70 Juta Warga AS Sudah Memilih, Angka Persentase Pemilih Bakal Tertinggi Seabad
›
70 Juta Warga AS Sudah...
Iklan
70 Juta Warga AS Sudah Memilih, Angka Persentase Pemilih Bakal Tertinggi Seabad
Jumlah warga yang menggunakan hak pilihnya pada pemilihan pendahuluan meningkat dibanding tahun 2016. Warga keturunan Indian bahkan rela menempuh perjalanan 80 kilometer ke tempat pemungutan suara di Dakota Selatan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Lebih dari 70 juta warga Amerika Serikat telah menggunakan hak mereka memilih presiden AS periode empat tahun ke depan. Jumlah pemilih ini telah melampaui separuh dari total pemilih pada Pemilu AS empat tahun lalu, dengan waktu hanya tersisa sepekan sebelum hari H pelaksanaan pemungutan suara.
Data yang dikeluarkan US Election Project, Selasa (27/10/2020), menunjukkan tingginya minat para calon pemilih terhadap kontestasi yang terjadi antara dua pasangan calon yang diusung Partai Republik, Donald Trump-Mike Pence, dan penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden-Kamala Harris.
US Election Project menyebut, jumlah pemilih dalam pemungutan suara dini itu memperlihatkan tren bakal pecahnya rekor pemilih, yang bisa mencatat angka persentase pemilih tertinggi dalam lebih dari satu abad terakhir. Para pemilih yang menggunakan hak pilih lebih awal itu, menurut US Election Project, memikirkan mengenai keamanan dan keselamatan di tempat pemungutan suara. Mereka ingin menghindari risiko terpapar Covid-19 menjelang peralihan musim, dari musim gugur ke musim dingin.
Partai Demokrat dianggap memiliki keuntungan signifikan dalam pelaksanaan pemungutan suara awal karena mereka mendukung pengiriman surat suara melalui surat (mail balloting). Sebaliknya, kubu Republikan menjauhi cara pemilihan itu setelah Trump berulang kali menolak pengiriman surat suara melalui pos karena, meski tidak mengajukan bukti-bukti, menilai sistem tersebut rentan terhadap penipuan.
Melihat tingginya minat para pemilih untuk menggunakan hak suaranya lebih awal, Michael McDonald, profesor ilmu politik pada Universitas Florida yang memimpin US Election Project, memprediksi angka partisipasi pemilih pada pemilu kali ini bisa mencapai angka 150 juta warga. Angka ini setara dengan sekitar 65 persen jumlah warga yang berhak memilih, dari sekitar 330 juta populasi AS berdasarkan data Biro Sensus Penduduk AS.
”Jumlahnya menakjubkan. Hampir 60 juta orang telah memberikan suara pada hari Minggu, 25 Oktober. Itu lebih dari 47,2 juta suara pra-Pemilihan Umum 2016, karena saya berhenti mengumpulkan statistik saat hari pemilihan pada 2016,” kata McDonald, dikutip dari laman US Election Project.
Perjalanan 80 kilometer
Meningkatnya minat warga untuk menggunakan hak pada pemilihan pendahuluan salah satunya terjadi pada penduduk asli Amerika, warga Indian, yang tinggal di Dakota Selatan. Wicahpi Yankton, pemilih pemula berusia 18 tahun yang merupakan keturunan suku Oglala Sioux, menuturkan bahwa banyak warga Indian melakukan perjalanan hingga 80 kilometer dari Pine Ridge Reservation, wilayah tempat tinggal warga keturunan Indian di Dakota Selatan, ke tempat pemungutan suara untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilihan pendahuluan.
Yankton juga terkejut ketika dirinya bertemu warga yang sudah berusia 71 tahun, tetapi masih berstatus sebagai pemilih pertama. Yankton membantu perempuan tua itu untuk mengisi formulir pendaftaran pemilih agar perempuan yang dia panggil Unci (nenek dalam bahasa Lakota) bisa menggunakan hak pilih.
Meskipun cukup sulit bagi warga keturunan Indian untuk menjangkau tempat pemungutan suara, para tokoh menekankan pentingnya bagi mereka untuk menggunakan hak pilihnya karena terkait dengan hak atas perawatan dan biaya kesehatan dari negara dan juga pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka.
Agar partisipasi pemilih meningkat, beberapa kelompok organisasi warga keturunan Indian mencoba mengoordinasikan penyediaan angkutan bagi warga yang akan memilih pada pemilihan pendahuluan. Mereka memikirkan potensi penularan Covid-19. Apalagi beberapa suku telah mengeluarkan kebijakannya pembatasan gerak sosial di lingkungan mereka masing-masing.
Diretas
Tim kampanye Trump mengeluarkan pernyataan bahwa situs resmi kampanye mereka telah diretas pada Selasa (27/10/2020) pagi. Bekerja sama dengan otoritas keamanan, mereka tengah menyelidiki sumber serangan.
Tim kampanye Trump dalam pernyataan menyebutkan, tidak ada data sensitif yang dicuri oleh para peretas karena situs kampanye itu tidak menyimpan data yang diincar di peladen (server) yang sama.
Tampilan antarmuka situs kampanye Trump tampak berfungsi penuh pada Selasa. Namun, tampilannya agak sedikit berbeda karena para peretas membuat pernyataan bahwa mereka telah menguasai situs tersebut. Para peretas menyatakan, ”Dunia sudah merasa cukup dengan kabar atau berita bohong yang terus-menerus disebarkan oleh Presiden Donald J Trump.” (AP/REUTERS)