contoh, penetrasi pangsa pasar asuransi saat ini bisa diperluas melalui kerja sama dengan platform e-dagang. Sebagian perusahaan asuransi kini memberikan layanan yang murah dan mudah untuk pengiriman barang melalui e-dagang. Kebutuhan asuransi digital akan meningkat seiring perubahan pola perilaku konsumen.